Terpaksa Menikah Dengan Pembantu

Sepanjang perjalanan Jenar hanya diam dan termenung di dalam Bis, Fikiran nya kembali melayang dengan Arya yang tiba tiba marah kepadanya, padahal seingatnya ia tidak melakukan kesalahan,

"Huufftt," Jenar menghela nafasnya panjang hingga membuat Bian dan Aiden menoleh ke arahnya,

"Tante kenapa," tanya Aiden,

"Eh, gapapa sayang, tante gapapa hehehe," jawab Jenar dengan tersenyum,

"Tante kok dari tadi diem terus, tante gak suka ya nemenin Aiden," ucap Aiden dengan sendu,

"Enggak kok enggak, tante seneng, seneng banget malah bisa nemenin Aiden jalan jalan begini, cuma Tante lagi mikirin sesuatu aja," jawab Jenar,

"Tante kangen yah sama om Arya," tanya Aiden,

"Hah, ngaco kamu, enggak lah, ngapain tante kangen sama orang galak seperti om kamu satu itu," bantah Jenar padahal emang iya di dalam hati dan fikiran nya sedang memikirkan Arya,

"Hehehe, Aiden seneng banget bisa jalan jalan sama Tante Jenar dan om Bian, Aiden jadi merasa punya orang tua lengkap," ucap Aiden dengan wajah berbinar membuat hati Jenar sedih,

"Aiden masih mending bisa ikut studi wisata seperti ini, dulu tante mana pernah ikut ikut acara seperti ini," keluh Jenar mengingat masa kecil nya yang begitu pedih,

"Emang tante waktu sekolah gak pernah ikut studi wisata begini," tanya Aiden di balas gelengan oleh Jenar,

"Kenapa," tanya Aiden,

"Tante Jenar gak punya uang, Aiden masih harus bersyukur karena tidak pernah merasakan kesulitan ekonomi seperti tante Jenar dulu, jadi Aiden gak boleh sedih dan berkecil hati Oke," kata Jemar menyemangati Aiden agar tak merasa iri lagi melihat teman teman nya yang selalu di antar jemput oleh kedua orang tua nya,

"Masih banyak di luaran sana yang hidup nya lebih kesepian di banding Aiden, jadi Aiden harus bersyukur karena semua kebutuhan Aiden sudah tercukupi, meskipun Aiden tidak punya Mami, tapi kan masih ada papi, oma, opa, om Bian, om Arya dan sekarang ada tante Jenar yang akan selalu menyayangi Aiden," ucap Jenar lalu memeluk Aiden dengan erat,

"Aiden sayaaaangg banget sama tante Jenar," ucap Aiden tulus membuat Jenar tersenyum,

"Tante juga sayangg banget sama Aiden," jawab Jenar,

"Kok sama Om gak ada yang sayang yah," ucap Bian menyindir,

"Hehehe Aiden juga sayang kok sama om Bian tapi lebih banyakan sayang nya ke Tante Jenar," ujar Aiden dengan terus memeluk Jenar,

Sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol dan tertawa bersama melupakan segala keluh kesah yang mereka rasakan sebelumnya, kini hanya ada Happy yang harus mereka rasakan,...

Sesampainya di lokasi tujuan Aiden begitu antusias untuk menggandeng tangan Jenar dan juga Bian, ia merasa sangat bahagia bisa pergi dengan wali lengkap meskipun bukan orang tua kandung nya,

Meskipun Aiden memiliki kedewasaan melebihi batas umur nya namun tetap saja ia hanya seorang anak anak,

"Waahhh Aiden sama siapa sayang," tanya seorang ibu ibu yang di yakini Jenar ialah salah satu orang tua murid,

"In om nya Aiden dan tante nya Aiden," kata Aiden dengan nada datar dan dingin, membuat Jenar menghela nafasnya,

"Perkenalkan bu, nama saya Jenar saya tante nya Aiden," ucap Jenar memperkenalkan diri,

"Ohh tante nya, saya fikir pengasuhnya," ucap nya sambil memandang Jenar sinis, dari atas sampai bawah,

Tidak ada yang aneh dari penampilan Jenar hanya saja mungkin ibu ibu itu kurang percaya bila Jenar ialah tante dari Aiden karena pakaian yang di kenakan Jenar bukanlah pakaian ber merk,

Secara keluarga Pranata bukan orang sembarangan tidak mungkin mereka memakai pakaian murahan seperti yang di kenakan Jenar,

"Ibu boleh juga menganggap saya begitu," jawab Jenar masih dengan nada sopan dan tersenyum, "Tidak ada yang melarang anda mau berpendapat apa, kami permisi dulu," kata Jenar pamit masih dengan nada sopan,

"Cihh, sok sopan ya iya lah cuma pengasuh mana berani dia berulah," cibir nya sambil tertawa,

"Mas Bian," ucap Jenar yang tau bahwa Bian tengah menahan emosi nya sedari tadi, "Gak perlu marah ah, ucapan nya kan gak ada yang salah," kata Jenar santai

"Tapi dia udah ngerendahin kamu Nar," kata Bian kesal,

"Tapi Jenar gak ngerasa di rendahin mas," kata Jenar, "Udah lah kita lanjut seneng seneng nya, ayo Aiden lets Go," pekik Jenar semangat,

"Lest go" teriak Aiden tak kalah semangat,

"Sifat kamu yang begitu baik seperti ini membuatku semakin sulit menyadari akan status kita Nar,' gumam Bian dalam hati memandang Jenar dan Aiden sudah jauh berjalan jalan di sekitar bersama rombongan lainnya.