NovelToon NovelToon
Zeline Racheline

Zeline Racheline

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: happypy

Rayan dan rai, sepasang suami-istri, pasangan muda yang sebenarnya tengah di karuniai anak. namun kebahagiaan mereka di rampas paksa oleh seorang wanita yang sialnya ibu kandung rai, Rai terpisah jauh dari suami dan anaknya. ibunya mengatakan kepadanya bahwa suami dan anaknya telah meninggal dunia. Rai histeris, dia kehilangan dua orang yang sangat dia cintai. perjuangan rai untuk bangkit sulit, hingga dia bisa menjadi penyanyi terkenal karena paksaan ibunya dengan alasan agar suami dan anaknya di alam sana bangga kepadanya. hingga di suatu hari, tuhan memberikannya sebuah hadiah, hadiah yang tak pernah dia duga dalam hidupnya dan hadiah itu akan selalu dia jaga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happypy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tujuh

Di bawah langit sore yang cerah, rumah megah milik maharani berdiri kokoh, pancaran sinar matahari lembut menembus jendela-jendela besar, menerangi ruangan dalamnya yang elegan. Di ruang tamu yang luas, beberapa orang sedang berbincang santai, tawa dan senyuman tersirat di wajah mereka. Maharani, ibu Rai, duduk di tengah, berbincang dengan temannya. Topik percakapan mereka bukan hal sembarangan, ini tentang perjodohan yang telah diatur sejak lama.

Maharani tampak begitu antusias, matanya berbinar saat membicarakan pemuda yang akan menikahi rai. Pemuda itu bukan orang biasa, dia seorang CEO sukses, kaya raya, dan memiliki reputasi yang tak terbantahkan. Bagi maharani, sosok itu sangat pantas untuk rai. Dia sudah membayangkan betapa indahnya masa depan, saat dirinya memiliki menantu yang sukses dan memperkuat kedudukannya di kalangan sosial.

Namun, Maharani sadar, ada satu rintangan besar yang masih menghalangi rencananya, Rai. Sampai detik ini, anaknya itu masih terjebak dalam kenangan masa lalu, terus mengingat suami dan anaknya yang bagi maharani telah tiada. Maharani tahu bahwa melupakan orang yang dicintai tak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi baginya, tak ada pilihan lain. Jika ingin rai memiliki masa depan yang lebih baik maka maharani harus melakukan apapun yang diperlukan agar anaknya cepat melupakan mereka.

Dalam hatinya, Maharani telah merancang rencana. Dia akan pelan-pelan meyakinkan rai, membujuknya dengan berbagai cara, membuat anaknya memahami bahwa kehidupan harus terus berjalan. Maharani yakin, seiring berjalannya waktu, Rai akan menerima perjodohan ini dan memulai hidup baru. Ini adalah langkah yang harus dia ambil, meskipun harus mengorbankan perasaan rai untuk sementara. Maharani yakin, semua akan berakhir dengan kebahagiaan.

"Tenang saja, anak saya pasti akan menerima kamu " ujar maharani dengan penuh keyakinan, matanya menatap pemuda di depannya dengan tatapan penuh harapan. Pemuda itu mengangguk pelan, menunduk dengan wajah sedikit memerah, menahan rasa malu yang menghampiri. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan yang tumbuh dalam hatinya. Sejak pertama kali melihat wajah rai, dia langsung jatuh cinta. Rai memiliki pesona yang tak bisa diabaikan, dan setiap kali pemuda itu mengingat senyuman rai, hatinya berdebar.

Tanpa sepengetahuan rai, pemuda itu sebenarnya sudah sering hadir di acara-acara yang melibatkan dirinya. Dia sering menyelinap ke fanmeet atau duduk di antara ribuan penonton saat rai mengadakan konser, menyaksikan dengan kagum saat idola hatinya bernyanyi di atas panggung. Baginya, kehadiran rai memancarkan cahaya yang mampu menerangi sudut-sudut gelap dalam hidupnya. Setiap kali dia melihat rai di atas panggung, perasaannya semakin menguat, dan harapan untuk bisa bersama rai tumbuh semakin besar.

Maharani tahu bahwa pemuda itu sudah lama menyimpan perasaan untuk anaknya, dan itu membuatnya semakin yakin bahwa pemuda ini adalah pilihan yang tepat. Baginya, yang terpenting adalah masa depan rai terjamin, dan dengan pemuda ini, Maharani percaya bahwa kebahagiaan yang pernah hilang dari hidup rai akan segera kembali.

