Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana pindah
"Kak!"
Maher menatap Mahira yang tiba-tiba berdiri disampingnya. Perempuan itu tersenyum manis.
"Ada apa?" Tanya Maher yang melihat adiknya bertingkah aneh.
"Iya Mahira, ada apa? kenapa kamu senyum-senyum begitu?" Karina menimpali.
Mahira mendekati Maher, dan membisikkan sesuatu membuat Maher mengerutkan keningnya.
"Kau yakin?" Maher menatap adik kembarnya serius.
"He'em." Mahira mengangguk.
"Kak Karin, kami pergi dulu ya. Kami ada urusan yang lebih penting," Ucap Mahira sambil cipika-cipiki Karina dan Mahira menarik tangan Maher untuk segera pergilah.
"Tunggu..auwws..." Karina memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.
"Kau kenapa?" Seseorang menghampirinya.
"Aku-"
*
*
"Kau tidak berbohong?" Maher menatap Mahira yang duduk disampingnya, pria itu sekali menatap kedepan fokus pada jalanan.
"Kenapa kau tidak percaya padaku, aku mendengar sendiri mereka bicara soal rencana Karina yang mau menjebak mu dengan obat lacnut!" Mahira bicara ketus, dia sebal dengan kelakuan Karina dan juga Maher yang tidak percaya, "Murahan sekali caranya itu." Gerutunya dengan bibir mengerucut sebal.
Untung saja Mahira mendengar salah satu teman Karina bicara dengan teman satunya, saat itu Mahira yang haus ingin mengambil minum, tapi langkahnya berhenti saat mendengar dua wanita yang tidak dia kenal sedang bicara suatu rahasia besar untuknya. Beruntung Mahira mendengar rencana besar Karina, jika tidak sudah pasti kakaknya yang bodoh itu masuk jebakan tikus curut.
Maher membuang napas panjang, "Karina ternyata nekat."
Mahira mekirirn saudara kembarnya yang bodoh dan menyebalkan, sayang sekali tampang Maher yang tampan tak sesuai dengan isi otaknya yang bodoh.
"Bagaimana dengan keponakan ku, apa kau belum menemukannya?" Mahira bertanya dengan nada yang berubah serius, jika tadi nada bicaranya ketus dan terdengar kesal.
"Belum." jawab Maher singkat padat dan jelas.
Jika memiliki pintu Doraemon pasti dirinya tidak akan kesulitan untuk mencari Arabella, ini sudah sembilan bulan saat Arabella pergi, dan pasti sebentar lagi Arabella akan melahirkan. Mengingat itu Maher tiba-tiba memiliki pikiran negatif, bagaimana jika Arabella tidak menginginkan bayi itu, bagaimana jika Arabella malah mengugurkan bayinya.
"Itu tidak mungkin, dia tidak akan sejahat itu." Yakinnya dalam hati.
*
*
Setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, Arabella berserta bayinya langsung diboyong pak Hisyam ke kota kelahiran, mereka akan menetap di sana dan tidak akan bertemu dengan orang-orang yang akan memandang anaknya rendah. Bagi pak Hisyam melindungi putrinya adalah kewajibannya apalagi ada seorang cucu yang juga harus dia lindungi.
"Aku pasti kehilangan kalian." Cahya memeluk Arabella, wanita itu menangis sedih karena harus berpisah. Baginya Arabella sahabat sekaligus temanya.
"Kamu bisa berkunjung, mau tinggal di sana juga boleh aku akan senang." Arabella tersenyum. Cahya memang gadis baik, beruntung dirinya bertemu dengannya.
"Jangan lupakan aku." Kata Cahya sambil merengut, tidak ikhlas di tinggal.
"Tentu saja." Keduanya kembali berpelukan.
Arga hanya bisa menekan perasaanya, belum bertempur dirinya sudah lebih dulu di tolak, mendengar jika Arabella akan pergi, Arga langsung mengutarakan perasaannya pada wanita yang mengisi hatinya, namun seribu kali sayang wanita itu menolak karena belum memikirkan mencari pasangan ataupun menikah. Arga tidak bisa berkutik lagi, ikhlas mungkin hal yang terbaik.
Cahya dan Arga melepas kepergian Arabella dengan sedih, sedih ditinggal sahabat dan juga orang yang mereka sayangi.
"Kenapa mereka tega sekali ya pak?" Kepala Cahya tanpa sengaja bersandar di bahu Arga.
Sroott
Cahya membuang ingus dengan tisu, membuat Arga yang tersadar langsung menjauhkan tubuhnya membuat Cahya hampir saja terjerembab.
"Ish, kenapa kamu jadi menempel saya." Arga menatap Cahya sinis.
"Eh, m-maaf pak. Reflek yang disengaja." Cahya langsung menutup mulutnya karena keceplosan.
Cahya modus 🤭