Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Maaf
****
Velicia memilih dua botol minuman coklat dari sederet minuman lainnya yang ada di dalam kulkas mini market. Setelah selesai, ia segera membawanya ke kasir bersama beberapa cemilan yang sedang ingin ia makan.
Di luar, Sharine tengah terduduk di sebuah kursi yang bersampingan dengan meja. Tatapan perempuan itu sibuk menatap jalanan sore yang akhirnya terbuyarkan oleh kedatangan Velicia di hadapannya.
"Minuman coklat untukmu, karena telah menolongku tempo hari. Untuk bayaran rumah sewa, aku mengutangnya terlebih dahulu sampai aku menemukan pekerjaan," ujar Velicia sembari menarik salah satu kursi, kemudian duduk tepat di seberang Sharine.
Saat tangan Velicia mulai membuka tutup botol minuman yang ia beli, Sharine berdecak beberapa kali sampai-sampai membuat Velicia merasa heran dengan tingkahnya.
"Ada apa? Ada yang salah denganku?"
"Ya. Sore ini kau mendadak bersikap seakan ini kali pertama aku menolongmu. Bayar sewa rumah? Aku tidak akan menerimanya meski kau berlutut di hadapanku, Velicia."
"Ya, ya, ya. Kapan-kapan akan aku pikirkan."
Sharine menggelengkan kepalanya. Lantas, salah satu tangan perempuan itu meraih sebotol minuman coklat yang sudah Velicia berikan untuknya. Membukanya, kemudian meneguknya dalam detik itu pula.
"Jadi, apa yang kau lakukan agar Andrew pergi saat itu?"
Sharine menaruh kembali botol minumannya di atas meja, kemudian meraih salah satu cemilan milik Velicia dan membukanya. Mengunyahnya, lalu kemudian mulai menjawab pertanyaan dari Velicia.
"Berpura-pura mobilku mogok. Ah, bukan. Lebih tepatnya aku rela membocorkan ban mobilmu menggunakan cutter."
"Lalu, apa yang dia lakukan setelahnya?"
"Setelahnya?"
"Iya, setelahnya."
Velicia nampak semangat untuk mendengar cerita Sharine dengan Andrew. Sementara Sharine, perempuan itu merasa sedikit gugup. Sebab, ia merasa takut jika saat ia menceritakan malam saat bersama Andrew, ia akan lupa diri sehingga ia menjadi salah tingkah dan bertingkah secara berlebihan.
"Kami menunggu mobilnya diperbaiki," ujar Sharine berbohong.
Sejujurnya, ia sedikit ketakutan untuk menjawab demikian. Sebab, ia takut semisal Andrew justru akan menceritakan semuanya kepada Velicia. Akan tetapi, Sharine merasa jika ia tidak begitu penting untuk hidup Andrew. Jadi, bisa dipastikan jika pria itu tidak mungkin menceritakannya kepada Velicia.
Sekali lagi, Sharine bukan malu untuk mengakuinya, tetapi ia takut jika ia menceritakannya kepada Velicia, perasaannya akan terungkap dengan sangat mudah. Sharine tidak ingin hal itu terjadi, sebab pasti akan memiliki dua kemungkinan yang pahit. Velicia atau Andrew bisa saja menjauhi dirinya.
"Terima kasih, ya. Maaf sudah merepotkanmu hari itu."
"Tugasku memang untuk menjagamu, Nona Velicia. Selama si pangeran Jericho tidak ada di sampingmu," ledek Sharine. Velicia tertawa mendengar ledekan dari teman dekatnya tersebut.
"Ya, ya. Aku percaya padamu."
****
Jericho menatap poto Velicia terus-menerus. Perasaan rindunya semakin menggebu. Ia berharap jika bertemu kembali dengan istrinya lagi, Jericho bisa bersikap lebih dewasa. Tidak berkoar-koar seakan hanya ia yang paling disakiti.
Jeremy perlahan masuk ke dalam ruangan Jericho. Sejak tadi, pria itu tak henti mengamati Jericho yang hanya menyibukkan diri menatap sebuah figura poto yang beberapa hari lalu pernah Jericho tarik dari meja kerjanya dan memasukkannya ke dalam lemari barang-barang tidak terpakai.
"Kelihatannya kau sangat sibuk. Apa yang sedang kau kerjakan?" tanya Jeremy sembari mendekat ke arah Jericho.
Jericho yang tiba-tiba mendengar suara Jeremy di dekatnya, buru-buru memasukkan poto Velicia ke dalam laci. Kemudian, kedua tangannya mendadak ia letakkan pada sebuah balpoin untuk segera menandatangani sebuah berkas penting.
