Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
[Anna, kamu dimana?] Pesan singkat di kirim Angga untuk Anna. Sayangnya, Anna tidak merespon.
Angga terus berusaha menghubungi Anna, tetap saja nihil. Anna tidak menjawab panggilan nya. Beberapa pesan sudah di kirimkan masih saja Anna tidak mau membalas.
Sementara Damar mencarinya di area sekitaran taman tidak terdapat Anna disana. Damar kini dibuat kelimpungan mencari gadis itu. Hatinya merasa bersalah, entah mengapa ucapannya sulit untuk di tahan saat dirinya tidak merasa nyaman.
Anna melangkah gontai, perkataan damar sungguh terngiang-ngiang ditelinganya. Sakit sekali rasanya saat dirinya begitu direndahkan, dia terus berjalan. Bertujuan untuk kembali ke kediaman Suryo Atmadja namun dia lupa jalan pulang, karena terhanyut dalam pikirannya sendiri, Anna tidak memperhatikan langkahnya telah membawanya pada suatu tempat yang tidak dikenal.
"Dimana ya, ini."
Perasaan nya mulai diselimuti rasa takut, tempat yang gelap dan jauh dari keramaian membuatnya semakin dibuat tidak karuan.
Beberapa pria terlihat disebuah pos ronda tengah berkumpul. Dibeberapa bagian tubuhnya mereka memiliki tato. Anna tidak berpikir panjang lagi, gadis itu menghampiri mereka, dan berniat menanyakan tempat yang saat ini tengah ia injak.
Namun ...
"Dek, kalo mau saya anterin sampe ke jalan raya, mau?"usul salah satu dari mereka.
"Enggak usah, mas. Saya bisa sendiri kok, saya cuma mau tahu aja, jalan raya nya ke sebelah mana, ya?"Anna amat berhati-hati, meskipun begitu perasaan nya masih sangat ketakutan terlebih orang-orang yang ia temui terlihat, bukan orang baik-baik.
"Udah lah gak usah so jual mahal, mari kami antar."menarik tangan Anna.
"Lepas! Jangan berani menyentuh saya!"
"Ayolah, mari kita bersenang-senang dulu, cantik." Ucap salah satu dari mereka.
"Kami akan melakukannya pelan-pelan ko, gak bakal sakit." Ucap lagi pria berkumis tebal dengan tato di seluruh tubuhnya.
"Maksud kalian apa! Saya cuma mau pulang, jangan sentuh saya! Tolongg!!!" Anna panik.
"Ini menarik, teriak lah sesuka mu, cantik. Tidak ada yang akan mendengar teriakkan mu." Tawa jahat begitu bergema disana.
Anna berlari secepat mungkin dari mereka namun, ketiga pria itu masih mengejar nya. Sampai akhirnya mereka berhasil menangkap nya.
"Tolong!! Tolong!! " Teriak Anna meminta bantuan.
Tidak ada yang mendengar teriakkan Anna disana, menangis sejadi-jadinya. Tempat yang nampak begitu sepi tidak jauh dari rumah sakit. Tempat itu bisa menjadi jalan pintas menuju rumah sakit namun karena kebanyakan tidak terpakai, maka jalanan itu menjadi tempat berkumpulnya para laki-laki yang kebanyakan seperti mereka.
"Jangan! Saya mohon jangan lakuin ini sama saya! Lepas! Mas Damar!!" Teriak Anna mengiba kepada mereka yang berusaha membuatnya tidak berdaya.
"Tenang lah kami akan pelan-pelan, kamu boleh teriak sesuka mu, hahahaa" tawa jahat membuat Anna semakin dibuat histeris.
"Lepas!!! Mas Damar!!!! Tolongg!!!"
Bugh!
Tiba-tiba seseorang memukul salah satu dari mereka, hingga terjungkal, nyaris saja mereka mengkoyak pakaian Anna, yang ingin berusaha menodainya.
"Kurang ajar! Berani-beraninya kalian menyentuhnya! Rasakan !" Bogem mentah pun mendarat di wajah mereka yang bringas.
Puk!
Damar memukul mereka dengan batu sekeras mungkin. "Ini karena kalian sudah berani menyentuh, gadisku!"
Mereka pun membalas pukulan Damar, pria itu membuat Damar kesakitan karena mereka memukulnya menggunakan bongkahan kayu yang tidak jauh berada disana. Meskipun begitu Damar terus berdiri tegak dan menghajar mereka habis-habisan. Sampai akhirnya mereka pergi meninggalkan tempat itu.
"Anna kamu gak apa-apa?" Damar memberikan jaketnya untuk menutupi bagian tubuh Anna, yang sudah mereka robek.
"Mas, Anna takut, mas! Hiks"
Tangis nya pecah, dia merasakan ketakutan yang luar biasa. Tubuhnya bergetar hebat bahkan Anna terus memeluk erat tubuh Damar, dia menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Damar.
"Tenang lah, aku ada disini. Aku akan antar kamu pulang," membopong tubuh Anna, sembari menutupi tubuhnya yang nyaris terbuka.