"Atau kalau kamu mau ke apartemennya juga boleh, saya akan memberikan alamatnya padamu, sekalian kalian bisa kenalan di sana " ujar maharani tiba-tiba, memecah suasana tenang. Pemuda itu dan ibunya langsung menoleh, kaget mendengar tawaran yang begitu cepat dan langsung. pemuda itu namanya brian, Brian menggeleng dengan tegas.

"Tidak tante" jawabnya sopan,

"Biarkan saja begini. Saya tidak mau rai jadi membenci saya karena merasa terganggu. Akan ada waktunya kami berkenalan, semuanya butuh proses."

Brian adalah pemuda yang penuh kehormatan dan rasa tanggung jawab. Meski maharani sangat mendukung perjodohan ini, dia lebih memilih untuk menjaga jarak hingga waktunya tiba. Sebagai CEO yang sukses, lulusan universitas ternama di luar negeri, dan pemilik beberapa brand terkenal, Brian memiliki reputasi yang luar biasa. Banyak keluarga yang ingin menjodohkan anak mereka dengannya. Namun, Brian selalu menjaga jarak, bukan karena sombong, tetapi karena hatinya belum pernah benar-benar terpaut pada siapa pun.

Sampai akhirnya, Brian bertemu dengan Rai. Dari pertemuan pertama, dia merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Rai menjadi cinta pertamanya, sesuatu yang tidak dia bayangkan sebelumnya, karena dia selalu menjaga hatinya dari cinta yang datang tiba-tiba. Sama seperti Rai, yang hatinya hanya pernah diberikan kepada satu orang, Rayan, Brian merasakan hal yang serupa. Dalam hati, dia tahu bahwa Rai adalah orang yang selama ini dia cari, cinta yang selama ini dia tunggu.

Brian tak ingin terburu-buru, karena dia yakin bahwa cinta sejati butuh waktu untuk tumbuh dan berakar. Meski begitu, setiap kali melihat rai dari jauh, baik di konser maupun di acara fanmeet, rasa cintanya semakin kuat, membawanya lebih dekat pada harapan bahwa suatu hari mereka akan bersama.

🦋🦋

Malam ini terasa hangat dan penuh semangat bagi rayan dan zeline. Setelah menutup toko sore tadi, mereka memutuskan untuk pergi bersenang-senang. Tujuan mereka wahana permainan di pasar malam yang berada tak jauh dari rumah. Sebelum berangkat, Rayan teliti menyiapkan semua keperluan yang mungkin diperlukan selama di luar. Ia memastikan jaket dan masker sudah siap, serta bekal kecil untuk zeline.

Di halaman depan rumah, Rayan dengan hati-hati memakaikan zeline jaket tebal dan kaos kaki agar tetap hangat di tengah malam yang mulai beranjak dingin. Tak lupa, ia memakaikan jaket dan masker pada dirinya sendiri, bersiap menghadapi angin malam saat berkendara. Setelah memastikan semuanya aman, Rayan menggendong zeline ke motor, mendudukkannya di depan dengan hati-hati, tangannya yang kuat menggenggam zeline agar tetap seimbang.

"Pegangan yang erat ya nak " ucap rayan lembut, sambil tersenyum dari balik maskernya. Zeline, dengan wajah penuh kegembiraan, mengangguk patuh, matanya bersinar karena tak sabar. Setelah memastikan pintu rumah terkunci rapat, mereka pun berangkat. Motor melaju pelan di jalanan yang mulai sepi, angin malam menyapa mereka dengan lembut. Rayan merasakan kebahagiaan dalam keheningan malam itu, berdua bersama putri kecilnya, menikmati momen yang sederhana namun penuh kehangatan.

Sesampainya di lokasi, Rayan mencari tempat parkir yang pas untuk motornya. Setelah menemukan sudut yang aman, ia memarkirkan motor dan membantu zeline turun. Dengan penuh kasih sayang, Rayan memakaikan ransel berbentuk kelinci yang imut di punggung zeline, membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Begitu ransel terpasang, mereka berdua melangkah bersama menuju wahana permainan yang sudah ramai dipenuhi pengunjung.

