Hidup sebatang kara karena kecelakaan orangtuanya memaksa Felysia seorang wanita cantik harus mengubur mimpi masa kecilnya dan membanting tulang dengan bekerja menjadi seorang office girl di salah satu perusahaan besar, semuanya dilakukannya demi untuk melunasi semua hutang ayahnya yang sudah meninggal karena kecelakaan.
Namun peristiwa tak terduga terjadi di kantornya di mana peristiwa yang membuat mahkota nya harus direnggut oleh bos nya sendiri dan membuatnya mengandung anak dari bosnya itu, karena tidak ingin sang bos tahu Felysia pun memilih untuk pergi jauh dari sana dan menghilang bagaikan di telan bumi.
Bagaimana kelanjutan dari kisah Felysia seorang office girl dan bosnya itu???
Yukkk kepoinnnn ceritanya!!
🥕🥕🥕
Follow Instagram @lala_syalala13
Follow TikTok @Lala_Syalalaa13
Follow Facebook @Lala Syalala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Felysia mulai sedikit reda tangisannya karena tadi sudah di tenangkan oleh mbok Sumi yang terus berada di sampingnya dengan senang hati menjaga Felysia di rumah sakit.
"Mbok, ibu sama ayah udah gak ada mbok!" rintih Felysia.
"Fely kamu gak boleh sedih, kamu harus tenangin diri kamu ya nak. Kamu doakan ibu sama ayah kamu tenang di sisi Allah," sahut mbok Sumi dan di angguki oleh Felysia.
Felysia terisak kembali saat dua peti jenazah di mana di dalam nya ada orang yang ia sayangi dibawa masuk ke dalam ambulans menuju ke rumahnya, namun lagi lagi mbok Sumi harus menenangkan Felysia karena beliau tahu usia Felysia seharusnya sekarang harus lebih banyak mendapatkan kasih sayang bukannya malah harus di tinggal pergi oleh orang tuanya namun takdir Allah siapa pun tidak bisa menghindarinya.
Saat ambulans sampai di rumahnya, di sana sudah terpasang tenda di depan rumahnya dan juga sudah banyak orang datang untuk melayat.
Saat jenazah di turunkan Isak tangis kembali mewarnai di mana ibu ibu tetangga juga ikut menangisi kedua jenazah dan juga mengasihi nasib Felysia yang masih muda tetapi malah menjadi yatim piatu padahal kedua orang tua Felysia sangat lah baik kepada tetangga tetangga di sekitar sehingga banyak orang yang senang.
Jenazah tidak di mandikan lagi karena sudah di mandikan di rumah sakit tadi sehingga hanya perlu di sholat kan saja, setelah di sholat kan kedua jenazah di bawa ke makam di mana mereka akan di makamkan di makam desa dan di satu liang lahat.
Saat proses penurunan peti jenazah ke liang lahat Felysia tak henti hentinya menangis dan ingin ikut dengan kedua orang tuanya.
"Ibu, ayah!! Fely ingin ikut!" erangnya tak kuasa menahan tangisnya.
Para tetangga mencoba menenangkan Felysia agar tidak bertindak gegabah namun mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa selain memegang erat Felysia yang terus memberontak ingin ikut kedua orang tuanya. Mereka mencoba menahan tangisannya namun tidak bisa apa lagi saat melihat Felysia yang terus menangis.
"Hiks hiks hiks, ibu ayah Felysia ikut!!" pekiknya kemudian tiba-tiba saja pingsan di pelukan mbok Sumi.
Dengan telaten mbok Sumi mulai membaluri beberapa tubuh Felysia dengan minyak kayu putih di harapkan agar segera sadar, tak lama Felysia sudah sadar dan sudah mulai tenang lagi namun tetap dengan isakan kecil dari mulutnya dan air matanya yang sudah jatuh.
Setelah itu peti pun mulai di tutupi oleh tahan hingga tidak terlihat lagi dan batu nisan pun sudah tertancap pertanda bawa penurunan jenazah sudah selesai dan Felysia sudah mulai tenang, dia melamun di sana sambil melihati makam kedua orang tuanya.
Felysia pun menabur bunga mawar di sana sambil terus menangis melihat foto kedua orang tuanya yang sangat dia cintai, entah bagaimana lagi hidup Felysia kedepannya tanpa mereka.
"Ayah, ibu." jeda fely tidak sanggup untuk melanjutkan perkataannya.
Mbok Sumi pun mengelus pelan punggung anak malang tersebut seperti seorang nenek yang menyayangi cucunya.
"Ayah, ibu. Kenapa kalian tinggalin Felysia sendirian, Felysia kangen!" sahut Felysia dengan air mata yang terus saja jatuh di sana.
"Sudah ya nak, sekarang kita pulang." ajak mbok Sumi karena beberapa pelayat sudah mulai meninggalkan makam.
Felysia dengan berat hati pun kembali ke rumahnya, di sana ada pak polisi yang menangani kasus tersebut yang juga ikut turut berduka cita.
"Nak fely, kami turut berduka cita atas meninggalkan orang tua nak fely. Kami ke sini juga ingin memberitahukan bahwa pelaku penabrakan sekarang sudah berada di kantor polisi dan sudah menjadi tersangka atas kejadian kecelakaan mau ini, kami berharap semoga nak fely selalu di berikan ketabahan ya." sahut pak polisi tersebut kemudian izin pamit karena harus ada pekerjaan lagi.
Pagi harinya saat rumah Felysia sepi dan hanya ada dirinya saja, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah nya dengan kencang membuat Felysia terkaget, dengan lemas dia pun membukakan pintu nya dan menampakkan dua orang pria dengan tubuh gagah Tegal berdiri di depannya.