..
..
..
Rintik-rintik hujan perlahan-lahan turun, perasaan Damar tidak menent. Ia merasa bersalah dengan sikapnya terhadap Anna, sehingga menyebabkan Anna nyaris dinodai oleh preman tadi.
Ia melihat tubuh Anna yang kotor, meringkuk disudut kursi mobil dengan perasaan yang masih trauma.
"Anna,"panggil Damar seraya berhati-hati.
"Iya, mas." Serak.
"Kita udah nyampe, aku bantu kamu ke kamar ya?" Ucap Damar menawarkan diri.
"Gak usah, mas. Saya sendiri aja, makasih udah nolongin saya."
Damar menyadari ucapan begitu menyinggung hati Anna. Dia bersikap begitu dingin, bahkan bantuan nya ditolak oleh gadis itu.
Damar menatap Anna melenggang pergi. Meninggalkan dirinya yang masih mematung, dan memantau Anna sampai tidak terlihat lagi di depan mata.
Rintikan hujan seakan tengah bersatu hati dengannya, matanya kini kembali menghangat, Anna tak kuasa menahan tangis. Ia sesenggukan didalam kamarnya meratapi peristiwa yang terjadi padanya hari ini.
Hiks.
Isak tangisnya menarik Damar untuk tidak bisa, tidak perduli dengan keadaan nya sekarang. Secara perlahan Damar mendekati kamar Anna, berharap Anna mau membukakan pintu kamarnya, dan memberikan maafnya setelah ucapannya sudah sangat melukai perasaannya.
Tok .. tok .. tok ..
"Na, kamu baik-baik aja?" Tanya Damar termangu didepan pintu menunggu jawaban Anna.
Anna tak sedikit pun menjawab.
"Anna, boleh saya masuk? Saya khawatir sama kamu. Kalo bisa tolong, maafin saya karena udah bikin kamu sakit hati." Tutur Damar masih menunggu respon Anna dari dalam.
Anna masih tidak mau menjawab.
Damar semakin khawatir dibuatnya, Anna tidak mau membukakan pintu kamarnya. Nyaris menyerah karena Anna, masih berdiam diri di kamarnya. Namun rasa bersalah nya jauh lebih besar Damar duduk didepan pintu kamar, menunggu dan berharap Anna segera keluar dari kamar itu.
Turunnya hujan semakin deras, angin dingin begitu menusuk ke tubuh. Keadaan rumah pun sepi dan senyap tidak ada orang yang bisa ia mintai tolong saat ini, bahkan mbok Yun entah kemana. Sedangkan pak Tarno dia berada di pos, mungkin selarut ini dia sudah tidur.
Damar pun terpaksa bangun dari tempatnya, ia berinisiatif untuk membuat minuman hangat untuknya dan Anna.
Dua gelas coklat panas sudah tersedia.
"Anna, saya sudah buatkan kamu coklat panas. Apa kamu mau nemenin saya disini minum?" Tanya Damar dibalik pintu.
Anna hanya sekedar menoleh pintu itu sekilas, dan kembali termenung.
"Na, jangan begini. Saya khawatir nanti kamu sakit,"
Cekek!
Pintu terbuka, Anna sudah mengganti pakaian nya yang kotor dan rusak. Mata indah itu sembab mungkin dia terlalu lama menangis, sehingga membuat matanya sembab.
Damar merasa lega akhirnya Anna mau membuka pintu kamar, Dengan keadaan nya baik-baik saja meskipun dari segi wajahnya terlihat tidak terlalu baik.
"Coklat?" Memberikan segelas coklat.
Anna menerima gelas itu dari tangan Damar. Mereka duduk bersama diteras, sembari menyaksikan derasnya air hujan."makasih"
"Aku harap kamu tidak terlalu memikirkan kejadian hari ini, ya. Akan aku pastikan mereka yang sudah berani menyentuh kamu, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal."
Ucapannya membuat tatapan Anna beralih kepadanya dengan heran. "Tidak perlu, mas."
"Kenapa ? Mereka udah hampir nyakitin kamu, na."
Anna tersenyum tipis. "Mereka akan mendapatkan balasan tapi, bukan kita yang balas. Biar Tuhan yang balas perbuatan mereka, mas." Jawab Anna sudah terlihat lebih santai.
Damar termangu mendengar penuturan nya. Sejenak hening tercipta, beberapa saat.
Anna beranjak dari duduknya, dan berjalan masuk kedalam. Damar hanya terdiam melihat Anna berjalan melenggang. Tiba-tiba langkah nya terhenti. "Mas, kamu gak masuk? Hujan semakin deras, udara juga makin dingin. Nanti kamu bisa sakit kalo kelamaan diluar." Perhatian kecil dari Anna berhasil membuat pria itu berbunga.
"Iya, sebentar lagi. Saya masih ingin disini." Jawab Damar seraya tersenyum kecil.
"Mau aku buatin, makanan?" Ucapnya menawarkan.
Damar mengangguk. "Boleh."