Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Takut Ammar Diambil.
Arya mencari keberadaan Alsya di Mansion, Brian memberitahu jika Alsya berada di kamar pribadi wanita itu terlihat dari rekaman Cctv.
Tok
Tok
"Sya, ini aku. Boleh aku masuk?"
Tak ada jawaban.
"Sya, akau nggak ada hubungannya dengan permintaan Papa padamu. Aku cinta sama kamu, nggak masuk akal kalau aku mendukung Kei menikahi mu. Apa kau tahu... Sya? Kalaupun kau setuju untuk menikah dengan Kei, aku akan mencul1kmu dan membawamu pergi dari sini... lalu menikahimu dengan paksa. Entah kau bersedia menikah denganku atau tidak, aku akan tetap menikahimu!"
Pintu kamar akhirnya terbuka, baru saja Arya ingin melangkah masuk ke dalam tiba-tiba Alsya menghamburkan tubuhnya memeluk Arya dengan erat.
"Hikssss... aku takut... aku ingin pergi saja dari sini... ternyata aku nggak sekuat itu saat berhadapan dengan laki-laki yang sudah menodai ku dulu... Tuan... bawa aku pergi. Aku takut Ammar diambil dariku..." runtuh juga pertahanan Alsya di hadapan Arya, apalagi saat wanita itu memeluk Arya. Entah kenapa dirinya merasa aman saat memeluk tubuh laki-laki yang selalu mengatakan mencintai nya.
Arya masih tak percaya wanita yang ia cintai sedang memeluknya erat, jantungnya bahkan mungkin saja bisa terdengar oleh orang lain saking berisik nya.
"A-aku sudah berjanji pada Ammar, aku akan menjaga kalian berdua. Jadi Sya, maukah kamu menjadi istriku... ibu dari anak-anakku kelak?"
Lamaran yang tidak pernah romantis, hanya dengan kata-kata namun jangan diragukan ketulusan dalam kata-kata Arya. Lamaran Pria itu untuk kesekian kalinya, ia menunggu jawaban Alsya dengan tangan yang berkeringat dingin.
"Kalau aku belum bisa mencintaimu__"
"Stttt... sayang. Lihat aku..."
Alsya melepaskan pelukannya dari tubuh laki-laki itu, Arya menjawil dagu Alsya mengarahkan mata Alsya agar menatap nya.
"Asal kamu memberikan kepercayaan mu dan hak hidupmu padaku, asal aku bisa selalu menjagamu... hal lain tak penting. Bahkan, andai sampai nanti kita menua bersama, kamu masih belum bisa mencintaiku... aku akan tetap selalu mencintai mu. Plisss, kali ini terima lamaranku. Aku akan memperjuangkan hubungan kita, tak perduli jika harus melawan Papa. Akan kuberikan segalanya padamu..."
Alsya menatap penuh haru, "Aku bersedia, Mas."
Mata Arya membelalak, bahkan ia seperti salah mendengar. "Ka-kamu apa, Sya?"
"Aku mau menikah dengan mu, Mas Arya." Alsya menurunkan tatapan matanya, ia merasa malu.
Arya yang begitu bahagia, gegas mengangkat tubuh Alsya memutar-mutar tubuh kekasihnya.
"Aww!!" pekik Alsya terkejut.
"Ahhhhh! Akhirnya Sya! Makasih sayang...! Aku bahagia sekali! Boleh aku mencium mu?"
Plakk!
Alsya memukul lengan Arya, "Mas!! Belum halal!"
Arya terkekeh, "Hanya bercanda sayang, ayo kita pergi menemui Papa ku."
Arya menurunkan tubuh Alsya, meski tak bisa berciuman ia mengangkat tangan Alsya dan mencium punggung tangan wanita itu.
"Alsya Salvana, i love you..."
Wajah Alsya merona, ia hanya mengangguk.
"Berjanjilah Sya, apapun yang terjadi... kita akan menghadapi nya bersama, kita akan menjadi satu jiwa. Aku pun berjanji, akan membuatmu jatuh cinta padaku..."
"Aku janji, Mas."
"Ayo pergi menemui Papa! Jangan takut, ada aku!"
Keduanya pun bersiap menghadapi Tuan besar Adiguna, entah apa yang akan terjadi?
.
.
Sementara setelah kejadian Alsya menolaknya, Keindra pergi ke sekolahan Ammar.
Sekolah yang telah dipilihkan oleh Arya melalui Brian, meski beberapa hari menyibukkan diri di perusahaan karena kecewa namun ternyata Arya masih perhatian pada Ammar.
Keindra menunggu di samping mobil dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, ia terlihat seperti hot Daddy dengan tubuh maskulin.
Ibu-ibu yang menjemput anak mereka saling berbisik melihat ketampanan Keindra, apalagi mobil mewah memperjelas status Keindra jika pria itu horang kaya.
