Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Pagi itu, Alin bangun dengan wajah yang berseri-seri. Ia sangat senang sekali akhir-akhir ini. Banyak hal indah yang datang ke kehidupan nya setelah ia memiliki seorang Ibu Tiri.
Ternyata, apa yang di ceritakan di dalam dongeng, tidak semua nya benar. Karena tidak semua ibu tiri memiliki sikap yang buruk dan jahat.
Contoh nya saja seperti Aisyah. Yang begitu tulus menyayangi Alin. Ia bahkan rela menunda kehamilan nya agar bisa lebih leluasa menghabiskan waktu nya bersama Alin.
Untuk saat ini, boleh kan Alin menjadi egois. Ia ingin Aisyah hanya menjadi milik nya saja. Ia ingin dimanja dan di sayangi seutuhnya. Alin ingin cinta dan kasih sayang nya Aisyah, hanya untuk diri nya saja saat ini.
Ia masih belum ingin berbagi. Alin masih belum puas merasakan kasih sayang Aisyah. Jika ia nanti memiliki seorang adik, ia ta-kut kasih sayang itu akan berkurang.
"Sayang, kamu udah bangun? Bunda belum siapin sarapan." Ucap Aisyah sambil sesekali melirik ke luar rumah.
Ia tidak menyangka jika Alin bangun secepat itu. Padahal makanan untuk sarapan sebentar lagi tiba. Aisyah takut akan ketahuan jika ia selama ini tidaklah memasak.
" Hari ini Alin pengen nemenin Bunda buat sarapan. Boleh ya?"
Gubrak.
Aisyah hampir saja tersandung saat mendengar perkataan Alin. Bisa meledak dapur jika ia yang memasak.
"Alin, Bunda minta maaf. Hari ini Bunda nggak buat sarapan. Tadi, Bunda udah minta tolong teman Bunda, untuk mengantarkan sarapan untuk kita. Nggak apa kan?"
"Hmm, yaudah deh nggak apa. Bunda sa-kit ya, maka nya nggak bisa buat sarapan?"
"Ya gitu deh. Bunda lagi alergi sama minyak."
"Memang nya alergi minyak, bisa kayak gitu?"
"Bisa sayang. Kadang-kadang Bunda nggak bisa kena minyak."
"Oh gitu. Hmm,, berarti Bunda nggak bisa antar Alin ke sekolah dong kalau gitu."
"Ya tetap bisa dong. Kan Bunda tinggal duduk manis aja di dalam mobil. Yaudah, kamu siap-siap ke sekolah ya. Nanti terlambat."
Alin pun kembali ke kamar nya dan siap-siap. Tepat setelah Alin pergi, kurir makanan datang. Aisyah lega sekali. Hampir saja dia ketahuan.
Aisyah langsung menyiapkan segala nya agar nanti, saat suami dan anak nya makan, semua nya sudah tersaji.
" Kamu udah nyiapin sarapan?"
"Udah kok sayang. Emang nya kenapa?"
Aslan tiba-tiba memeluk Aisyah dan mencium pipi kanan dan kiri istrinya itu.
"Kok ngga bau bawang? Istri ku ini hebat ya. Masih wangi gini walaupun udah nyiapin sarapan."
"Tadi aku nggak sempat masak. Jadi, pesan makanan. Nggak apa kan sayang?" Tanya Aisyah.
"Ya nggak apa. Yang penting kamu senang. Kalau memang kamu tidak sempat, mulai besok kita pesan makanan saja. Gimana?"
"Benarkah?"
"Iya. Sayang kan istri ku kalau capek karena harus bangun pagi-pagi."
"Ulu.. Ulu.. Suami siapa sih ini?"
"Suami nya Aisyah dong."
Aisyah pun merapikan pakaian Aslan yang kurang rapi. Setelah suami nya siap, ia pun pergi ke kamar anak perempuan nya.
"Loh, kok malah termenung?"
"Bunda, bisa nggak kalau hari ini Alin ke sekolah nya, telat aja."
"Loh, kok gitu?"
"Alin nggak mau pekerjaan rumah yang selalu Alin kerjakan di contek sama Angel dan kawan-kawan."
"Apa? Mereka mencontek PR kamu? Berani sekali mereka itu ya. Apa Alin udah lapor ke Guru?"
"Udah. Mereka selalu kena hukuman berdiri di depan kelas. Tapi, besok nya gitu lagi dan lagi. Mereka nggak pernah berubah. Guru nya Alin juga udah lapor ke kepala sekolah. Tapi, ya gitu, nggak di tanggepin."
"Apa Angel anak orang kaya?"
