Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Eldar
Dengan matahari yang mulai naik di langit, Raka dan Fluffernox melangkah keluar dari Hutan Terkutuk, meninggalkan kegelapan dan ujian-ujian berat di belakang mereka. Udara pagi yang sejuk dan sinar matahari yang hangat terasa menenangkan, seolah-olah menyambut keberhasilan Raka dalam melewati tiga malam yang penuh tantangan. Meski tubuhnya terasa lelah, ada semangat baru yang mengalir dalam dirinya, kekuatan yang menyala-nyala di setiap langkah.
Fluffernox berjalan di sampingnya dengan senyum tipis yang jarang terlihat. “Kau berhasil, Nak. Melihatmu bertahan sampai akhir… membuatku sedikit bangga. Tapi jangan sampai itu masuk ke kepalamu terlalu dalam.”
Raka tertawa kecil, menyadari bahwa Fluffernox memang tidak bisa berhenti menyindir meskipun mereka telah melewati begitu banyak bersama. “Ya, aku akan ingat itu, Fluffernox. Tapi, terima kasih sudah menemaniku. Tanpamu, mungkin aku sudah menyerah di malam pertama.”
Fluffernox mengangkat cakar gemuknya dengan acuh, meskipun sorot matanya terlihat sedikit hangat. “Jangan terlalu berterima kasih dulu. Kau masih punya jalan panjang di depan.”
Ketika mereka mendekati pondok Galendra, wanita tua itu sudah menunggu di depan, tatapannya tajam namun ada sebersit kebanggaan di matanya. Raka berjalan mendekat, menunjukkan jimat perlindungan yang dia bawa selama ujian, sebagai tanda bahwa dia berhasil menyelesaikan tugas.
“Selamat, Raka,” kata Galendra, suaranya penuh ketegasan. “Tidak banyak yang bisa bertahan hingga ujian terakhir dan kembali dengan selamat. Kau sudah membuktikan keberanian, kecerdasan, dan ketahananmu.”
Raka membungkuk sedikit, mencoba menyembunyikan rasa lega yang begitu besar. “Terima kasih, Ibu Galendra. Ujian ini membuka mataku tentang banyak hal. Aku tahu kekuatan ini bukan hanya soal kemampuan fisik, tetapi juga ketenangan hati.”
Galendra tersenyum samar. “Kau sudah belajar banyak dalam waktu singkat, Raka. Tetapi ingat, kekuatan ini hanyalah permulaan. Sebagai penyihir, kemampuanmu akan berkembang seiring waktu dan pengalaman. Namun, kau perlu belajar mengendalikan kekuatan itu agar tidak menguasaimu.”
Raka mengangguk, menyadari bahwa perjalanan ini masih jauh dari selesai. “Aku siap menerima apa pun yang perlu aku pelajari, Ibu Galendra. Apa pun yang akan membantuku melawan Radit dan menyelamatkan Aluna.”
Galendra menatap Raka sejenak, kemudian melambaikan tangannya, mengarahkan mereka masuk ke pondoknya yang kecil namun penuh dengan benda-benda magis. Di dalam pondok, aroma herbal dan rempah-rempah memenuhi udara, sementara rak-rak kayu dipenuhi dengan gulungan kertas dan botol-botol kaca berisi cairan berwarna-warni.
Di tengah ruangan, Galendra mengeluarkan sebuah cermin kecil dari lemari antik yang tampak usang. Dia meletakkannya di hadapan Raka dan berkata, “Cermin ini akan membantumu memahami kekuatan baru dalam dirimu. Tataplah dengan tenang, dan biarkan kekuatanmu menyatu dengan refleksi dirimu di cermin ini.”
Raka duduk di depan cermin, menatap bayangannya dengan penuh perhatian. Awalnya, dia hanya melihat pantulan wajahnya sendiri, tetapi perlahan-lahan, cahaya redup mulai memancar dari cermin, menciptakan getaran lembut yang terasa di seluruh tubuhnya.
“Pejamkan matamu, Raka,” kata Galendra dengan suara lembut namun tegas. “Biarkan kekuatan itu mengalir dalam dirimu. Rasakan setiap denyutnya, dan biarkan ia menjadi bagian dari dirimu.”
