“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Di Kantor
Antariksa Grup …
Sebuah insiden terjadi pagi ini di kantor Antariksa Grup. Ada sebuah penyusup yang menembak jendela besar lobby utama Antariksa Grup. Entah apa motifnya, semua ini masih diselidiki oleh pihak keamanan dan staff IT.
Semua karyawan jadi ketakutan, takut mereka yang terkena insiden mengerikan itu. Keadaan kantor jadi tak kondusif, masih ada beberapa orang yang syok berat atas kejadian yang baru saja terjadi.
Sekretaris Doni sedang berada di ruang IT, untuk mengecek CCTV, dan memeriksa beberapa orang yang keluar masuk area perusahaan. Doni masih belum bisa memastikan, siapa dalang dibalik teror penembakan tersebut.
“Doni, apakah kau sudah menemukan siapa pelakunya?” tiba-tiba Alvin datang, masuk ke ruang IT bersama Tiara.
“Ah, selamat pagi, Tuan, Nona. Untuk sekarang, kami belum tahu siapa pelakunya. Pelaku penembakan ini berada di dalam mobil sampah, yang telah mengangkut sampah di kantor kita. Saat akan keluar perusahaan, mereka melakukan aksinya, Tuan. Tapi kurasa, tak mungkin itu dari pengelola sampah, sepertinya mereka menyamar. Karena itulah, kita agak kesulitan menemukan pelakunya, Tuan. Kaca mobil sampah itu juga gelap, kita tak bisa mendeteksi wajah pelaku.” Sekretaris Doni menjelaskan.
“Kerahkan anak buahmu, pergi ke tempat penampungan sampah yang mengelola sampah perusahaan kita! Dapatkan mereka secepatnya! Berani-beraninya dia menyenggol perusahaanku. Belum tahu dia, sedang berhadapan dengan siapa!” perintah Alvin.
“Baik, Tuan Muda.”
“Roy, Fahri, Zacky, tolong pantau semua CCTV dari sekarang. Lihat dan perhatikan semua orang di kantor kita! Jika ada yang mencurigakan, segera laporkan pada Sekretaris Doni!” titah Alvin lagi.
“Baik, Tuan, siap,” jawab mereka bertiga.
Alvin menatap Tiara, yang terlihat kebingungan dan gugup berada di kantornya. Alvin pun perlahan memegang tangan Tiara, lalu mengajaknya keluar dari ruangan IT. Tiara sedikit kaget, karena Alvin tiba-tiba saja refleks memegang tangannya.
Perlahan Tiara sadar, semua orang di kantornya tahu, jika ia dan Alvin adalah suami istri sungguhan. Tentu saja Alvin pasti sengaja memegang tangannya, agar terlihat romantis dihadapan semua karyawannya.
Alvin tak membawa Tiara ke lobby utama. Ia takut, jika ada pecahan kaca yang tak terlihat dan melukai dirinya juga Tiara. Sementara lobby dibersihkan, Alvin mengajak Tiara berkeliling perusahaan dahulu, agar Tiara tak terlalu syok.
“Kenapa wajahmu?” tanya Alvin.
Tiara memegang wajahnya, “Wajahku? Memangnya kenapa? Ada kotoran kah?”
“Wajahmu memerah, kau juga nampak gugup sekali,”
“Kamu gak peka ya, Mas,” Tiara geleng-geleng kepala.
“Gak peka gimana?”
“Semua mata tertuju padaku. Apa kau tak sadar? Banyak sekali pandangan mata melirik kearahku, ketika kita menuju ruangan IT. Aku malu, aku gugup. Aku menyesal ikut ke kantormu. Tau gitu, mending aku pulang aja ke rumah kontrakanku,” Tiara menghela napas panjangnya.
“Ya bagus lah, kenapa harus malu? Kau harus tahu, Tiara … di kantor ini, hampir 90% karyawatiku, pasti mengagumiku. Mereka tergila-gila pada pesona ketampananku! Kau harusnya bangga, bisa memegang tanganku, dan berjalan bersamaku! Mereka pasti sangat iri padamu sekarang! Lihat saja, ada beberapa mata yang menatapmu sinis!” Alvin menyeringai.
“Ya maka dari itu, aku sungguh tak nyaman! Ya ampun, aku menyesal ikut ke sini! Mas, aku mau pulang! Mereka terus saja menatapku! Gak nyaman banget!” Tiara menggigit bibir mungilnya.
“Ya biarkan saja! Mereka kan tahu, kau adalah istriku! Apa mau kubuat mereka lebih iri padamu? Sini, biar kutunjukkan!” Alvin sepertinya akan melakukan sesuatu.
Alvin memegang bahu Tiara, ia lantas membenarkan posisi Tiara ke hadapannya. Kini, mereka saling berhadapan, dengan tangan Alvin yang masih memegang bahu Tiara. Tiara melotot kaget, apalagi ini? Batinnya. Alvin benar-benar pria misterius, yang tak bisa ditebak.
Ternyata, perlahan-lahan, Alvin mendekatkan wajahnya pada Tiara. Ingin rasanya Tiara menolak saat ini juga, dan mendorong tubuh Alvin, namun apalah daya, ia tak sanggup, ketika melihat semua mata tengah tertuju pada mereka berdua.