"Iya. Orang tua nya penyumbat terbesar di sekolah itu."
"Siapa nama orang tua nya?"
"Nama Papa nya Jarwo dan nama Mama nya Meilin. Itu loh, yang kalah pas kita lomba tarik tambang."
"Oh dia itu. Alin tenang aja. Biar Bunda nanti, yang antar kamu ke kelas. Dan akan Bunda tunggu sampai guru masuk."
"Benarkah Bunda?"
"Benar dong."
"Tapi nanti, kalau mereka ngejekin Bunda, gimana? Alin nggak mau Bunda nya Alin di ejek."
"Kamu tahu siapa Bunda kan? Tidak akan ada yang bisa membuat Bunda kalah. Kecuali,"
"Kecuali siapa?"
"Kecuali Papa kamu. Hihihi."
"Ah,, Bunda ini bisa aja..."
"Ayo kalau gitu. Papa kamu pasti udah lama menunggu."
Mereka berdua akhirnya tiba di meja makan dan sarapan pagi itu. Sesekali Aisyah menyuapi Alin. Dan hal itu membuat Aslan cemburu.
Dan karena hal itu lah, Aisyah bergantian menyuapi dua bayi dirumah nya.
*****
Aslan berangkat setelah berpamitan dengan istri dan anak nya. Aisyah dan Alin pun masuk ke dalam mobil setelah itu.
Kali ini, Aisyah akan mengantar Alin hingga masuk ke dalam kelas.
"Pak, bawa mobil nya pelan-pelan aja, ya. Alin nggak mau buru-buru ke sekolah."
"Tapi kalau nggak di buru nanti kena macet, Bu."
"Ngga masalah. Nanti kita ngebut lagi biar cepat sampai."
"Aduh bu Aisyah. Saya baru siap makan. Takut nya nanti, apa yang ada di dalam perut saya, malah keluar semua nya."
Alin hanya tertawa saja. Ia tidak tahan saat mendengar perkataan Pak supir itu. Dan memang benar. Kepala Alin juga pusing. Hanya saja saat itu ia di gendong oleh Aisyah ketika turun dari mobil.
Alin dan Aisyah tiba di sekolah. Mereka langsung berjalan menuju kelas nya Alin. Di depan kelas, geng Angel telah berdiri dan menunggu kedatangan Alin.
Mereka sungguh curang. Saat itu, padahal Alin menang karena berhasil membawa bekal yang enak dan cantik.
Namun, mereka mencari celah lainnya untuk meminta contekan pada Alin. Alin kadang sudah tidak tahu lagi, bagaimana cara nya membuat mereka jera.
"Kamu sengaja datang terlambat lagi, ya."
"Iya."
"Sudah berani kamu ya, Alin."
"Kenapa aku harus takut dengan kalian? Kita kan masih sama-sama anak sekolah. Kalian juga teman aku."
"Teman? Jangan mimpi kamu. Kami tidak sudi punya teman seperti kau!"
"Kalau bukan teman, apa kah kalian adalah Musuh ku?"
Angel yang bingung mendapat pertanyaan seperti itu.
"Sudah! Tidak perlu membahas hal yang tidak penting. Sini tas kamu! Aku mau lihat."Ucap Angel sambil merampas tas milik Alin. Dan Alin pun berusaha mempertahankan barang milik nya.
" Ada apa ini? "Tanya Aisyah yang melihat anak nya.
" Bunda. Tas aku mau di ambil. "Ucap Alin dengan wajah yang memelas.
" Nggak kok. Aku cuma mau lihat tas nya Alin aja. Soal nya aku suka model nya."
" Benar begitu?hanya suka tas nya Alin? "
" Iya. Benar kok. "
" Suka sekali, apa suka banget. "
" Suka banget loh Tante. "
"O, baiklah kalau gitu. Tunggu sebentar."
Aisyah pun memindahkan buku-buku dan barang lainnya ke meja milik Alin. Setelah semua nya selesai, ia pun menghampiri Angel kembali.
"Ni, ambil." Ucap Aisyah sambil menyerahkan tas Alin pada Angel.
"Tapi, apa ini?"
"Bukan kah kau mengatakan suka dengan tas Alin, hingga mau merebutnya? Sekarang, ambil lah. Alin akan ku belikan tas baru lagi. Kasihan sekali kau ini, tidak ada orang tua yang mau membeli tas untuk mu."
"Tapi,, aku."
Huhuuuuuuuu
Angel menangis dan berlari keluar kelas. Teman-teman yang lain hanya bisa melihat saja. Mereka terlalu ta-kut saat melihat Bunda nya Alin yang bertubuh besar.
sukses selalu Thor❤
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...