Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34. Di Rumah Sakit
Amira menceritakan pada adiknya dimana dia bekerja untuk melanjutkan hidup setelah bercerai dengan Firman.
"Kakak bekerja di restoran Opera sebagai pelayan." Ujar Amira awalnya tidak tau kalau Restoran Opera itu juga punya Arkan dan Senja dulu juga kerja di sana.
"Apa...Kakak kerja di sana?" tanya Senja begitu terkejut. Senja tidak menyangka kalau Kakak nya yang lulusan management bisnis mau bekerja sebagai pelayan di restoran tempatnya dulu bekerja.
"Iya, aku kerja di sana. Memangnya kenapa, kok kamu terkejut begitu sih dek?" tanya Amira bingung.
"T...tidak apa-apa sih, cuma..." Senja tidak melanjutkan perkataannya lagi.
"Cuma apa dek? katakan padaku." desak Amira semakin bingung dan penasaran.
"Sebelum berhenti aku juga kerja disana, itu restoran mas Arkan, aku juga baru tau kalau itu punya mas Arkan." Senja juga menceritakan selama bekerja di situ dia tidak pernah di perlakukan tidak baik oleh Dinda ataupun rekan kerjanya.
"Wah, kok bisa kita bekerja di tempat yang sama ya." Amira heran kenapa dia dan Senja bisa bekerja di tempat yang sama, dan semua orang di restoran itu juga tidak pernah cerita tentang Senja.
"Tidak Usah dipikirkan mungkin itu hanya kebetulan aja. Sekarang ayo kita makan siang dulu, habis ini kita ke rumah sakit menjenguk Papa sekalian mengantar makan siang untuk mereka. Atau kita bawa aja ke rumah Sakit, nanti kita makan bersama mereka di sana." Ujar senjata penuh semangat.
"Boleh juga, aku juga sudah lama tidak makan bersama mereka." Jawab Amira setuju dengan ide adiknya.
"Kalau begitu ayo sekarang kita berkemas, aku ingin menghubungi mas Arkan dulu, ingin memberi tahu kalau kita akan ke rumah Sakit." Senja langsung meraih ponselnya dan menghubungi suaminya untuk memberi tahu kalau dia akan ke rumah sakit.
"Mas, aku dan Kak Mira ingin ke rumah sakit, apa boleh?" tanya Senja setelah teleponnya di angkat oleh Arkan.
"Tentu saja boleh, tapi kamu hati-hati di jalan." Ujar Arkan mengizinkan istrinya pergi. Tidak lama kemudian telepon berakhir.
Setelah memberi tahu suaminya, Senja dan Amira keluar dari rumah besar itu, ditangannya terlihat bekal makan siang untuknya dan juga orang tuanya.
Kedua perempuan cantik itu naik mobil yang di kemudikan oleh Pak Darto.
"Pak kita ke rumah sakit ya." Ujar Senja pada Pak Darto yang menjadi supir pribadinya. Pak Darto mengangguk patuh pada majikannya.
"Iya Nyonya." Jawab Pak Darto, kemudian langsung menjalankan mobilnya menuju rumah sakit tempat Pak Handoko dirawat.
***
Di Rumah Sakit.
"Ma, bagai mana ke adaan Mira?" tanya Pak Handoko pada Mama Ratih. Tidak tau tiba-tiba lelaki paruh baya itu teringat sama putrinya.
Pak Handoko mempunyai firasat kalau Putri keduanya itu sedang ada masalah, namun dia sendiri tidak tau apa masalah yang di hadapi oleh Putrinya itu.
"Mama tidak tau Pa, Arsen juga tidak memberitahu bagai mana kabarnya Mira, semoga dia baik-baik aja." Mama Ratih juga sama dengan suaminya, dia juga merasa kalau Amira sedang ada masalah, tapi dia tidak berani memberi tahu suaminya, apa lagi pada Senja, Mama Ratih takut kalau Senja dan Arkan tidak suka, karena Amira sudah membuat Senja diusir dari rumah.
"Ma, Pa, yang saya tau dari mas Arsen beberapa hari yang lalu, Mira bertengkar Dengan Firman dan selain itu aku tidak tau lagi." Sahut Desi, memberitahu pada kedua mertuanya.
Di sela-sela pembicaraan mereka, tiba-tiba pintu ruangan diketuk dari arah luar.
Tok..tok..tok, terdengar suara ketukan pintu.
