Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sembilan
Setelah mandi, Bella mengambil kemeja yang tadi di pakai Steven. Dia lalu memakainya. Setelah itu kembali berbaring karena jam masih menunjukan pukul tiga dini hari.
Sekitar jam lima pagi, Steven terbangun. Dia melihat ke samping. Tampak Bella tertidur pulas. Dia lalu tersenyum dan mengecup dahi wanita itu dengan pelan. Pria itu lalu menyibak selimut. Dia kembali tersenyum melihat baju kemejanya yang dikenakan.
Baru saja Steven hendak berjalan menuju kamar mandi, dia mendengar pintu kamarnya di gedor dari luar. Mendengar keributan itu Bella jadi terbangun.
Steven meraih handuk dan mengenakannya. Tak mungkin dia membuka pintu dalam keadaan telanjang. Sedangkan Bella hanya duduk di ranjang. Mendengar seseorang memanggil nama pria itu.
"Steven ... cepat buka pintunya! Aku tau kau ada di dalam!" teriak wanita di luar sana.
Steven membuka pintu. Tapi dia menahan dengan kakinya agar tak terbuka lebar. Tampak sang istri berdiri di balik pintu. Nicky memandangi suaminya yang hanya menggunakan handuk.
"Ternyata benar dugaanku, jika kau ada di sini. Dengan siapa kau tidur. Pasti ada wanita di dalamnya," ucap Nicky. Dia lalu mendorong pintu tapi di tahan Steven. Bella yang mendengar suara itu menjadi ketakutan.
"Kenapa kau menahannya? Berarti dugaanku benar jika ada wanita di dalamnya!" ujar Nicky lagi.
Steven tersenyum miring. Dia memandangi istrinya dengan tatapan tajam.
"Jika pun ada wanita, kau mau apa? Berpisah? Baik, aku akan segera mengurusnya!" ucap Steven.
"Kau tak bisa melakukan ini! Apa kau tak pikirkan nama baik kedua orang tuamu. Beraninya bawa wanita ke dalam kamar hotel ini!"
"Jangan banyak bicara. Pergilah! Aku rasa kita tak ada urusan," balas Steven. Dia lalu menutup pintu kamar.
Nicky tentu saja tak bisa menerima. Dia kembali menggedor pintu kamar itu, tapi tak digubriskan Steven.
Steven melihat Bella yang duduk di tepi ranjang dengan wajah pucat. Dia lalu mendekati wanita yang bertubuh mungil itu. Dengan enteng dia menggendong tubuh Bella dan memangku di pahanya.
"Kenapa wajahmu terlihat pucat? Kau takut ketahuan jika sedang tidur denganku?" tanya Steven dengan suara datar.
Bella menjawab dengan anggukan kepala. Jantungnya berdetak lebih cepat. Di pangkuan pria ini membuat dia merasa gugup. Apa lagi dia tadi merasakan ada yang bangun. Sinyal baginya untuk bersiap-siap di jadikan santapan pagi.
Dugaan Bella ternyata tepat, pria itu membuka kancing kemeja yang dia pakai satu persatu. Dan meloloskan dari tangan wanita itu.
Steven mengecup leher wanita itu, menyebabkan suara kenikmatan tak sengaja keluar dari bibir Bella. Pria itu tersenyum mendengarnya. Dia berdiri dan menanggalkan handuknya.
Bella masih berada dalam gendongan pria itu. Dia lalu membawa ke meja rias dan menurunkan tubuh mungil wanita itu.
"Siap-siap, Manis. Kita akan olah raga pagi!" bisik Steven. Dengan posisi dia berdiri di hadapan Bella, pria itu lalu membuka kedua kaki Bella dengan lebar. Perlahan dia memasuki inti tubuh wanita itu. Kembali sang wanita mengeluarkan suara tanda kenikmatan. Jujur saja, tak dia pungkiri jika Steven tau cara memuaskan pasangan.
Steven perlahan memaju mundurkan miliknya dari tempo pelan dan akhirnya mempercepatnya. Dia melakukan itu sambil mengecup leher Bella sehingga banyak meninggalkan jejak.