Mata zeline berbinar-binar, penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan saat melihat berbagai permainan yang berwarna-warni. Gemuruh tawa dan sorakan anak-anak membuat suasana semakin meriah, dan zeline tidak bisa menahan diri untuk tidak berlari-lari kecil, ingin mencoba semua permainan yang ada di depan matanya.

“ ayah, adek mau coba yang itu!” serunya dengan semangat, menunjuk ke arah wahana ayunan yang bergerak tinggi. Rayan hanya bisa tersenyum melihat antusiasme putrinya. Ia menggenggam tangan zeline dengan erat, memastikan bahwa mereka berdua tidak terpisah di tengah keramaian. Malam ini adalah malam yang spesial, dan rayan ingin memastikan zeline merasakan semua keceriaan yang ditawarkan oleh wahana permainan ini.

Rayan menuruti permintaan zeline dengan penuh senyuman. Mereka berdua menuju wahana ayunan, dan Rayan ikut mengantri sambil menggendong putrinya yang tak sabar. Dalam antrean yang semakin panjang, Zeline tampak gelisah, tetapi semangatnya tetap membara.

“Ayah, adek nanti beli es krim ya! Nanti adek juga mau beli balon!” celotehnya ceria, suaranya menggema di antara keramaian. Para pengunjung yang ikut mengantri tidak bisa menahan senyum, terpesona oleh kepolosan dan keceriaan zeline.

Mendengar permintaan putrinya, Rayan hanya mengangguk dengan hangat “Iya dek, nanti kita beli balon ya.” Mendengar jawaban ayahnya, wajah zeline berbinar, dan dia langsung memeluk rayan dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaan terpancar dari matanya, membuat hati rayan hangat. Momen-momen kecil seperti ini adalah yang paling berarti baginya. Ia ingin mengabadikan setiap detik kebahagiaan itu, berjanji dalam hati untuk selalu ada bagi zeline, apapun yang terjadi.

Setelah mendapatkan tiket, Sekarang adalah saat yang ditunggu-tunggu bagi Rayan dan zeline untuk menikmati wahana. Mereka duduk bersebelahan di tengah ayunan, dan ketika ayunan mulai bergerak, rasa deg-degan dan kegembiraan memenuhi udara. Perlahan-lahan, ayunan itu bergerak lebih tinggi, mengangkat mereka dari tanah. Suara teriakan gembira dari pengunjung lainnya memenuhi telinga mereka, menciptakan suasana ceria yang tak terlukiskan.

Zeline, dengan mata berbinar dan senyum lebar, tak bisa menahan diri untuk berteriak. “Yeeee adek terbang!” serunya penuh semangat. Rayan menatap putrinya dengan bangga, hatinya dipenuhi kebahagiaan melihat zeline begitu ceria.

Tawa rayan mengalun bersama suara angin yang berhembus saat ia mengeluarkan ponselnya. Ia merekam momen berharga ini, ingin mengabadikan setiap detik kebahagiaan zeline yang ikut merasakan kegembiraan wahana bersama pengunjung lainnya.

“ lihat betapa senangnya dia ” pikir rayan dalam hati, seolah momen ini adalah hadiah terindah yang bisa mereka nikmati bersama. Ia terus merekam, tak ingin melewatkan senyum manis dan tawa ceria putrinya yang seakan terbang tinggi, jauh dari segala kepenatan hidup.

Setelah menikmati sensasi terbang di wahana ayunan, Rayan dan zeline beranjak ke wahana berikutnya, bianglala. Suara berdecit dari mesin dan tawa ceria pengunjung mengisi udara saat mereka mendekati roda besar yang menjulang tinggi di langit malam. Zeline masih melompat-lompat, semangatnya tak kunjung padam. Ia menatap bianglala dengan mata berbinar, penuh harapan untuk segera merasakannya.

Rayan, di sisi lain, merasakan jantungnya masih berdebar kencang akibat pengalaman ayunan yang ekstrem. Meski begitu, melihat kegembiraan di wajah zeline membuatnya tidak ingin mengecewakan anaknya. “Demi kebahagiaanmu dek ” pikirnya sambil tersenyum, berusaha menyingkirkan rasa gugup yang masih menggelayut di dadanya.

Mereka antri di belakang pengunjung lain, dan Rayan menggendong Zeline di depannya, membiarkan putrinya menikmati pemandangan sekitar. Gadis kecil itu melambai-lambai pada teman-teman sebayanya yang juga menunggu, sementara senyumnya semakin lebar.

Ketika gilirannya tiba, mereka melangkah ke dalam kabin bianglala yang nyaman. Rayan menurunkan zeline ke kursinya dan memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik. Ketika bianglala mulai bergerak perlahan, Zeline berseru gembira “Ayah, lihat! Kita semakin tinggi!”

Rayan menatap putrinya, rasa takutnya mendadak menguap melihat keceriaan zeline. Momen ini, melihat putrinya bersinar dengan kebahagiaan, lebih berharga daripada ketakutannya sendiri. Saat roda besar itu mulai mengangkat mereka ke ketinggian, Rayan berusaha untuk menikmati pemandangan malam yang indah. “Ini untuk zeline ” batinnya, bersyukur bisa berbagi pengalaman tak terlupakan bersama buah hatinya.

Saat rayan memandangi wajah ceria zeline, ingatan tentang rai kembali membanjiri pikirannya. Senyuman tipis terbentuk di bibirnya saat ia menyaksikan putrinya menikmati momen berharga ini.

“Sayang, lihatlah, putri kita bahagia sekali ” batinnya, merindukan sosok yang jauh dari mereka. “Andai saja kamu di sini, kita pasti bahagia.”

Mata rayan melirik ke langit malam yang dipenuhi bintang-bintang berkelap-kelip. Ia teringat pada kenangan indah bersama Rai momen-momen ketika mereka tertawa, berbagi impian, dan merencanakan masa depan.

“Aku rindu rai ” gumamnya pelan, suaranya hampir tertelan suara riuh di bawah mereka.

Dalam hati, Rayan berharap agar rai dapat melihat betapa bahagianya zeline saat ini, Dia ingin momen ini menjadi kenangan yang manis, meskipun tanpa kehadiran rai. Rayan merasakan angin lembut menerpa wajahnya, seolah memberi tanda bahwa rai tetap ada di sisinya, dalam ingatan dan cinta yang tak akan pernah pudar.

Setelah mereka turun dari bianglala, Rayan bertanya dengan penuh perhatian, “Adek mau main yang mana lagi?” Zeline, yang masih terpesona oleh keceriaan wahana yang baru saja mereka coba, menoleh ke arah ayahnya. Dengan mata berbinar, ia menunjuk salah satu permainan yang menarik perhatiannya, “Adek mau yang itu!” serunya, mengarah ke wahana kereta mini yang berwarna-warni.

Rayan tersenyum melihat semangat putrinya. Ia mengangguk dan menggenggam tangan zeline, membawanya ke arah wahana kereta mini. Setelah sampai, Rayan membeli tiket dengan cepat, tak sabar melihat kegembiraan di wajah zeline.

“Bisa naik sendiri dek?” tanyanya lembut saat mereka tiba di depan kereta. Dengan penuh percaya diri, Zeline mengangguk dan rayan membantu menempatkannya di kursi kereta. Sesaat setelah zeline duduk dengan nyaman, kereta mini mulai bergerak, berputar perlahan diiringi lagu ceria yang mengalun.

Zeline tertawa riang, tangannya melambai-lambai seolah ingin menyapa setiap penonton yang melihat. Rayan berdiri di luar, menyaksikan putrinya dengan hati penuh kebahagiaan. Setiap kali zeline melirik ke arahnya dan tersenyum lebar, rasa cinta rayan semakin menguat. Dia tahu bahwa saat-saat ini adalah kenangan berharga yang akan selalu diingatnya momen di mana tawa dan kebahagiaan zeline menggantikan kesedihan yang pernah menyelimuti hatinya.

Tak ingin melewatkan momen berharga, Rayan mengeluarkan ponselnya sekali lagi dan mulai merekam zeline saat kereta mini berputar. Dia berharap bisa mengabadikan setiap detik kebahagiaan putrinya, agar suatu hari nanti, saat dia dan rai bertemu, Rayan bisa menunjukkan semua kenangan manis ini kepadanya.

Zeline tersenyum lebar saat melihat ponsel ayahnya mengarah ke arahnya, tetapi senyumnya perlahan memudar ketika salah satu teman di sampingnya berseru “Bunda!” Suara itu membuat hati zeline bergetar, mengingat satu kata yang selama ini tak pernah bisa dia sebut, “ bunda.”

Dalam sekejap, kebahagiaan yang dirasakannya sirna. Zeline menatap ayahnya, matanya mulai berkaca-kaca. Rayan, yang sedang merekam, melihat raut wajah putrinya yang mendung merasa bingung. Apa yang terjadi? Mengapa zeline tiba-tiba terlihat begitu sedih?

Saat kereta mini berhenti, Zeline tidak dapat menahan air mata yang mengalir di pipinya. Rayan segera mendekat dengan panik.

“Adek kenapa?” tanyanya, berjongkok di depan putrinya, mencoba menenangkan.

Zeline menatap ayahnya dengan tatapan penuh harap “Dimana bunda adek?” tanyanya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam desahan angin malam.

Rayan merasakan hatinya nyeri mendengar pertanyaan itu. Dia tahu, pertanyaan sederhana dari putrinya menyimpan kerinduan yang mendalam, sebuah luka yang tak kunjung sembuh. Dengan lembut, Rayan meraih tangan zeline, berusaha memberikan ketenangan dan dukungan, meski dalam hatinya, dia pun merindukan Rai.

"Ayah, bunda adek mana? Teman adek ada bunda, kenapa adek tidak punya?" Zeline bertanya dengan suara bergetar, air mata mengalir di pipinya. Isak tangisnya membuat hati rayan hancur berkeping-keping. Dalam pelukannya, dia merasa tak berdaya, tidak tahu bagaimana menjelaskan kenyataan yang pahit ini kepada putrinya.

Rayan memeluknya erat, merasakan betapa kecil dan rentannya zeline dalam genggamannya. “Dek,” lirihnya, suaranya hampir tenggelam oleh suara isakan zeline.

“Bundaaa!” zeline terisak, memanggil sosok yang selama ini hilang dari hidupnya. Dalam pelukan ayahnya, dia merasa kesepian yang mendalam, seolah semua kebahagiaan yang dirasakannya sebelumnya telah sirna.

Rayan merasa air matanya mengalir tanpa bisa dia tahan. Dia ingin memberi zeline segalanya, ingin menghapus rasa sedihnya, tetapi dia juga merasakan beratnya kerinduan yang sama. Dia menggenggam tangan putrinya, berusaha memberikan kenyamanan dalam kesedihan yang melanda.

“Adek, ayah ada di sini. Ayah selalu ada untuk kamu ” katanya lembut, berharap dapat menenangkan hati kecil yang penuh kerinduan ini.

Tetapi dalam hatinya, Rayan tahu bahwa tidak ada kata-kata yang bisa mengisi kekosongan yang di buat oleh ibu rai. Dan saat zeline terus menangis, Rayan merasakan betapa dalamnya luka ini, baik untuk putrinya maupun untuk dirinya sendiri.

Dengan tangis yang tersedu-sedu, Zeline mengulang “Ayah, adek mau sama bunda! Mau bunda, ayah! Adek mau bunda!” Suaranya penuh kepedihan, seolah setiap kata yang terucap mencerminkan rasa kehilangan yang mendalam. Rayan yang melihat putrinya begitu terpukul, merasakan hatinya teriris. Dia tak bisa menahan air mata yang mengalir deras.

Segera, Rayan menggendong zeline, mengangkatnya dengan lembut sambil berusaha memberikan ketenangan.

“Kita pulang ya dek ” ucapnya bergetar, nada suaranya penuh kepedihan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya semakin memperdalam rasa sesak di dadanya, mengingatkan betapa ia merindukan Rai, ibu dari anaknya yang sekarang menangis dalam pelukannya.

Langkahnya menuju pintu keluar wahana terasa berat, setiap langkah seperti menambah beban di hatinya. Zeline terus menangis, menggenggam erat kaos ayahnya, tak ingin melepaskan harapan yang terus mengingatkannya pada sosok ibunya. Rayan berusaha menenangkan zeline sambil berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di depan putrinya.

Saat mereka melangkah keluar dari keramaian, Rayan merasakan seolah seluruh dunia mendadak sunyi. Dalam benaknya, dia terus menerus memikirkan rai, tentang bagaimana dia bisa membahagiakan zeline dan mewujudkan impian putrinya untuk kembali bersama ibunya. Namun, saat itu, yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha untuk menjadi ayah yang baik, meski hatinya sendiri hancur berkeping-keping.

1
Nikmah dara Puspa saragih
🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!