"Maaf, cari siapa ya?" Tanya Felysia.
"Kami di sini ingin menagih hutang yang di miliki oleh pak Ikhsan! ucap salah satu pria tersebut.
"Tapi ayah saya sudah meninggal," ucap Felysia mencoba memberitahukan yang sebenarnya.
"Saya tidak perduli dia sudah meninggal atau belum tapi yang saya perduli kan adalah uang saya kembali," ucap pria lainnya.
Felysia merasa terpojokkan karena dia sekarang tidak memiliki apa-apa untuk di bayar, dia harus memutar otak nya keras agar bisa membayar utang tersebut.
"Saya mohon beri saja waktu saya tidak bisa membayar angsuran setiap bulannya karena saya belum bekerja," sahut Felysia meminta keringanan.
"Saya tidak mau tahu salah kamu tahu pak Dimas sudah berjanji akan mengangsur setiap bulannya sebesar 10 juta setiap bulan dan hari ini adalah tenggat waktu untuk bulan ini jadi segera bayar!" ucap salah satu pria tersebut.
"10 juta!" ujar Felysia penuh keterkejutan asalnya dia tidak tahu bahwa angsurannya sangat besar.
"Jika tidak di bayar maka bukan akan semakin besar, apakah kamu siap untuk menggantinya?!" sahut orang tersebut dengan nada mengejek.
"Tapi saya benar benar tidak ada uang!" ucap Felysia mencoba membuat pengertian namun tidak ada yang mengerti.
Mbok Sumi yang selesai dari pasar pun melewati rumah Felysia yang sepertinya sedang kedatangan tamu pun membuat mbok Sumi penasaran dan berjalan ke rumah Felysia, di sana beliau melihat Felysia sedang di marah marahi oleh dua pria, mbok Sumi tahu siapa mereka karena mereka beberapa kali datang ke sana dan menagih hutang nya.
"Permisi, ada apa ini ya?' tanya mbok Sumi membuat semua orang yang berada di ruang tamu tersebut melihat ke arahnya.
"Siapa kamu?!" tanya pria tersebut.
"Saya tetangganya Felysia dan kebetulan saya tadi baru saja lewat terus melihat ada keributan di dalam jadi saya datang," tutur mbok Sumi.
"Kamu kenapa sayang?" tanya mbok Sumi menghampiri Felysia.
"Felysia gak papa kok mbok, lebih baik mbok Sumi pulang aja ya." sahut Felysia tidak ingin melibatkan mbok Sumi di dalam masalah keluarganya karena mbok Sumi sudah banyak membantunya.
"Keluarga ini memiliki hutang dengan kita dan sudah berjanji akan membayar hutang nya dengan angsuran 10 juta setiap bulan, dan bulan ini mereka sudah telah jika bulan depan tak juga bayar maka jangan salah kan kalau rumah akan di sita dan juga bunga akan semakin tinggi lagi." sahut pria tersebut.
"10 juta!" mbok Sumi sedikit terkejut ternyata besar sekali angsuran nya.
"Saya akan bayar untuk bulan ini, ini saya kasih 10 juta!" sahut mbok Sumi sambil mengeluarkan uang 10 juta cash dari tas belanjanya, karena tadi beliau mampir ke rumahnya dulu mengambil uang nya dan membawa ke sana.
"Nah gitu dong, jangan lupa bulan depan uangnya sudah siap," ucap rentenir tersebut kemudian meninggalkan ruang tersebut.
"Mbok Sumi kok di kasih sih," sahut Felysia tak habis fikir karena uang 10 juta bukan kah tak sedikit apa lagi mbok Sumi udah tua renta.
"Udah gak papa, lebih baik kamu makan yuk nih mbok bikinin sarapan yang enak." ucap mbok Sumi membawa sebakul sarapan.
Setelah kejadian tersebut Felysia terus saja melamun bahkan jarang sekali makan hingga tubuhnya menjadi kurus, guru di sekolahnya juga memberi 3 hari libur untuk Felysia karena Felysia sudah kelas 3 jadi gurunya tidak bisa memberikan libur terlalu lama karena banyak serangkaian kegiatan ujian di sana.
Bahkan setelah ujian sekolah di laksanakan Felysia lebih banyak diam dari pada ceria seperti dulu, dan sekarang mbok Sumi lah yang merawat Felysia karena Felysia sekarang sudah tidak punya siapa siapa lagi sehingga mbok Sumi dengan ikhlas merawat Felysia, dan dua bulan ini mbok Sumi membantu Felysia membayar hutangnya karena rentenir terus saja datang setiap bulan nya, mbok Sumi sedikit takut karena persediaan uangnya sudah semakin menipis saja padahal uangnya itu sudah ia tabung beberapa tahun namun beliau tidak mengeluh karena baginya Felysia adalah harta tak ternilai ya di bandingkan uang yang ia punya.
Setelah lulus sekolah, mbk suci salah satu tetangganya mengajak Felysia untuk bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai office girl, Felysia pun menerima nya karena bagaimana pun dia harus berusaha untuk bekerja bukan dan tidak untuk menggantungkan diri terus kepada mbok Sumi dan juga dia juga harus mengganti uang mbok Sumi bukan karena gaji bekerja di sana juga lumayan besar jadi Felysia menerimanya.
.
.
**Bersambung**..........
kurang konsen penulisnya
.agak bertele2 juga.....bos kayaraya nyari bukti nyeliki aja dak berhasil