Hingga akhirnya Steven kembali mengeluarkan zat murni dari tubuhnya kedalam rahim wanita itu. Dia lalu menggendong tubuh Bella tanpa melepaskan penyatuan mereka.
Steven membawa wanita itu masuk ke kamar mandi. Hampir satu jam mereka di dalam, dan akhirnya keluar dengan sama-sama memakai piyama handuk.
"Han akan datang membawa baju untukmu!" ucap Steven. Dia berjalan menuju lemari. Ternyata di dalam banyak baju miliknya.
Setelah berpakaian, dia memesan sarapan buat mereka. Saat makan, Steven selalu memberikan semua makanan yang enak ke piring Bella. Wanita itu menatapnya tak percaya. Kadang dia begitu kasar dan kandang begitu perhatian.
"Kenapa memandangi aku seperti itu?" tanya Steven. Tapi matanya tetap memandangi makanan di depannya.
"Kenapa semuanya di masukan ke piringku?" Bella bukannya menjawab pertanyaan Steven tapi justru balik bertanya.
"Biar kamu kuat melayaniku!"
Mendengar jawaban Steven, mulut Bella terbuka lebar. Tak percaya dengan ucapan pria itu. Ternyata yang ada dalam pikirannya cuma itu.
Steven yang melihat wajah Bella yang terkejut jadi tersenyum. Dia lalu mengacak rambut wanita itu dan mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Tak akan ada yang menduga jika pria itu suka memaksa dan kadang kasar.
"Biar badanmu sedikit berisi. Terlalu ringan, seperti orang yang tak pernah makan," ucap Steven. Dia membawa Bella ke dalam pelukannya dan kembali mengecup rambut wanita itu.
Bella kembali menatap wajah Steven tanpa kedip. Dia yang di tinggal sang ayah sejak kecil tentu saja menjadi terharu saat mendapatkan perhatian dari seorang pria dewasa. Apalagi usia Bella dan Steven terpaut cukup jauh, dua belas tahun.
"Jangan memandang aku seperti itu! Apa kau mau aku kurung seharian di kamar hingga kau tak bisa jalan nantinya!" ucap Steven dengan suara penuh penekanan.
Bella langsung membuang mukanya ke samping mendengar ucapan pria itu. Beruntung semua teralihkan karena mendengar suara ketukan di pintu.
Steven berdiri dan membuka pintu. Setelah itu masuk lagi dengan paper bag. Dia lalu menyerahkan pada Bella.
"Baju mu. Han menunggu di depan. Cepat ganti!" seru Steven.
Bella segera menyelesaikan makannya dan memakai baju. Dia hanya mengikat rambutnya tanpa memakai bedak.
Steven lalu memberikan amplop saat Bella akan melangkah pergi. Tentu saja wanita itu heran.
"Apa ini, Pak?" tanya Bella dengan heran.
"Untukmu ...!"
Bella mengambilnya dan menyadari jika itu uang. Dia kembali memandangi Steven minta penjelasan dari pria itu.
"Beli makanan enak. Dan aku mau kamu berhenti kerja di kafe Axel!" seru Steven lagi.
"Tapi aku tak mungkin berhenti. Kak Axel pasti akan mencari tau alasan aku berhenti. Dan jika dia tau aku tak bekerja, pasti akan curiga. Kak Axel tau jika aku tak memiliki keluarga di sini!"
"Berhenti satu bulan lagi. Aku akan buatkan butik untukmu!" ucap Steven.
"Tapi ...."
"Atau kau hanya mau menemani aku setiap saat?"
"Nggak, Pak. Akan aku pikirkan semua. Aku pamit. Terima kasih," jawab Bella.
Bella lalu melangkah meninggalkan kamar hotel. Dia berjalan menunduk takut ada yang melihat dan mengenalnya. Han mengikuti dari belakang.
Sampai di halaman parkir, Bella langsung masuk mobil. Han melajukan mobil dengan kecepatan sedang menuju kost Bella sesuai dengan alamat yang dia katakan tadi.
Satu jam perjalanan sampailah dia di kost. Han segera meninggalkan wanita itu. Baru saja dia hendak masuk, ponselnya berdering. Bella melihat nama Kak Axel di layar ponselnya.