Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Menolong Mila
Abas sontak kaget mendengar Mila terdengar panik dan meneriakkan kata tolong beberapa kali.
"Kenapa, Mil?" tanya Abas.
"Ada api, Bas! Rumahku dipenuhi api. Aku nggak bisa keluar dari kamar dan sudah berteriak tolong, tapi nggak ada orang yang dengar!"
"Teriak lebih kencang lagi! Aku akan menghubungi pemadam dan langsung ke sana!" Abas bergegas pergi dari rumah. Dia lagi-lagi harus menitipkan Denis kepada tetangganya sebentar.
Setibanya di rumah Mila, Abas melihat sudah ada banyak kerumunan di sana. Sepertinya teriakan Mila sudah berhasil.
Terlihat jago merah yang begitu membara. Memakan rumah Mila dengan ganas.
Abas mengedarkan pandangan ke sekitar. Dia tentu mencari Mila. Namun gadis itu tak ada.
Belum sempat bertanya pada orang, Abas melihat Mila tampak digendong oleh seorang warga. Gadis tersebut langsung dibawa ke tempat aman selagi menunggu ambulan datang.
"Mila!" Abas menghampiri Mila. Wajah gadis itu tampak dipenuhi hitam-hitam karena abu dari api. Mila juga terlihat sangat syok.
"Abas..." Mila langsung memeluk Abas. Dia merasa lega sekali saat melihat pria itu.
"Kau baik-baik saja kan?" tanya Abas sembari membalas pelukan Mila. Meski baginya gadis itu menyebalkan, tetapi bukan berarti Abas tak peduli dengannya. Apalagi saat dalam keadaan bahaya begini.
"Lebih dari baik. Karena kau sudah di sini," sahut Mila sambil terisak. Dia memeluk Abas dengan erat.
Rumah kontrakan Mila terbakar habis saat itu. Pemadam datang cukup terlambat, sehingga tak ada barang yang tersisa akibat insiden tersebut. Namun untungnya pemadam sukses mencegah api menyebar ke rumah lain. Jadi hanya rumah Mila yang jadi korban.
Untuk sementara Mila terpaksa tinggal di rumah Abas. Dia akan ada di sana sambil berusaha menemukan tempat tinggal baru.
Karena rumah yang terbakar bukanlah rumah Mila, maka pemiliknya menuntut ganti rugi. Apalagi setelah mendengar Mila mengaku kalau penyebab terjadinya kebakaran karena dirinya lupa mematikan kompor saat memasak air.
...***...
Kini Mila sudah berada di rumah Abas. Dia duduk termenung. Masih dalam keadaan acak-acakan dan kotor. Mila duduk di sofa sambil menatap ke jendela.
"Apa kau sudah makan?" tanya Abas sembari membawakan teh hangat beserta kue kering.
"Iya..." jawab Mila lirih.
"Sudahlah, Mil. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Lupa itu adalah sikap yang dimiliki semua manusia." Abas mencoba menenangkan Mila.
"Bukan itu masalahnya, Bas. Tapi semua gambar, peralatan, dan karya-karyaku habis terbakar. Tak ada yang tersisa! Sekarang aku harus memulainya dari awal!" Mila yang tadinya sudah tenang, kembali terisak. Ia sampai menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Ini semua cobaan, Mil. Lagian kan ada aku? Kau bilang ingin berjuang bersama. Secara pelan-pelan aku bisa kok membantumu memulai semuanya lagi. Kau harusnya bersyukur karena masih bisa selamat dari kebakaran," tutur Abas. Dia mengelus pundak Mila.
Mila menatap Abas. Dia kembali memeluk lelaki tersebut. "Aku nggak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada kau," ungkapnya.
"Kalau begitu, kau sebaiknya mandi dan tenangkan dirimu. Oke?" saran Abas.
Mila mengangguk. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Abas menyiapkan kamar untuk Mila tempati. Kebetulan rumah peninggalan neneknya itu memiliki tiga buah kamar. Walaupun begitu, rumahnya terbilang sederhana.
Selain merapikan tempat tidur, Abas juga menyiapkan pakaian baru untuk Mila pakai. Dia letakkan pakaian itu di atas ranjang.
Tak lama kemudian, Mila muncul. Dia muncul dengan hanya mengenakan handuk yang terlilit. Rambut gadis itu juga tampak basah. Belahan dada dan pangkal pahanya jadi terpampang nyata.
Abas membulatkan mata. Dia menenggak ludahnya satu kali.
ingat entar tambah parah Lo bas....,