Anak-anak keluar dari dalam sekolah, melewati gerbang. Namun mata Ammar tampak berkaca-kaca, ia kembali dipanggil anak haram oleh teman-teman di sekolah barunya. Entah darimana kabar ia anak haram tersebar, padahal Ammar baru sekolah dua hari disana.
Keindra membuka kacamata hitamnya, mengerutkan kening lalu menyipitkan mata melihat anaknya menangis.
Belum juga Keindra menghampiri Ammar, beberapa ibu-ibu tiba-tiba saja mendekati Ammar dan menunjuk-nunjuk anak itu.
"Nah, ibu-ibu! Ini nih anak yang saya bicarakan tadi! Dia ini anak baru dan dia anak haram! Katanya dia lahir dari wanita tidak benar alias wanita malam... karena anak ini lahir tanpa ikatan pernikahan! Kabarnya ibunya tekdung duluan, tapi nggak tahu siapa yang menghamilinya saking banyak nya pria yang tidur dengan ibunya! Masa anak-anak kita harus berteman dan satu kelas sama anak haram ini.... takutnya anak-anak kita ketularan dosa nya! Kita harus protes sama kepala sekolah, biar anak ini dikeluarkan dari sekolah! Sepakat kan... Ibu-ibu?!" Teriak salah satu ibu murid, wajah wanita begitu congkak menatap sengit pada Ammar.
Tubuh Ammar berjengkit menjauh, anak itu merasa takut dikerumuni orang-orang dewasa.
"Ayok! Kita protes pada kepala sekolah! Kenapa anak tanpa status jelas ini bisa diterima di sekolah elit seperti ini! Kita membayar sekolah mahal-mahal agar anak kita terjamin, sekarang malah ada anak haram!"
Sekolah Ammar memang salah satu sekolah swasta ternama, bahkan ada saham keluarga Adiguna di sekolah itu hingga Ammar mudah diterima.
Keindra sudah cukup diam, dia lalu menghubungi Brian untuk menyelidiki. Bagaimana mungkin kabar Ammar tanpa punya seorang Ayah begitu cepat diketahui oleh para orang tua murid, karena tidak mungkin pihak sekolah menggembor gemborkan data pribadi para siswa.
"Huh! Dasar anak haram!" Ibu-ibu yang pertama kali bicara kini mendorong tubuh Ammar.
"HEI....!!!" Keindra sudah tak tahan, ia berjalan dengan langkah lebar tatapan nya pun m3nghunus tajam.
Para ibu-ibu menatap takjub saat melihat wajah Keindra dari dekat, ternyata lebih ganteng dari pengamatan sedekat itu.
"Kau bilang apa barusan pada anak ini?! coba katakan lagi?!" Keindra menatap dingin ke arah si Ibu yang pertama kali memprovokasi.
"Saya bilang dia anak haram! Itu faktanya! Kalau Anda menyekolahkan anak Anda disini, sebaiknya Anda juga ikut kami protes Tuan. Mari!" jawab si Ibu masih belum merasakan atmosfer bahaya.
Keindra tertawa sinis, "Kau tahu anak yang kau sebut anak haram ini berasal dari keluarga mana?"
"Dia anak haram! Pastinya dari keluarga bobrok dan rendahan!"
Keindra mengetatkan rahangnya, kedua tangannya mengepal erat ingin sekali membungkam mulut busuk si Ibu.
"Dengar baik-baik...! Anak yang kau hina dengan sebutan anak haram ini, adalah Putraku...!!! Ammar adalah anak kandungku, dia keturunan dari keluarga Adiguna! Kau bilang keluarga ku adalah keluarga rendahan... kau akan melihat bagaimana keluarga rendahan ini menghancurkan mu!!!"
Keindra lalu menggendong tubuh Ammar, ia akan membiarkan Brian mengurus sisanya. Cukup ia menegaskan jika Ammar adalah putranya, keturunan keluarga Adiguna salah satu investor saham terbesar di sekolah!
.
.
Di ruangan pribadi Tuan besar, tangan Arya dan Alsya saling menggenggam. Mereka masih menunggu Tuan besar Adiguna. Wajah Arya pernah ketegasan tanpa ketakutan, ia akan melakukan apa saja demi Alsya meski harus diusir kembali.
"Sya, kalau aku diusir dan kita hidup susah diluar sana nantinya... seperti yang pernah kamu ingat tentang keadaan ku yang mirip gelandangan saat diusir Papa beberapa bulan lalu, apa kamu masih bersedia mendampingi ku?"
Tanpa keraguan, Alsya mengangguk tegas. "Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersama mu... Mas."
Arya tersenyum senang, ternyata seindah itu mendapatkan pengakuan dari wanita yang ia cintai.
Pintu terbuka, sosok Tuan besar masuk dengan wajah tanpa ekspresi menatap Alsya dan Arya. Lalu tatapan Tuan besar Adiguna jatuh pada tangan putra bungsunya yang saling bertautan dengan Alsya.
___
Hayo, kira-kira apa yang akan terjadi gaess?
Makasih masih setia membaca ❤️💋