Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Dokter Rudi berlalu menuju meja makan mengambil tas medisnya di kursi, keluar rumah dan tentu di ikuti oleh Agam.
"Dok, anda belum menceritakan apapun pada saya. Kemarin saya melihat kalian berdua masuk kamar lho?" Ucap Agam sembari membuka pintu belakang untuk Dokter Rudi.
Dokter Rudi masuk mobil diam tak menggubris cerocosan Agam. Dia duduk dengan santai seperti tak mendengar apapun. Dokter Rudi justru terlihat menyibukan diri dengan tabletnya.
Melihat itu Agam hanya bisa menelan ludah, menutup pintu belakang dan menuju tempat duduknya yaitu jok kemudi.
Agam segera mengendarai mobil ke jalan raya jurusan rumah sakit tempat atasannya bekerja.
"Dok, kenapa anda tidak memberitahu saya jika Mbak Cyra sudah memiliki anak?" Tanya Agam sesekali menatap dokter Rudi lewat spion kecil di depannya.
Hening !
"Dok, apakah Mbak Cyra masih bersuami? Kenapa anda terlihat peduli sekali?" Tanya Agam lagi sambil fokus menyetir.
Hening !
"Dok, apakah anda mengenal suaminya Mbak Cyra? Siapa dia?" Agam tak menyerah jiwa keponya meronta-ronta.
Hening !
Dokter Rudi masih terlihat asyik dengan tabletnya tanpa minat menjawab semua pertanyaan Agam.
"Do---"
"Berisik aku pecat kau !" Ancam Dokter Rudi. Menatap Agam galak.
Suara tegas dan tatapan dokter Rudi membuat Agam menciut, mendengar ancaman Dokter Rudi yang jelas menakutkan Agam memilih diam dirinya masih sangat butuh pekerjaan ini lebih baik mau tidak mau Agam menurut saja. Kembali fokus menyetir dan tak ingin banyak tanya.
Melihat Agam yang terdiam takut, Dokter Rudi kembali serius dengan tabletnya. Bukannya apa-apa Dokter Rudi hanya tidak ingin Agam kepo dengan urusan pribadi Cyra dan dirinya.
"Saya dan Cyra tidak ada hubungan apa-apa, Cyra sudah memiliki suami dan putra. Mereka tengah di landa masalah saya hanya sekedar membantunya saja jadi kau tidak perlu berpikiran macam-macam dan bertanya aneh-aneh. Real saya dan Cyra hanya sebagai atasan dan bawahan jika saya bersikap beda dengan Cyra di bandingkan pelayan yang lainnya karena saya sudah menganggap Cyra teman bukan hanya sekedar pelayan"
Jelas Dokter Rudi panjang, memang sejak awal dirinya hanya berniat membantu saja tidak lebih dari itu.
Agam yang mendengar penuturan panjang Dokter Rudi merasa bersalah karena sempat berharap keduanya dekat dan menikah. Bahkan sempat terang-terangan menggoda Dokter Rudi menaruh hati pada Cyra.
"Maaf Dok, saya tidak tahu" Agam sungguh tak enak hati karena telah menjodoh-jodohkan atasannya dengan wanita bersuami.
"Tidak apa-apa, mulai sekarang tidak usah kepo dengan urusan pribadi orang lain. Bisa saja orang itu akan terganggu karena tingkah keingin tahuan dari orang itu" Dokter Rudi berharap Agam paham dengan kata-katanya.
Agam tersenyum karena atasannya mau menasihatinya di saat dirinya melakukan kesalahan. "Baik, Dok"
🔹🔹🔹
Di dalam apartement Cyra tak bisa tenang sedikit pun, entah apa yang terjadi pada dirinya dirasa hatinya selalu berdebar dan cemas. Sembari menyapu lantai Cyra memikirkan Hasa.
"Apa aku pulang saja ya, untuk memastikan Hasa baik-baik saja atau tidak" Lirih Cyra menuang debu ke dalam tong sampah.
"Tapi jika aku pulang aku takut ada yang melihat ku, aku tidak mau jadi bahan hinaan mereka lagi" Cyra menaruh sapu di pojok ruangan sudah selesai menyapu.