Raka mengikuti instruksi Galendra, memejamkan mata sambil merasakan energi hangat yang berdenyut dalam tubuhnya. Perlahan, dia mulai merasakan bahwa kekuatan yang diperolehnya dari ujian di Hutan Terkutuk mengalir ke dalam dirinya dengan lebih teratur dan tenang. Rasa percaya diri yang baru terbentuk dalam hatinya, mengisi setiap celah ketakutan yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Tiba-tiba, dari balik kegelapan yang dia lihat di dalam matanya, bayangan Radit muncul dengan sorot mata yang penuh kesombongan. Bayangan itu tersenyum mengejek, seolah-olah menantang Raka untuk melawan. Di saat yang sama, suara Aluna yang lemah terdengar samar, memanggil namanya dari kejauhan.
“Raka… tolong aku…”
Suara itu membuat jantung Raka berdegup lebih cepat. Tanpa sadar, dia mengepalkan tangannya dengan kuat, matanya terbuka dan kembali menatap cermin. Kali ini, dia melihat pantulannya bukan hanya sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai seseorang yang memiliki tanggung jawab besar untuk menolong orang yang dia cintai.
Galendra mengangguk puas. “Bagus, Raka. Kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu dengan baik. Namun, kau harus ingat bahwa kekuatan yang besar akan selalu datang bersama tanggung jawab yang besar pula.”
Raka mengangguk penuh semangat, kini merasakan kekuatan baru itu benar-benar menyatu dalam dirinya. “Aku mengerti, Ibu Galendra. Aku berjanji akan menggunakan kekuatan ini dengan bijaksana.”
Fluffernox, yang sejak tadi duduk sambil mengamati, akhirnya angkat bicara. “Nah, kalau semua pelatihan ini sudah selesai, mungkin kita bisa mulai menyusun rencana untuk menyelamatkan Aluna? Aku tidak mau tinggal di hutan ini lebih lama lagi.”
Galendra tertawa kecil mendengar komentar Fluffernox. “Baiklah, kalau begitu, aku akan memberimu satu petunjuk terakhir untuk perjalananmu, Raka.”
Wanita tua itu mengambil sebuah gulungan peta dari salah satu rak kayu di belakangnya dan membuka peta itu di hadapan Raka. Peta tersebut memperlihatkan berbagai lokasi di dimensi sihir, dengan beberapa tanda khusus yang berkilauan dalam warna biru dan emas.
“Ini adalah peta dimensi sihir kuno,” jelas Galendra. “Di sini kau akan menemukan letak Kerajaan Eldar, tempat Aluna ditawan oleh Radit. Namun, untuk masuk ke kerajaan itu, kau harus melewati wilayah penjaga dimensi dan beberapa rintangan lain. Kau tidak akan bisa sembarangan masuk, jadi pastikan kau merencanakan langkahmu dengan hati-hati.”
Raka mengamati peta itu dengan penuh konsentrasi, mencoba menghafalkan setiap titik penting yang ditunjukkan oleh Galendra. “Terima kasih, Ibu Galendra. Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan menyelamatkan Aluna dan memastikan Radit tidak menyalahgunakan kekuasaannya lagi.”
Galendra menepuk bahu Raka, senyum tipis di wajahnya. “Ingatlah, Raka, bahwa kekuatan bukanlah satu-satunya yang penting. Kadang, kecerdikan dan ketenangan akan membawamu lebih jauh daripada serangan yang menggebu-gebu. Kau sudah tumbuh lebih kuat, tetapi jangan pernah meremehkan musuhmu.”
Raka menatap Galendra, mengangguk dengan tekad yang berkobar di matanya. “Aku akan mengingat itu, Ibu. Terima kasih atas semua bantuanmu.”
Dengan peta dan kekuatan baru yang kini dia miliki, Raka dan Fluffernox bersiap untuk memulai perjalanan mereka menuju Kerajaan Eldar. Di hatinya, Raka tahu bahwa dia tidak hanya membawa harapan untuk menyelamatkan Aluna, tetapi juga kekuatan untuk menghadapi musuh yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Fluffernox melirik Raka dengan senyum penuh harapan, meskipun matanya tetap mengawasi Raka dengan waspada. “Baiklah, Nak. Mari kita mulai perjalanan ini. Waktu tidak akan menunggu kita.”
Dengan keyakinan yang baru, Raka melangkah keluar dari pondok Galendra, memandang ke arah hutan yang akan membawa mereka ke Kerajaan Eldar. Meskipun perjalanan ini penuh tantangan, dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, dia sudah siap untuk menghadapi apa pun di hadapannya.
Dengan Fluffernox di sampingnya dan kekuatan yang kini mengalir di dalam dirinya, Raka melangkah maju menuju petualangan baru, berharap bahwa suatu hari nanti, dia akan melihat Aluna lagi dan membawa kedamaian bagi semua dimensi.