Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.
Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.
Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...
Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dhampir
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Pagi itu, suasana di ruang makan terasa sedikit sunyi, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang menyentuh piring. Elara duduk berhadapan dengan Kevin, seniornya, menikmati sarapan mereka dengan tenang. Namun, di sudut meja, Aiden Valen, atasan sekaligus pengawas pribadi Elara, hanya duduk memperhatikan mereka. Tidak ada makanan di depannya, hanya tatapan tajam yang tak pernah lepas dari setiap gerakan Elara dan Kevin.
Elara menyadari hal itu. Sudah beberapa kali Aiden menemani dirinya makan, tapi dia tidak pernah melihat pria itu makan. Ada yang aneh, dan Elara tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.
“Aiden,” tanya Elara dengan ragu, matanya menatap pria itu dengan penuh kebingungan, “kenapa aku tidak pernah melihatmu makan? Setiap ada acara makan, kamu hanya duduk dan memperhatikan.”
Sebelum Aiden sempat menjawab, Kevin angkat bicara. “Tuan Aiden sudah sarapan sebelumnya, El. Dia memang jarang makan bersama kita,” kata Kevin dengan nada tenang sambil meneguk kopinya.
Elara hanya mengangguk, menerima penjelasan itu walaupun masih merasa ada yang tidak beres. Ia kembali melanjutkan sarapannya, namun perhatiannya tertuju pada sepatu mewah yang dikenakan Aiden. Ada sesuatu yang aneh di sana ada bercak merah kental, yang mirip darah.
“Apa itu darah, jika itu darah… darah siapa?” pikir Elara bergulat dengan dugaannya.
Kening Elara berkerut, rasa penasaran tumbuh semakin besar. “Apakah itu darah? Darah siapa? Kenapa bisa ada di sepatu Aiden?” Tanpa berpikir panjang, ia meraih serbet, berniat untuk mengelapnya. Namun sebelum tangannya menyentuh sepatu Aiden, Kevin lebih cepat bertindak. Dia mengambil sapu tangan dari saku jasnya dan membersihkan bercak itu dengan cekatan.
“Tidak perlu, Elara. Aku yang akan urus ini,” kata Kevin sambil tersenyum tipis, meskipun ada ketegangan yang jelas di wajahnya.
Elara hanya bisa memandang dengan bingung. Setelah membersihkan sepatu Aiden, Kevin berdiri dan melangkah keluar. "Aku harus pergi lebih dulu," ucapnya sebelum menuju mobilnya.
Elara menghela napas dan menyusul Kevin. Namun sebelum ia mencapai pintu, tangan Aiden meraih lengannya dengan lembut tapi tegas. "Elara, kamu pergi dengan mobilku hari ini," kata Aiden singkat, suaranya tidak memberi ruang untuk perlawanan.
Elara menatap Aiden bingung, tapi dia tak bisa menolak. Ada sesuatu yang mengintimidasi dari caranya bicara, sesuatu yang mengundang rasa takut dan penasaran pada waktu bersamaan. Tanpa berkata lagi, ia mengikuti Aiden ke mobilnya.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Setibanya di kantor, Aiden memberi Elara tumpukan tugas yang banyak. Dia menyibukkan Elara dengan pekerjaan, seolah-olah ingin agar perempuan itu fokus hanya pada satu hal saja yaitu pekerjaannya. Namun, dibalik itu semua, ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aiden, sesuatu yang Elara tidak tahu, tapi bisa dirasakan.
Sementara itu, di ruangan lain, Aiden dan Kevin sedang berdiskusi tentang asal-usul Elara. Kevin baru saja kembali dari penyelidikan mendalam yang ia lakukan selama beberapa hari.
“Aiden, aku menemukan sesuatu yang menarik,” Kevin membuka pembicaraan, duduk di seberang meja kerja Aiden. “Ada kemungkinan besar Elara bukan manusia biasa. Aku mendapatkan informasi bahwa dia kemungkinan memiliki keturunan dhampir.”
Aiden mengerutkan kening, matanya tajam menatap Kevin. “dhampir?” tanyanya, meskipun dari nada suaranya jelas bahwa dia sudah tahu maksud Kevin.
Kevin mengangguk. “Iya. dhampir keturunan antara manusia dan vampir. Elara berasal dari keluarga yang memiliki darah dhampir, dan yang membuatnya unik adalah jiwanya yang masih murni. Dia belum pernah melakukan kejahatan atau tindakan buruk dalam hidupnya. Itu membuat darahnya... lebih suci, lebih berharga."
Aiden terdiam sejenak, mencerna informasi itu. “Keluarga mana yang dia turuni?”