Melangkah menuju ruang kerja dokter Rudi untuk bebersih di sana. Cyra merapihkan meja kerja membersihkan debu dengan kemoceng yang memang sudah tergantung di sisi ruangan.
Setelah bersih Cyra beralih membersihkan sofa dan menata bantal sofa dengan rapih. Tak lupa lemari yang biasa untuk menyimpan beberapa file ia tilik dan di bersihkan supaya tak berdebu dan kembali menata file-file itu supaya lebih rapih lagi.
"Ya Alloh, tenangkan lah hati dan perasaan ku supaya aku fokus bekerja di sini. Aku berjanji akan secepatnya pulang kembali berkumpul bersama suami dan putra ku jika aku telah memiliki uang yang lumayan. Aku ingin hidup lebih baik bersama mereka"
Lirih Cyra, ia pikir setelah ia menyibukan diri, akan bisa melupakan perasaan cemas dan berdebarnya. Namun ternyata tidak, justru perasaan cemasnya semakin terasa.
"Tidak Cyra, kau harus tenang ini hanya perasaan rindu yang mungkin sudah teramat besar makanya diri mu cemas. Kau harus yakin Cyra, putra mu dan suami mu baik-baik saja" Cyra meyakinkan dirinya sendiri.
🔹🔹🔹
Mobil yang Yudi kendarai sampai di rumah sakit. Satpam membantu membuka pintu mobil dan Rizwan keluar dengan membopong Hasa.
Uvi mengikuti bapak mertuanya masuk ke dalam rumah sakit. Ia memanggil suster untuk segera membawa Hasa ke ruang penanganan.
"Maaf, kalian harus menunggu di sini pasien akan kami tangani, mohon kerja samanya" Ucap Suster lalu menutup pintu UGD.
Uvi dan Rizwan yang sudah tahu peraturan rumah sakit hanya bisa berharap Hasa baik-baik saja.
"Ya Alloh, selamatkan cucu ku. Aku tidak akan mengampuni diri ku sendiri jika sampai terjadi sesuatu pada Hasa cucu ku" Batin Rizwan menutup wajah dengan kedua tangan.
Uvi yang melihat mertuanya begitu sedih dan khawatir segera mengusap bahunya. "Bapak yang sabar ya, kita mohon pada Sang Pencipta semoga Hasa baik-baik saja"
"Semoga saja Nak, jangan lupa kabari Ibu dan Rendi mereka berdua harus tahu" Ucap Rizwan. Mendudukan pantat di kursi tunggu.
"Baik, pak" Uvi segera menghubungi nomor kakak iparnya tapi sampai 30 menit berlalu nomor Rendi tak kunjung bisa di hubungi.
Rizwan yang melihat Uvi gelisah merasa sedikit kesal. "Bagaimana, sudah di kabari apa belum? Kau ini jangan mengulur waktu!" Rizwan tak bisa kendalikan nada bicaranya.
Uvi menunduk takut. "Mas Rendi tidak bisa di hubungi pak. Ponselnya tidak aktif"
"Ya sudah kau tunggu saja di sini bapak yang ke ruangan Rendi !"
"Baik, Pak" Jawab Uvi lalu duduk di kursi tunggu.
Rizwan bergegas menuju ruangan Rendi yang ada di nomor 07. Karena saking panik dan cemasnya Rizwan baru menyadari jika Rendi dan Hasa ada di rumah sakit yang sama.
Tak lama Rizwan sampai di depan pintu ruangan 07. Di intipnya dari jendela untuk melihat keadaan di dalam. Di sana terlihat Rendi yang sendirian tengah berbaring namun tidak tidur.
Rizwan membuka pintu. "Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Sahut Rendi menatap pintu yang terbuka. "Pak, kok sendirian? Hasa di mana? Sudah turun demamnya?" Tanya Rendi, duduk untuk salim pada bapaknya.
Rizwan menatap Rendi, ragu untuk berkata jujur. Padahal tadi dia sangat ingin memberitahunya. "Ibu dimana? Kok tidak menemanimu Ren?"
"Ibu dikantin pak, tadi Rendi suruh untuk sarapan. Hasa mana Pak?"
"Hasa masuk UGD"
DEG !
hihihi