Astaga, Ya Tuhan, apalagi ini? Apa yang akan dilakukan oleh manusia aneh ini? Memalukan sekali! Kenapa harus seperti ini!!! Ucap Tiara dalam hati.
Tiara refleks menggigit bibir mungilnya, ia juga memejamkan mata, saking tak sanggupnya menatap wajah Alvin yang semakin mendekat ke wajahnya.
Ternyata Alvin memberanikan diri untuk mengecup kening Tiara, di hadapan semua karyawannya. Entah apa maksud dan tujuan Alvin mengecup kening Tiara. Yang jelas, kecupan itu terasa hangat sekali.
Tiara tak mampu berkutik lagi, ketika bibir Alvin sudah mendarat di keningnya. Sungguh Tiara tak kuasa untuk membuka mata, karena kini tangan Alvin sedang memegang lehernya, menikmati bibirnya yang sedang mengecup kening Tiara.
Setelah beberapa saat, Alvin melepaskan ciumannya. Alvin lagi-lagi bersikap aneh. Alvin malah memeluk Tiara dengan hangat. Pelukan itu berlangsung selama beberapa detik, hingga akhirnya Alvin memegang tangannya lagi, dan berlalu meninggalkan lantai satu kantornya.
“Mas Alvin, cepet, cepet ke tempat yang gak banyak karyawannya! Aku malu, sumpah!” bisik Tiara pada Alvin.
“Iya, aku tahu di mana tempat itu!”
Alvin menggandeng Tiara, berjalan menuju lift terdekat, dan meninggalkan lantai satu. Sontak saja semua karyawan di lantai satu, mulai menyuarakan pendapatnya masing-masing.
“Anjiiiiiir, wagelaseh! Parah, parah, parah! Dunia kayaknya cuma milik mereka berdua kali ya? Yang lainmah ngontrak! Ampun dah Bos Alvin,” seru salah satu karyawannya.
“Emang ye, dia kek mana itu ya? Kok enteng banget peluk cium di kantor? Kite nih dianggap rumput apa pohon kali yeee. Bos Alvin, kau sungguh ter … la … luuuuh! Kalau kata bang Rhoma, mah,” tambah Gino.
“Dadas, dadas. Udah seperti batu aja we kitamah di mata mereka teh! Bener-bener nya, kalau pengantin barumah kayak gitu! Meuni so suit pisan uhuyyy!” tutur Yuni.
“Sumpah, yah, selama ini gue ngefans sama Bos Alvin, gue gak pernah sesakit ini! Nyesek banget dada gue, bor! Sakit, sakitnya tuh udah kayak di tabrak truk tronton tau gak!” Winda pun bereaksi.
“Istrinya Bos Alvin kelihatannya B aja gak sih? Tapi vibes-nya itu mewah banget! Dia berkelas, meskipun penampilannya natural!” Cici pun ikut mengomentari.
Alvin dan Tiara pun naik lift, entah akan ke mana Alvin membawa Tiara. Akhirnya Tiara bisa bernapas lega, setelah beberapa saat tadi berulang kali ia menahan napas saking kagetnya.
“Apa-apaan sih! Kenapa harus membuat hal yang memalukan seperti itu, Mas? Kau tahu, mau ditaruh di mana mukaku nanti!”
“Sensasinya berbeda sekali, ya. Biarkan saja mereka berkata apa! Toh, ini kantorku, semua ini milikku! Sah-Sah saja kan jika aku mau melakukan apapun?”
“Ya tapi kau juga harus tahu tempat! Masa bersikap seperti itu di depan banyak orang!” Tiara cemberut.
“Oh, jadi harus di tempat yang sepi, ya?”
Astaga, sepertinya aku salah bicara. Batin Tiara.
“Ah, sudah, sudah. Lupakan saja. Mas Alvin, kita mau ke mana lagi?” Tiara mengalihkan pembicaraan.
“Kita akan ke tempat sepi, di mana hanya ada aku dan kau, agar kau tak malu melakukan hal seperti itu di tempat ramai. Kau ingin mengulanginya di tempat sepi kan? Ruang kerjaku lah tempatnya! Kita akan segera sampai di lantai dua belas, ruangan kerjaku, yang sepi, dan tak ada siapapun!” Alvin menyeringai penuh rasa puas.
“Mas Alvin, ya ampun, kau ini kenapa! Kenapa jadi menanggapi ucapanku dengan serius! Kita ke bawah lagi saja, mengecek pelaku teror! Ayo! Turunkan lift-nya!” Tiara jadi salah tingkah.
Alvin tak mengindahkan keinginan Tiara. Alvin tetap mengunci lift, agar segera sampai di lantai dua belas, ruang kerjanya yang megah dan luas, juga tak ada siapapun di dalamnya.
*Bersambung*
Halo, Kakak-Kakak, untuk yang belum follow aku, follow dulu ya akun aku ini. Klik profil aku di bawah novel ini, nanti ada pilihan ikuti, ikuti yaaa, biar kalau update novelnya ada di pemberitahuan kalian. Ikuti akun noveltoon aku ini ya, terima kasih banyak 🤗🤗🤗