Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epsiode 20
Tadinya Rumi memang ingin duduk di kursi yang bersebelahan langsung dengan jendela, namun karena mereka bertemu dengan salah satu temannya Rafka, jadinya ia dan adiknya itu memilih untuk bergabung saja di sana.
"Mba mau yang mana?" Cara Rafka bertanya saat ini seolah-olah dialah yang akan mentraktir Rumi, padahal kebalikannya.
"Sebentar." Nampaknya Rumi masih kebingungan ingin memesan apa untuk makan siangnya hari ini.
Matanya masih menjelajahi buku menu tersebut dengan penuh kehati-hatian, namun berhenti begitu saja ketika menemukan satu nama yang cukup familiar baginya.
Ah iya, ini jenis makanan yang sama seperti yang pernah Rumi pesan ketika ia ikut makan siang bersama dengan Joyie dan juga Tristan.
Eh apa-apaan ini?! Kenapa Rumi malah teringat dengan pria itu sih? Ini pasti karena semalam bunda memintanya untuk berkenalan dengan Tristan.
"Ini aja deh." Pada akhirnya pilihan Rumi jatuh pada salah satu steak dengan mash potato sebagai pelengkapnya.
"Minumnya jus stroberi aja." Rafka yang sejak tadi hanya menunggu lantas memanggil sang pelayan.
"Lo kenapa dah cengo begitu?" Hampir saja Rumi lupa kalau saat ini ada orang lain yang juga duduk di meja yang sama dengan mereka.
"Jangan bilang lo masih nggak percaya kalo ini bukan selingkuhannya gue?" Kedua mata Rafka langsung memicing sembari menunjuk ke arah Dika yang salah tingkah dibuatnya.
Selingkuhan apanya? Maksudnya Rumi ini selingkuhannya Rafka, begitu? Hey yang benar saja dong, Rumi pun tidak mau dengan lelaki menyebalkan seperti adiknya ini.
"Bukan, saya bukan selingkuhannya Rafka. Kita ini saudara kandung yang keluar dari rahim yang sama kok." Mungkin Dika tidak akan percaya dengan mudah jika Rafka yang mengatakannya, jadi biarlah Rumi yang membuka mulutnya kali ini.
"Lagian juga kalau anak ini selingkuh, habis duluan dia di tangannya saya." Kepala Rafka hanya mengangguk dengan pelan seolah ia juga menyetujui perkataan Rumi yang barusan itu.
"Eh nggak kok, Mba Rumi. Saya nggak mikir sampai ke sana, tadi juga kan Rafka udah menyangkal." Dika tidak berbohong kok, karena pikiran tentang Rafka yang berselingkuh sudah tidak memenuhi kepalanya lagi.
Dika itu memperhatikan pasangan kakak dan adik itu dengan intens bukan tanpa sebab tentunya. Dika hanya sedang dibuat terpesona dengan tampang cantik yang saat ini duduk berhadapan dengannya.
Sungguh, Rumi ini adalah gambaran dari wanita idamannya selama ini. Jadi jangan heran kalau Dika bisa langsung jatuh hati meskipun ini pertemuan pertama mereka.
"Hati-hati ya Mba, itu hotplate soalnya." Itu bukan suara Rafka yang meminta Rumi untuk berhati-hati dengan pesanannya yang baru saja tiba, melainkan Dika yang sedang membantu.
Gelagat aneh dari temannya ini tentu saja membuat Rafka merasa curiga. Tidak biasanya seseorang seperti Dika ini perhatian pada seorang wanita manapun.
Sungguh, Dika itu seolah tak menunjukkan ketertarikannya kepada makhluk cantik ciptaan Tuhan. Sampai-sampai beredar gossip yang tidak mengenakkan di kantor yang mengatakan kalau Dika itu adalah penyuka sesama jenis.
"Mba gue bukan anak kecil kali, Dik. Yang begituan pasti tau lah dia." Tuh kan, Rafka jadi sewot sendiri ke temannya ini sampai membuat Rumi sedikit terkejut.
"Adek nggak boleh gitu, temennya baik gitu ngasih tau ke Mba kok malah dimarahin sama kamunya." Malangnya nasib Rafka ini, bisa-bisanya malah dia yang dimarahi sekarang.
"Rafka memang gitu Mba, suka sensi sama saya." Terkutuklah Dika dan mulut kurang ajarnya itu. Kalau saja setelah ini ia akan mendapatkan cubitan dari sang kakak, ia akan menyalahkan Dika habis-habisan.
"Oh ya? Saya kira dia cuma sensian di rumah aja, ternyata di kantor juga ya?" Pembicaraan macam apa ini? Kenapa malah membahas dirinya dan juga kesensian yang tidak nyata itu sih?
"Mba, kalo lagi makan itu jangan sambil ngobrol. Nanti makanannya di embat sama setan loh." Demi membungkam mulut sang kakak, Rafka menyuapkan satu sendok penuh makanan miliknya ke dalam mulut Rumi.
