Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Semenjak kejadian di lift itu, Latifa merasa canggung. Dia sadar betul, bahwa dia menyimpan rasa dengan atasannya.
Hari ini adalah hari terakhir kegiatan mereka melakukan trip dinas. Itu artinya, dia tidak akan melihat wajah tampan Vano lebih dari 9 jam. Karena normal jam pekerja adalah 9 jam lamanya.
Pegawai lainnya sudah siap untuk makan malam bersama, sekalian penutupan acara. Latifa memang sengaja untuk datang terlambat, karena dia juga merasa tidak enak badan pagi harinya.
Saat dia sampai di tempat acara, Vano sudah menatapnya dari kejauhan. Latifa mendekati meja untuk bergabung.
Namun, saat Latifa menarik kursi di sebelah teman-teman sekantornya, Vano menahan tangannya. Sontak membuat Latifa menoleh.
"Kenapa Pak?"
"Duduk di sini aja. Di samping saya." Perempuan itu meneguk salivanya dan mengerjap. Cobaan apa lagi ini untuknya?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Manik matanya berbinar, Dinar tidak percaya mendengarnya. "Sungguh? Mas bakal pulang hari ini?"
"Iya, Ra. Tunggu Mas ya sayang!" Sahutnya lembut dari seberang telepon.
Dinar tersenyum sambil mendengar semuanya. Suaminya hari ini akan kembali. Ah, sudah seminggu dia tidak kembali. Rindunya menggebu rasanya.
"Mas, Dinar tunggu.., segera pulang."
"Hmmm, baiklah, mas mencintaimu."
Klik!
Vano menutup teleponnya, Dinar bangkit dari duduknya. Dia menuju ke dapur untuk memasak sesuatu. Barang kali ada kejutan untuk kepulangan suaminya.
Dia berencana membuat roti, menyambut kedatangan suaminya. Dinar dengar dari Arin, Suaminya suka roti yang bahan dasarnya campuran ubi ungu (ubi jalar).
Dinar ingin membuatkannya, berbekal nekat menonton tutorial di Youtube. Toh bahan-bahannya mudah di cari.
Saat Dinar sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan yang telah lengkap, Arin menegurnya, Dia turun dari kamar, melihat kakak iparnya yang berada dapur dan berjalan mendekati, "Mbak Dinar? Buat apa nih?"
"Roti, Rin. Kamu mau bantu Mbak?"
"Hehe... Skip aja ah.., yang ada malah rotinya gosong nanti, hahaha...,"
Dinar menggelengkan kepala mendengarnya, "Ish kamu ini ya.., ada-ada aja!"
"Tumben banget sih Mbak, buat roti. Siapa yang mau ulang tahun?" Tanyanya.
"Engga sih, cuma anu..,"
"Apa mbak? Anu-anu?" Tanyanya tidak sabaran.
"Mas mu tadi nelpon Mbak. Tadi katanya, dia mau pulang hari ini."
"Cie, ada yang balik nih! Uhuyyy! " Godanya terkekeh.
Dinar tersipu. Baru kali ini dia rasakan berhubungan jarak jauh, dan rasanya nina-ninu. Rindunya meletup-letup, bahagia, tidak sabar ingin bertemu, semua bercampur jadi satu.
Arin mendekati meja, dan menahan tubuhnya dengan kedua siku yang dia letakan di atas meja.
"Oh iya.., Mbak, tau ga?"
"Enggak, kenapa Dek?"
"Bapak tiba-tiba izinin aku buat staycation liburan sama Catrine, Mbak!" Senangnya.
Dinar terdiam. Kaget sekali tiba-tiba mendengar Arin mengatakannya. Pak Arga? lelaki itu? setahunya adalah orang yang keras. Lalu kenapa dia mengizinkan Arin setelah dengan dia membujuk pun, tidak ada hasilnya?
"Loh.., benaran Dek?" Responnya hanya itu saja kepada Arin.
"Serius, Mbak. Buat apa aku bohong? Jadi, pas itu aku di panggil Bapak ke ruangannya. Nah, aku kan mode masih ngambek tuh.., Yaudah aku dateng aja ke ruangan Bapak sambil jutek-jutek gitu lah." Celotehnya.
"Terus?"
"Bapak nanyak sih, Ya tanyak tujuan, sama siapa aja di sana. Formalitas sih. Dan, habis itu, Bapak ngasih izin deh," Kata Rosa dengan terkekeh kecil.
"Bagus lah, akhirnya Bapak ngerti, apa mau mu. Jangan berulah lagi, Mas kamu udah balik soalnya."
Arin menepuk jidatnya, "Oh yaaa! Pantes di kasih izin! Argh, Bapak..."
"Loh memangnya kenapa, Dek?"
"Mas Vano itu lebih posesif, protect, di bandingkan Bapak, Mbak. Kalau Bapak izinkan, kadang aja Mas Vano enggak izinkan! Pusing kan Mbak, jadi cewe sendiri aku di rumah."
Tangan Dinar mengadon tepung tapi masih dengan mendengarkan adik iparnya itu berceloteh.
"Hmm, kalau masalah Mas, nanti Mbak coba bujuk ya? Soalnya, Mas Vano kayaknya moodnya lagi baik.”
"Beneran ya Mbak?! Bener?!" Tanyanya dengan excited.
"Iya bener! Emang ada selama ini Mbak pura-pura sama kamu?" Tergelak.
Arin menggelengkan kepalanya, "Ya enggak sih! Yeay! Makasih Mbak Dinara sayang! Ahh beneran gak sia-sia emang Mas Vano milih perempuan kayak Mbak Dinarku ini!" Serunya.
Dinar tersipu mendengarnya, apakah memang sesungguhnya dia pantas dengan Vano?
Kalau di ingat-ingat pun, pendidikannya jauh di bawah suaminya. Bahkan dia bekerja serabutan, kadang ya membantu Ibunya di sawah. Apa sungguh suaminya bersyukur berjodoh dengannya? Hatinya bertanya-tanya.
Dinar tersenyum. Namun, senyumnya sedetik luntur setelah Arin berceletuk.
"Anjir!" Keningnya mengerut, menatap Arin yang terkaget, "Rin, jangan ngomong gitu ah! Nanti Bapak dengar, malah kamu gak jadi di izinin pergi."
...BERSAMBUNG,...
Evano satya wijaya, Suami Dinar.
...Catatan Author!👇🏻...
...Jangan lupa banyakin Votenya buat Novel ini ya temen-temen!...