Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.
Victor bergegas mencari Debora ke kamar utama, dia merasa kesal karena Debora berusaha untuk menghindarinya.
Dia tidak tahu entah kenapa, perasaannya begitu kesal pada Debora.
Semenjak Debora tidak perduli dengan status mereka sebagai suami istri, sikap Debora itu membuat Victor jadi jengkel.
Seharusnya dia senang, kalau Debora tidak berusaha mencari perhatiannya.
Seperti wanita lain pada umumnya, sangat terobsesi padanya, ingin selalu menempel padanya.
Seperti saat Victor di kenalkan orang tuanya kepada Riska, wanita itu begitu terlihat senang sekali.
Riska selalu berinisiatif terlebih dahulu mendekati, dan mencari perhatiannya.
Begitu juga dengan wanita masa lalunya, begitu agresif ingin selalu menempel pada dirinya.
Berbeda dengan Debora, gadis itu malah menunjukkan sikap bermusuhan dengan dirinya.
Victor pikir, mungkin Debora masih muda, dan masih labil, belum dewasa.
Karena itu, Victor bertekad akan mengajarkan kepada Debora, bagaimana seharusnya menjadi seorang istri.
Sesampai di kamar utama, Victor tidak menemukan Debora, dia pun bergegas menuju kamar Arthur.
Benar saja! begitu Victor membuka daun pintu kamar putranya itu, tampak Debora berbaring di samping Arthur sambil memainkan ponselnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" sahut Victor marah.
Nada suara Victor yang tinggi, membuat Arthur yang sedang tidur, terkejut, untung saja ponakan Debora itu, tetap memejamkan matanya.
Begitu juga dengan Debora, dia terkejut mendengar suara Victor, yang tiba-tiba masuk ke kamar Arthur.
Debora dengan cepat bangkit dari berbaringnya, wajahnya pun berubah seketika.
Gadis itu meletakkan ponselnya ke atas nakas, di samping tempat tidur Arthur.
"Ada apa? keluar!" sahut Debora marah, dengan suara di tahannya, agar tidak mengeluarkan nada tinggi.
Dan dengan cepat, gadis itu berjalan menuju ke arah Victor berdiri.
Tangan Debora kemudian mendorong dada Victor, untuk keluar dari kamar itu.
Serangan tidak terduga Debora itu, membuat tubuh Victor mundur kebelakang, dan mentok ke daun pintu kamar.
Dengan cepat, Debora pun membuka pintu kamar Arthur, lalu mendorong tubuh Victor keluar dari kamar tersebut.
"Ada apa, datang-datang berteriak, Arthur sedang tidur, dia jadi terkejut mendengar suara kakak yang kencang!" ujar Debora, setelah mereka sudah berada di luar kamar.
Mata Debora melotot menatap Victor marah, dia heran dengan sikap Victor tersebut, tidak tahu tempat dan kondisi, selalu saja nada suaranya tinggi.
Victor jadi gelagapan melihat Debora yang marah, maksud hati ingin memberi peringatan pada Debora, jadi hilang seketika.
Dia lupa tentang putranya, Arthur.
Ternyata Debora lebih perduli dengan putranya, ketimbang dirinya.
"Bukankah sudah waktunya makan malam, kenapa kamu belum turun juga!" kata Victor.
"Aku sudah makan malam!" jawab Debora.
"Kamu harus tahu posisi mu, seharusnya kamu itu yang menyiapkan makan malamku!" sahut Victor mengingatkan Debora tentang status nya.
Mata Debora terbelalak memandang Victor, dia tidak bisa berkata-kata mendengar apa yang di katakan Victor tersebut.
Dia merasa, kalau kakak iparnya itu, semakin tidak punya rasa malu sedikitpun.
"Apa aku tidak salah dengar, apa yang baru saja kakak katakan itu? aku menikah dengan kakak bukan untuk jadi pelayanmu, tapi untuk Mama bagi Arthur, kalau Arthur sudah besar dan mandiri, kita akan berpisah!" kata Debora dengan tegas.
Victor terdiam mendengar perkataan Debora tersebut, dia tidak bisa bereaksi untuk mengekspresikan wajahnya yang termangu, tidak percaya mendengar perkataan Debora tersebut.
"Jadi jangan menuntut hal yang tidak masuk akal denganku, di Mansion ini, banyak Pelayan yang kakak pekerjakan, dan bahkan memiliki Pelayan yang sangat peduli pada kakak, jadi biarkan dia melayanimu, karena itulah dia di gaji!"
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Debora kemudian kembali masuk ke dalam kamar Arthur.
Bersambung.....