Setelahnya Rumi memang berhasil dibungkam, tapi sekarang wanita itu jadi kepayahan untuk mengunyah makanan yang masuk dengan sangat tiba-tiba itu.
"Parah lo Raf, masa kakak sendiri digituin sih." Melihat Rumi yang sedang kepayahan, membuat Dika langsung berinisiatif untuk menuangkan air mineral ke sebuah gelas dan segera memberikannya pada Rumi.
"Lihat aja, nanti Mba suruh Bunda buat kutuk kamu." Ah, dinamika antara saudara ini cukup menyenangkan juga untuk ditonton. Dan kalau boleh jujur, Dika merasa terhibur jadinya.
......................
"Tris." Kepala Tristan langsung mendongak sehingga kini ia bertatapan langsung dengan sang Ibu yang sedang meletakkan nasi beserta beberapa lauk di atas piring sana.
"Joyie kenapa? Hari ini kelihatannya enggak bersemangat banget, biasanya dia cerita dulu ke Mama sebelum ganti pakaian. Tapi tadi dia langsung naik gitu aja ke kamarnya." Rupanya tuan putri kecilnya masih merajuk meskipun Tristan sudah berusaha untuk membujuknya tadi.
"Dia pengen pulang sama Rumi hari ini, Ma. Tadi kita juga tungguin Rumi yang mungkin masih harus berkemas, tapi ternyata aku sama Joyie kalah cepat. Rumi dijemput sama orang lain." Lisa sudah berpikir yang tidak-tidak tadinya.
Ia malah mengira kalau cucu kesayangannya itu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya. Tapi ternyata dugaannya salah besar.
Kesedihan itu justru berasal dari keinginannya yang tak bisa direalisasikan siang ini. Pasti Joyienya sangat kecewa sekarang dan juga marah. Malang sekali nasib Joyie kecil.
"Oh iya, Mama yakin kalau Rumi itu tidak memiliki pacar?" Kerutan samar terlihat di kening Lisa kala mendapatkan pertanyaan yang di luar pembahasan mereka tadi.
"Yakin lah, memangnya kenapa? Kamu beneran mau menikah sama Rumi?" Mungkin Lisa terlalu bersemangat dan tidak sabaran sehingga ia tanpa sadar meninggikan suaranya begitu saja sampai membuat Tristan sedikit terkejut.
"Tapi tadi dia dijemput sama laki-laki, Ma. Kelihatannya akrab sekali, laki-laki itu juga perlakuin Rumi dengan sangat baik." Entah Lisa menyadarinya atau tidak, saat Tristan mengadu terselip nada tak suka di sana.
"Bundanya Rumi bilang dia baru putus kok, jadi sekarang nggak punya pacar itu Ruminya. Mungkin laki-laki yang kamu lihat tadi itu temennya?" Bagaimana Tristan mau percaya kalau Ibunya saja terlihat tidak yakin dengan jawabannya sendiri.
Tunggu dulu, Lisa ingat sekarang! Nirma kan mempunyai dua anak dan sepasang pula, bisa jadi kan orang yang dimaksud oleh putranya tadi adalah adik kandungnya Rumi? Iya! Pasti seperti itu.
"Kayanya yang kamu lihat itu adiknya Rumi deh, Tris. Mama baru ingat kalau Nirma itu punya dua anak, sepasang pula. Rumi itu anak sulung di keluarga mereka." Benarkah seperti itu yang sebenarnya terjadi?
Tapi tunggu sebentar, kenapa sekarang Tristan malah merasa kelegaan di dalam hatinya? Ah ini pasti karena keinginan dari Ibunya yang meminta ia untuk menikah dengan Rumi.
"Kamu tanya-tanya kaya gitu buat apa sih? Beneran mau nikah sama Rumi?" Mari lupakan aktivitasnya karena yang satu ini jauh lebih penting untuk Lisa.
"Iya, tapi Mama nggak usah bantu apa-apa. Aku mau berusaha sendiri, dan aku juga nggak mau kalau nantinya Rumi malah merasa tidak nyaman." Rasanya Lisa ingin melompat dengan begitu tinggi saat ini juga.
Akhirnya salah satu keinginan terbesarnya akan segera terkabulkan dan ia pun akan menjadi lebih dekat lagi dengan sahabatnya itu. Astaga, betapa bahagianya Lisa saat ini.
Tolong dimaklumi saja. Selama ini Lisa selalu saja mengenalkan beberapa orang gadis pada Tristan namun selalu berakhir dengan penolakan keras dari putranya ini.
Tapi siapa sangka yang kali ini malah diterima begitu saja oleh Tristan. Apa mungkin karena Joyie juga sudah menyukai sosok Rumi? Apapun itu, yang pasti Lisa akan mendoakan yang terbaik sampai keduanya bisa bersatu menjadi keluarga yang bahagia.
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih