Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Suami dan Ayah Yang Gagal.
Raka gegas melepaskan rangku-lan dari pinggang istrinya, saat ini pria itu dan Zara masih berstatus menikah siri karena Raka belum mendaftar pernikahan mereka ke KUA. Entah kenapa, padahal Raka sudah menyandang status Duda.
Raka berjalan ke meja Maura, tanpa mengajak Zara.
“Kamu makan siang di sini juga, Maura?“ sapa Raka tanpa menyadari raut wajah Zara yang kesal karena ditinggalkan di belakang olehnya.
“Iya, tadinya mau makan siang sama Deva juga tapi sepertinya putriku nggak datang mungkin mendadak ada kegiatan di kampus nya.“ Maura menjawab dengan santai, tak ada lagi rasa kecewa apalagi marah pada Raka. Baginya, semua tentang mereka sudah berakhir.
“Nomerku masih di blokir Deva, bisakah kamu membantuku untuk bertemu putriku? Aku pernah menemuinya di kampus, dan dia marah besar karena malu pada teman-temannya. Aku salah saat itu, tapi aku pun tak bisa menemui Deva ke rumah mu... karena__“ Raka ragu-ragu mengatakan jika dia dilarang Zara untuk datang ke rumah Maura karena Zara sangat cemburu dia bertemu dengan mantan istrinya.
“Aku paham, Mas. Kamu nggak usah mengatakannya pun aku mengerti, pasti ada yang melarang mu datang ke rumah ku. Meksipun kita sudah berpisah, seharusnya istrimu mengerti jika masih ada Deva diantara kita. Padahal istrimu pun mempunyai anak darimu, seharusnya dia harus bersikap lebih bijak lagi.“ Sindir Maura terang-terangan, karena Zara sudah berdiri tepat di belakang Raka.
“Apa maksudmu, Mbak?! Kau ingin membuatku jelek di mata Mas Raka, jadi kamu ingin mempengaruhi pikiran suamiku dengan bilang aku wanita nggak pengertian dan nggak bijaksana! Kamu masih belum rela berpisah dengan Mas Raka, iya?!“ setelah memenangkan Raka, Zara sering mulai menampakkan sifat aslinya yang serakah dan ingin menguasai Raka sepenuhnya.
Maura tersenyum sinis, “Ini yang kamu bilang wanita baik, Mas? Bahkan dia malah menuduhku ingin mempengaruhi mu. Jika benar aku masih ingin berurusan dengan mu dan belum ikhlas berpisah dengan mu... sudah sejak lama aku memanfaatkan Deva untuk terus berhubungan dengan mu. Tapi, nyatanya... aku dan Deva bisa hidup tanpamu.“
Padahal Maura merasa tegang, ia takut Raka tau kelakuan buruk Deva beberapa waktu ini setelah orang tuanya berpisah.
Raka merasa tertampar, dia juga mengakui jika semakin hari perilaku Zara semakin berubah. Dulu, Zara selalu menjadi pasangan yang penuh pengertian dan selalu lembut. Namun akhir-akhir ini, Zara selalu cemburu buta saat Raka pulang terlambat dari perusahaan dan mengatakan Raka berselingkuh darinya.
Kecemburuan Zara pada Raka sudah sering keterlaluan, mereka kerap bertengkar dan akhirnya Raka lah yang harus mengalah dengan meminta maaf lebih dulu. Raka tak ingin kehilangan Zara setelah demi wanita itu dia meninggalkan Maura dan Deva.
Raka menarik lengan Zara dengan kuat, dia ingin membawa Zara pergi dari restoran daripada Zara berbuat masalah.
“Nyonya Maura, bagaimana keadaan Anda pasca operasi?“
Langkah kaki Raka terhenti saat mendengar seseorang bicara pada Maura, dia kembali membalikkan tubuh dengan wajah tegang.
“Saya benar-benar terkejut bisa bertemu Nyonya Maura disini, saya ada seminar di negara ini.“
Ternyata yang menyapa Maura adalah Dokter yang mengoperasi kista ovarium Maura.
Raka melepaskan ce.kalannya di tangan Zara, ia melangkah kembali ke meja Maura.
“Apa maksud perkataan mu tadi? Kau menanyakan keadaan Maura setelah operasi, dia sakit apa?“ wajah Raka dipenuhi ketakutan.
“Maaf, siapa Anda menanyakan keadaan mantan pasien saya?“ kata sang Dokter.
“Saya suaminya,“ ucap Raka tanpa sadar.
“Mantan suami!“ ralat Maura dan Daniel serta Zara berbarengan.
“Saya berhak tau keadaan Maura, karena dia ibu dari putri saya." Kekeh Raka masih ingin mengetahui tentang Maura.