Desi yang berada dekat dengan pintu langsung membuka pintu itu.
Setelah pintu terbuka, nampak lah dua perempuan cantik ya itu Senja Dengan Amira. Desi mengernyit,bingung, kenapa Senja bisa bersama Amira. Karena yang dia tau Senja dan Amira sedang tidak akur.
"Assalamualaikum." Ucap Senja memberi salam pada orang yang ada didalam. "Waalaikumsalam." Jawab Desi dan semua yang ada didalam secara bersamaan.
"Ayo masuk" Desi mempersilahkan Senja dan Amira masuk. Walaupun bingung Desi tetap mempersilahkan kedua adik iparnya masuk. Soal Senja dan Amira bisa bersama biarlah dia pendam, nanti juga dia akan tau atau dia bisa bertanya pada Senja langsung, begitu pikirnya.
Senja segera melangkahkan kakinya kedalam ruangan itu dan meletakkan bekal yang dibawanya tadi ke atas meja di ruangan itu. Sedangkan Amira wanita yang terlihat masih sangat cantik walaupun tubuhnya sedikit kurus, dia masih diam terpaku di depan pintu yang sudah di buka oleh Desi tadi.
Mama Ratih dengan Pak Handoko saling pandang, keduanya sama seperti Desi, paruh baya itu juga bingung kenapa kedua putrinya bisa akur seolah tidak terjadi apa-apa diantara keduanya.
Senja menoleh, dia melihat Amira masih mematung di depan pintu seakan malu untuk menemui kedua orang tuanya.
Senja menghampiri Kakaknya itu, lalu merangkul tangan Kakaknya agar mengikuti dirinya masuk kedalam ruangan itu.
"Kenapa masih berdiri disini, ayo masuk Papa dan Mama pasti sudah sangat merindukan Kakak." Ajak Senja membawa masuk Amira untuk bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Panjang umur Anak ini, baru saja di bicarakan, eh sudah muncul." Gumam Desi dalam hatinya. Lalu dia juga mengikuti Senja dan Amira dari belakang.
"Ma, Pa, Ini Kak Mira datang menjenguk Papa." Ucap Senja pada kedua orang tuanya. Mama Ratih tersenyum ke Putrinya itu, mata paruh baya itu sudah mulai berkaca, selain rindu pada Putrinya itu, wanita paruh baya itu juga senang melihat kedua Putrinya sudah akur seperti dulu.
Amira langsung bersimpuh di kaki wanita yang sudah melahirkannya itu. Amira menangis meminta maaf pada Mamanya, dia sangat menyesal dengan perbuatannya tempo lalu, walaupun dia melakukannya karena pengaruh Firman tapi dia tau kalau dirinya juga bersalah karena telah setuju dengan ide Firman.
Mama Ratih merangkul kedua bahu Anaknya itu untuk berdiri. Wanita paruh baya itu langsung memeluk rindu Putrinya, air mata yang dia tahan tadi akhirnya tumpah juga.
"Nak, kami sudah memaafkan mu, kami tidak pernah membenci mu, kalian Putri Mama yang sangat Mama sayangi," ucap Mama Ratih membawa kedua putrinya kedalam dekapannya.
Ketiganya saling berpelukan, Mama Ratih masih memperlakukan kedua Putrinya seperti mereka saat masih kecil. Setelah Mama Ratih melerai pelukannya, Amira beralih pada Pak Handoko yang sudah duduk di atas ranjang rawatnya. Amira langsung menghempaskan tubuhnya kedalam pelukan Pak Handoko, Pak Handoko juga sudah menjatuhkan air matanya.
Lelaki paruh baya itu mengusap-usap lembut surai panjang Putrinya, yang baru saja tadi dia rindukan.
"Pa, maafkan aku, aku sangat menyesal, aku tidak akan pernah mengulanginya lagi, aku ingin menjadi Putri yang disayang Papa seperti dulu." Amira juga tidak bisa membendung air matanya.
Pak Handoko lalu merangkul kedua pipi Amira yang sudah tirus itu. "Nak, apa yang terjadi sama kamu, kenapa kamu terlihat sudah sangat kurus?" tanya Pak Handoko sedih melihat tubuh dan wajah Putrinya itu.
Amira hanya diam, matanya masih menatap netra Papanya yang sudah mulai sipit karena dimakan usia.
"Kak Mira sudah bercerai dengan Kak Firman."
Bersambung.