Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
"Papa!" kata Arsen dan Naya secara bersamaan.
Pak Aji segera menarik putrinya keluar dari kamar itu. "Apa yang kamu lakukan di sini? Ngapain kamu pakai baju kayak gini? Papa cari kamu semalaman, untung ada teman kamu yang bilang kalau melihat kamu di klub malam. Jangan buat malu Papa. Bagaimana kalau media sampai tahu perbuatan kamu ini."
"Pa, Naya gak ngapa-ngapain. Naya juga gak tahu kenapa Naya bisa ada di sini sama dia." kata Naya.
"Jadi maksud kamu, kamu dijebak sama dia!" tunjuk Pak Aji pada Arsen.
Arsen menggelengkan kepalanya. "Tidak Om, saya tidak mengajak dia ke tempat ini. Dia yang ke sini sendiri."
"Arsen!" Seketika Pak Tama menjewer telinga Arsen. "Papa sudah berulang kali bilang sama kamu jangan ke klub malam, tapi kamu masih saja bandel. Pasti kamu juga habis balapan lagi kan!"
"Aduh, iya Pa." Arsen mengusap telinganya yang terasa panas karena jeweran dari Papanya.
"Saya tidak mau tahu, pokoknya anak Bapak harus bertanggung jawab. Saya tidak mau wartawan sampai tahu masalah ini."
"Bapak pikir saya juga tidak bingung, apa kata client saya kalau sampai tahu perbuatan anak saya ini."
"Kita gak lakuin apa-apa." kata Naya sekali lagi.
"Naya, Papa tidak bisa dibohongi. Ini apa?" Pak Aji menyentuh leher Naya yang memerah bekas dari hisapan Arsen.
Naya hanya meraba lehernya. Dia tidak tahu apa yang membekas di lehernya. Apa jangan-jangan Arsen sudah menghisapnya seperti vampir yang kehausan darah.
"Arsen, kamu masih sekolah, sudah melakukan perbuatan asusila seperti ini. Kalau dia sampai hamil, memang kamu bisa menghidupi anak kamu dan anak orang," kata Pak Tama lagi. Keterbatasan waktunya bersama Arsen membuatnya tidak bisa mengawasi tingkah laku Arsen.
"Papa peduli apa sama aku. Selama ini Papa dan Mama juga sibuk sendiri."
Pak Tama menghela napas panjang dan mencekal tangan Arsen saat dia akan pergi. "Papa dan Mama bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan kamu. Tapi kamu bilang, kita tidak peduli sama kamu." Habis sudah kesabaran Pak Tama menghadapi putra semata wayangnya itu. "Pak Aji, kita bicarakan masalah ini di rumah." Pak Tama menggeret tangan putranya.
"Kita bicara di rumah saya saja," kata Pak Aji. Mereka semua keluar dari klub yang telah tutup itu lalu masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil, Naya beralih memeluk Mamanya yang sedari tadi hanya terdiam tak membelanya. "Ma, Mama percaya kan sama Naya. Naya dijebak, Naya tidak melakukan ini semua."
"Naya, Mama kecewa sama kamu. Kamu jangan mencari alasan. Mama tahu akhir-akhir ini kamu banyak berubah. Kamu masih berteman kan sama Tika? Mama sudah melarang kamu berteman sama dia tapi kamu masih saja dekat."
Naya hanya menundukkan pandangannya. Iya, dia salah tidak mendengarkan larangan Mamanya, sekarang dia baru tahu ternyata Tika adalah musuh dalam selimut.
"Kamu gak seperti kakak kamu yang pintar dan selalu bisa membanggakan orang tua."
Naya kini menatap jendela, air mata itu kembali menetes di pipinya. Dia tidak mau lagi mendengar Mamanya membandingkan dirinya dengan kakaknya yang baru saja lulus dari universitas luar negeri dan akan terjun ke dunia politik.
Selama ini Naya sudah berusaha menjadi anak yang baik, penurut, dan rajin belajar. Bahkan dia selalu juara satu di sekolahnya. Tapi saat dia melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak dia perbuat seperti ini, dia justru tidak mendapat pembelaan dari kedua orang tuanya dan disalahkan.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah. Mobil Pak Aji dan Pak Tama masuk ke dalam halaman rumah Pak Aji yang berpagar tinggi itu.
"Silakan masuk. Kita bicarakan masalah ini di dalam. Semoga ada solusi yang terbaik," kata Pak Aji.
Kemudian mereka semua masuk ke dalam rumah dan duduk berjejer di ruang tamu. Bu Nita menutup paha putrinya dengan bantal karena roknya sangat pendek. "Naya, jangan pernah pakai baju seperti ini lagi!"
Naya hanya terdiam. Dia kini menatap tajam Arsen yang ada di depannya. Dia tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan dia padanya semalam.
"Pak Aji, saya minta maaf atas perbuatan anak saya," kata Pak Tama memulai pembicaraan. "Saya tahu Anda seorang walikota, pasti tidak mau jika hal ini sampai terdengar ke media atau warga. Begini saja, bagaimana kalau kita nikahkan saja mereka."
"Gak mau!" jawab Arsen dan Naya secara bersamaan.
"Naya masih sekolah Pa. Naya gak mau menikah sama bad boy kayak dia."
"Lo pikir gue mau sama lo! Kayak gak ada cewek lain aja."
"Arsen! Kamu berani berbuat harus berani bertanggung jawab! Papa cuma ingin kasih kamu pelajaran, dan setelah menikah kamu harus keluar dari rumah dan menghidupi istri kamu seorang diri. Agar kamu tahu bagaimana susahnya mencari uang." bentak Pak Tama.
Seketika Arsen berdiri. "Papa. Kalau Papa mau usir aku dari rumah gak papa. Tapi gak harus menikah dengan dia!"
"Kalau kamu lari dari tanggung jawab, saya akan laporkan kamu ke polisi."
Mendengar perkataan Pak Aji, seketika Arsen kembali duduk. Dia hanya bisa membuang napas kasar. Sial sekali kali ini.
"Jadi Papa setuju dengan hukuman ini. Pa, Naya gak melakukan apapun sama Arsen. Papa tega sekali."
"Naya, sebelum media dan yang lainnya tahu masalah ini. Masalah ini harus segera diselesaikan," kata Pak Aji dengan tegas.
Naya berdiri dan meninggalkan mereka semua. Dia masuk ke dalam kamarnya lalu menutup pintunya rapat.
Mentang-mentang dia anak pejabat, apakah dia harus dituntut sempurna dan setelah melakukan kesalahan lantas dia dibuang.
"Oke, kalau memang ini mau Papa sama Mama." Naya mengambil koper yang ada di atas lemari lalu memasukkan beberapa pakaian dan semua perlengkapan sekolahnya.
Sedangkan di ruang tamu, mereka semua masih membicarakan masalah ini. "Saya sudah menghubungi petugas KUA yang bisa dipercaya. Kita nikahkan mereka di rumah ini hari ini juga dan kamu tetap di sini jangan kabur." kata Pak Aji lalu dia berdiri dan akan menemui putrinya.
Arsen menghela napas panjang. "Apa Papa gak menunggu keputusan Mama?" tanya Arsen.
"Mama kamu masih diluar negeri, dia sibuk."
Arsen tersenyum miring. "Mama mana peduli sama aku."
"Arsen jaga omongan kamu!"
"Memang benar, dari bayi yang mengurus aku hanya babysitter. Mama mana pernah peduli sama aku."
"Arsen, jangan buat masalah semakin buruk. Papa akan kasih kamu rumah sendiri yang sudah lengkap. Kamu tinggal menempati saja. Kamu belajar cari nafkah sendiri, agar kamu bisa menghargai kedua orang tua kamu yang banting tulang bekerja untuk memenuhi kehidupan kamu."
Arsen mengalihkan pandangannya. Sebentar lagi kehidupannya benar-benar akan berubah 180 derajat.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....