“Maaf, tapi tentang penyakit pasien saya tidak bisa mengatakan sembarangan karena ada kode etik kedokteran. Kecuali, pasien yang bersangkutan mengijinkan.“
“Maura... aku mohon, katakan! Kamu sakit apa?!“
Maura melihat Raka yang menatapnya penuh iba, wanita itu tak ingin dikasihani. Raka memang tak salah sepenuhnya, ia lah yang dulu menyembunyikan penyakitnya karena Maura tau sifat Raka yang pasti akan merawatnya saat ia sakit. Itu lah kesalahan terbesar Maura, dulu saat masih suami istri ia tak jujur pada mantan suaminya itu.
“Silahkan tanyakan pada Dokter, aku mengijinkan.“ Maura mengangguk pada Dokter Labert.
“Nyonya Maura adalah mantan pasien saya dengan penyakit kista ovarium dua tahun lalu. Nyonya Maura menjalani operasi pengangkatan kista di Singapura, tempat saya bekerja.“ Dokter itu menjawab.
Tubuh Raka bergetar hebat, tangannya mencengkram kursi di depannya.
“Dua tahun lalu, Singapura. Apa saat aku mengalami kecelakaan dan kamu tidak pernah datang ke rumah sakit dengan alasan kamu masih sibuk dengan pekerjaan di Singapura. Waktu itu, aku sangat kecewa padamu... kamu lebih mementingkan perkejaan mu, tapi aku masih berpikir positif dan menunggu kamu yang tiba-tiba datang memberiku kejutan. Namun sampai aku pulang dari rumah sakit, kamu benar-benar nggak datang. Kamu__“ Suara Raka tercekat.
“Penyakit itu lah alasanku berubah dalam melayani mu sebagai seorang istri, aku selalu kesakitan saat melayani mu. Itu kan yang membuatmu berpaling dariku? Karena aku tidak bisa lagi memuaskan mu sampai akhirnya kamu menemukan yang baru, wanita muda yang bisa memuaskan mu!" Maura lupa disana ada beberapa orang yang mendengarkan pembicaraan antara dia dan Raka termasuk Gavriel yang duduk tak jauh dari meja Maura. Pemuda itu sengaja menguping sejak tadi.
Pemuda itu mengeratkan kepalan tangan, ingin sekali Gavriel menghajar Raka karena disaat Maura sakit Raka malah berselingkuh. Meskipun ia bisa menyimpulkan jika Raka pun sepertinya baru mengetahui tentang penyakit Maura.
Brak.
Maura yang akhirnya tersadar disana banyak pengamat, merasa malu sendiri lalu berdiri dan pergi dari restoran dengan langkah tergesa-gesa ingin segera kabur dari semua orang.
Raka ingin menyusul Maura, namun Daniel menghadang nya. “Biarkan Maura sendiri!“
“Siapa kau melarang ku?! Kau memang sangat dekat dengan putriku, tapi aku juga tau... sebenarnya kau sengaja mendekati putriku karena kau mempunyai rasa pada istriku dan selalu ingin berada dekat dengan Maura! Minggir! Jangan halangi aku!“ Raka menarik kerah kemeja Daniel.
“Kau benar, aku mencintai Maura! Dan ingat ini! Kau... bukan lagi suaminya! Berhentilah memanggil Maura istrimu!“ Daniel melepaskan tarikan tangan Raka dari kerahnya, dia berbalik pergi meninggalkan Raka untuk mengejar Maura.
Namun sayang, diluar restoran sosok Maura sudah tidak terlihat.
Di dalam mobil Gavriel, Maura sedang menangis. Ia merasa malu dengen situasi di dalam restoran tadi, harusnya dia menahan diri.
“Masih ingin terus menangis?“ Gavriel terus memberikan sehelai tissue pada Maura dan wanita dewasa itu mengambilnya untuk mengusap air mata.
Maura tak menjawab, dia tadi sempat memberontak saat Gavriel memaksanya masuk ke dalam mobil milik pemuda itu tapi tenaganya kalah kuat.
“Baiklah, aku akan membawa mu ke tempat dimana perasaan mu akan lebih baik. Let's go, baby...“
Gavriel menyalakan mesin mobil dan membawa mobilnya pergi dari pelataran parkir restoran.
Sementara Raka merasa dunianya runtuh, laki-laki itu diterpa penyesalan yang dalam. Ternyata bukan hanya menjadi seorang suami pengkhianat, tapi dia adalah suami yang lalai akan kesehatan istrinya. Kini bukan hanya suami yang pernah gagal tapi dia juga menjadi Ayah yang gagal karena kesulitan menemui putrinya sendiri.
d tunggu karya selanjutnya💜