Kevin membuka catatan yang dibawanya. “Keluarganya adalah keturunan dari Stefani Grey, yang sekarang dikenal sebagai Nenek Mika. Stefani Grey menikah dengan Lucius, vampir tua yang menjadi leluhur dari garis keturunan ini. Mereka memiliki seorang putri bernama Esta Grey. Namun, Esta kemudian menikah dengan manusia biasa bernama David, dan mereka memiliki anak, yaitu Elara Grey.”
Mata Aiden menyipit, memikirkan setiap detail yang disampaikan Kevin. “Lalu, apa yang terjadi dengan David?”
“David meninggal ketika Esta masih hamil dengan Elara,” jawab Kevin, suaranya lebih serius. “Esta kemudian membesarkan Elara sendiri hingga usia tujuh tahun, sebelum Esta meninggal dalam sebuah kecelakaan. Setelah itu, Elara diasuh oleh Nenek Mika.”
Aiden terdiam lagi, pikirannya berputar, mencari pola di balik informasi ini. “Esta tidak pernah menikah lagi?” tanyanya akhirnya.
Kevin menutup catatannya dan memandang Aiden. “Sebenarnya, Esta menikah lagi dengan seorang pria bernama Dennis. Tapi pernikahan itu hanya bertahan tiga bulan, sebelum Esta meninggal. Setelah itu, Dennis menghilang, dan tidak pernah muncul lagi.”
Aiden menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap langit-langit kantornya. "Jadi, Elara dibesarkan oleh Nenek Mika... tanpa mengetahui jati dirinya yang sebenarnya."
“Ya,” Kevin mengangguk. “Dan itulah masalahnya. Elara tidak tahu bahwa dia memiliki darah dhampir dalam tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya bersembunyi di balik kehidupannya yang terlihat biasa itu.”
Aiden menghela nafas panjang. “Itu berarti... dia lebih berharga dari yang kukira”
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Sementara itu, di meja kerjanya, Elara berusaha keras untuk fokus pada tugas-tugas yang diberikan Aiden. Namun, pikirannya terus terganggu oleh perasaan aneh yang ia rasakan tentang Aiden. Bercak merah di sepatunya, cara Kevin membersihkan itu dengan cepat, dan fakta bahwa Aiden tidak pernah makan di depannya... semuanya membuat Elara semakin penasaran.
Dia menoleh ke arah pintu kantor Aiden yang tertutup rapat. Ada sesuatu yang disembunyikan di balik pintu itu, sesuatu yang menyangkut dirinya. Namun, Elara belum bisa menebaknya. Perasaan di dalam dirinya, naluri kuat yang mendorongnya untuk mencari tahu, semakin tumbuh seiring waktu.
Elara tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, tetapi satu hal yang pasti “Aku tidak akan berhenti sampai menemukan jawabannya.”
Sementara itu setelah percakapan dengan Kevin, Aiden Valen kini berdiri melihat kota dari balik kaca dengan pikiran yang penuh kekhawatiran. Informasi bahwa Elara Grey adalah keturunan dhampir darah suci yang murni telah mengguncang dirinya. Apa yang ia pelajari dari Kevin tidak hanya meresahkan, tetapi juga menimbulkan ketakutan baru.
Jika Monvok dan keturunannya mengetahui keberadaan Elara, mereka pasti akan mengejarnya. Darah suci seperti Elara sangat berharga, terutama dalam ritual kuno yang dapat memberikan kekuatan tak terbatas bagi vampir.
Peperangan antara Aiden dan Monvok semakin dekat. Aiden tahu kekuatan Monvok jauh lebih besar, dan kemungkinan besar ia akan kalah dalam pertempuran. Monvok bukan hanya vampir biasa dia adalah pemimpin dari klan kuno yang memiliki sejarah panjang dalam menaklukkan musuh-musuhnya. Sementara Aiden memiliki kekuatan dan pengaruh, Monvok sudah terbukti tak terkalahkan di medan perang. Jika Monvok mengetahui tentang Elara, darah suci itu bisa menjadi kunci kemenangannya.
Aiden berjuang dengan pikirannya, mencari jalan keluar dari situasi ini. Dia tidak ingin Elara terlibat dalam konflik ini. Gadis itu tidak tahu apa-apa tentang dunia gelap yang melingkupinya, tentang perang yang segera meletus, atau tentang garis keturunannya yang luar biasa. Tetapi Aiden sadar bahwa menyembunyikan Elara dari Monvok akan menjadi tugas yang sangat sulit, terutama karena Monvok selalu memiliki cara untuk mendapatkan informasi.
"Jika dia menemukan Elara... apa aku saja yang memangsa Elara," gumam Aiden pelan. Pikiran itu menghantui dirinya. Darah Elara dapat memberikan Monvok atau dirinya kekuatan yang tidak bisa di lawan.