"Menandatangani berkas. Lalu, apalagi yang akan aku lakukan?"
Jeremy berdeham kecil. "Jangan-jangan kau baru saja mengalami penyesalan karena telah mengusir istrimu?"
Merasa terpancing, Jericho dengan segera meletakkan balpoinnya kembali. Kemudian, wajah pria itu segera menoleh ke arah Jeremy yang sedang tersenyum penuh ledekan.
"Untuk apa aku menyesal? Aku tidak menyesal sama sekali. Untuk apa memiliki istri yang hobi berkhianat?"
"Menurutku, kalian perlu berbicara dengan tenang dan hanya berdua. Jangan ada orang lain. Tanyakan padanya apakah benar dia melakukan kesalahan fatal itu?"
"Aku tahu kau tidak mempercayainya, Jeremy. Tapi, aku adalah korban di sini. Kau tidak akan merasakan apa yang sedang aku rasakan jika kau tidak pernah berada di posisiku sebelumnya. Jadi, jangan ikut campur urusanku!"
Jericho berdiri dari posisinya. Bergegas keluar dari ruangan kerjanya, meninggalkan Jeremy di sana yang masih mematung tak percaya. Sejak Jeremy berteman dengan Jericho, hanya kali pertama ini Jericho memperlakukannya seperti orang asing yang tak diperbolehkan ikut campur atas masalahnya sendiri.
"Padahal niatku baik. Aku tidak ingin kalian berpisah, karena aku tahu jika kalian masih sangat saling mencintai satu sama lain."
****
Sore ini, setelah bertemu dengan Sharine, Velicia berencana menemui Andrew di kantornya. Ia juga membawakan beberapa cemilan yang Andrew sukai di sebuah toko roti. Sambil menunggu, Velia memutuskan duduk di sebuah kursi besi yang ada di lantai dasar. Biasanya, tidak lama lagi Andrew akan segera pulang dan melewati lobi utama gedung.
Sambil menunggu, sesekali Velicia mengelus perutnya yang masih rata. Di internet, dia menemukan beberapa fakta jika sentuhan sang ayah akan mempengaruhi pertumbuhan seorang janin. Sayang sekali, ia kesulitan untuk mendapatkan sentuhan dari Jericho untuk saat ini.
Saat Velicia sedang sibuk menerawang jauh sembari mengelus perutnya, Andrew menyadari kehadiran perempuan itu sejak ia keluar dari lift. Tanpa memanggil bama Velicia terlebih dahulu, Andrew memutuskan untuk mendekatinya terlebih dahulu dan menyapanya.
"Sudah lama menungguku di sini?" tanya Andrew setelah ia sampai di hadapan Velicia.
Perempuan itu terlihat sedikit terkejut. Lantas, ia mengangkat wajahnya segera dan mendapati Andrew sedang tersenyum manis kepadanya. Tak lama, Andrew ikut menyusul duduk tepat di samping perempuan itu.
"Kau membawakan aku cemilan juga?" tanya Andrew, lagi. Setelah kedua bola matanya tak sengaja menoleh pada sebuah plastik yang ada di samping Velicia.
"Ti-tidak. Ini bukan untukmu."
"Benarkah? Tapi, ini roti-roti kesukaanku. Kau juga mengetahuinya. Kau bahkan tidak menyukai apa yang aku sukai."
Velicia mengerjapkan kedua bola matanya. Bibirnya mendadak terkunci dan kesulitan untuk membela diri. Sementara itu, Andrew sudah mulai mengambil beberapa roti yang Velicia bawakan untuknya. Membukanya, kemudian memakannya dengan cepat.
"Aku ... aku ingin meminta maaf soal kejadian hari itu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk berdebat denganmu. Sekali lagi, aku minta maaf," ujar Velicia yang akhirnya memilih jujur kepada Andrew.
Sejujurnya kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu kali saja. Velicia sering melakukannya. Membuat Andrew sebal, kemudian meminta maaf karena merasa tidak tenang setelah membuat keributan. Selama itu, Andrew selalu memaafkannya. Pria itu sama sekali tidak berubah. Selalu menjadi Andrew yang siap memaafkan seluruh kesalahan kecil dan besar Velicia.
"Aku tidak pernah menuntutmu untuk meminta maaf. Jangan lakukan itu. Hal seperti ini selalu terjadi kepada kita. Aku menyukainya. Setidaknya aku tahu, saat kau marah ... sama halnya dengan kau melampiaskan segala kesulitan yang tidak bisa kau ceritakan pada siapa pun. Aku menyukai itu, Velicia."
****
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