Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜
Happy reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benarkah Kau Mengenal Wanitamu?
Beberapa hari setelahnya Jenny selalu mengekori Arsen ke kantor. Ia merasa bersalah pada suaminya itu, jadi sekarang ia berusaha agar Arsen tidak kuatir padanya. Cielahh Jenn.. Jenn..😂
Tak... tuk... tak... tuk... Arsen sibuk di mejanya, sang istri juga sibuk disebelah Arsen dengan laptop masing-masing. Jika begitu mereka terlihat seperti pasangan sempurna crazy rich yang workaholic, tidak sedikitpun kelihatan seperti pasangan yang bermasalah selama ini. Masing-masing mereka dengan wajah seriusnya menatap benda canggih dengan banyak tombol itu.
"Sayang.", seru Arsen.
" Hmm?"
"Kamu belum selesai?"
"Dikit lagi."
"Mau makan siang dimana?"
" Kamu udah laper ya?", tanya Jenny tapi Arsen tidak menjawab, ia malah tertegun menatap Jenny.
"Hmm? Laper ya? Duluan aja kalo gitu, nanti aku nyusul."
"Sayang, kamu manggil aku 'kamu'?", Arsen masih melongo, tak percaya. Sontak Jenny menghentikan aktivitasnya.
"Ngga cocok ya? Ngga boleh ya?", tanya Jenny ragu.
"Boleh lah sayang, boleh banget...",Arsen cengengesan dan menggosok-gosokkan keningnya ke bahu Jenny.
"Apaan sih? Kamu rese...", dumel Jenny, tapi suaminya itu malah semakin senang.
Drrtt... getar singkat di ponsel Jenny yang juga menyita perhatian Arsen, dan kemudian sang empu membuka pesan itu.
"Yaaah... aku malah lupa kalo aku udah janji makan siang sama anak-anak. Gimana dong? Kamu makan siang sendiri atau sama pak Don ya. Gapapa ya?", tanya Jenny.
"Aku ngga boleh ikut?", tanya Arsen memanyunkan bibir bawahnya.
"Duh... gemess, pengen gua kokop juga nih orang...", batin Jenny.
"Ngga boleh, soalnya kalo ada kamu mereka ngga ada yang normal, bahkan untuk ngunyah aja mereka pasti mikir dulu. Lagian yang ikut cewe-cewe palingan ada Rony yg nyempil."
"Yaudah deh." lemas Arsen.
"Aku pergi ya...", Jenny mengambil tasnya dan berlari menghilang dibalik pintu.
Seperginya Jenny, Arsen mendesah menghempas napasnya, gunung es yang dibangun istrinya rasanya kini sudah mencair.
klek..... pintu dibuka lagi, Jenny muncul dengan tergesa-gesa dan berlari ke arahnya. Arsen sedikit bingung dan melebarkan matanya seolah minta penjelasan lewat tatapan itu dan mendongakkan kepalanya kearah istrinya.
Cuppp.... Jenny mendaratkan ciuman kecilnya tiba-tiba dibibir Arsen. Bola mata Arsen membulat sempurna merasakan benda kenyal itu menghangatkan bibirnya.
"Bye bye suami...", seru Jenny dengan senyum lebar lalu pergi.
Arsen mengepal satu tangannya dan menempelkannya dibibirnya. Ia melakukan itu untuk menahan wajahnya yang hendak sumringah parah itu. Kejadian yang baru saja terjadi membuatnya ingin guling-guling di pojokan, rasanya manis sekali ciuman itu. Bagaimana bisa istrinya yang selama ini seperti batu sungai, dingin dan kaku, sekarang rasanya seperti puding stroberi atau gulali, manis dan lembut.
Drrrt.... ponselnya juga bergetar panjang, seseorang sedang menelepon, dan ia mengangkatnya. Ekspresi yang tadinya senyum sumringah berubah awas dan tegang, lalu ia meraih kunci mobilnya dan pergi.
🌼🌼🌼
Arsen berhenti disebuah cafe yang menghadap langsung ke arah butik yang sering dikunjungi Jenny. Ekspresinya masih datar dan waspada karena yang menghubunginya adalah mantan pacar istrinya, Jonathan Bramaskara.
"Mau minum apa pak Arsen?", tanya Jonathan.
"Saya orang sibuk pak Jo, langsung ke intinya saja.", balas Arsen dan duduk dihadapan Jonathan, untuk beberapa saat mereka hanya saling memandang, bergelut melalui tatapan.
"Jadi seberapa banyak anda mengenal istri anda, Pak Arsen?".
"Apa gunanya saya menjawab pertanyaan seperti itu?". Kesal Arsen.
"Ohh sangat berguna tentunya,anda akan menyadari banyak hal, dan saya yang akan membuka mata anda sendiri Pak Arsen."
"Kenapa anda sangat terobsesi dengan istri saya Pak Jo?".
"Obsesi? Bukan obsesi pak Arsen. Saya hanya ingin memastikan Jenny tidak jatuh pada orang yang salah, saya hanya ingin memastikan apakah anda lebih baik dari saya atau tidak."
"Tentu saya lebih baik dari anda. Saya bisa menjamin dia hidup dengan nyaman berlipat-lipat ganda. Dia suka uang, saya bisa memberikannya sebanyak yang ia mau. Ia bisa hidup tenang, tanpa kurang apapun." yakin Arsen.
" Ahahhaahah.... hahah hahah... woah... hahaha...", tawa Jonathan meledak lalu ia menghapus setetes air mata di sudut matanya. Arsen bingung kenapa Jonathan malah tertawa keras. Apa yang sangat lucu?
Bukankah jawabannya sangat meyakinkan?
Arsen sangat kaya dan istrinya suka uang, cocok sekali bukan? Jonathan menyudahi tawanya dan tersenyum pada Arsen yang masih dengan wajah bingungnya.
"Woahh... saya kira anda bukan hanya tidak tahu apa-apa pak Arsen, tapi ternyata buruk sekali." lanjut Jonathan menertawai Arsen.
Segera setelah itu ekspresi Jonathan berubah, dari yang awalnya terkekeh lucu berubah jadi tajam.
"Jenina suka uang? Anda lebih baik dari saya karena anda kaya raya dan Jenny suka sekali dengan kekayaan anda itu? Begitu maksudnya? Jadi jika memang Jenny secinta itu pada uang, untuk apa dia berproses bersama saya? Sepertinya saya akan terus mengejarnya mati-matian pak Arsen."
"Apa maksudmu brengs*k!?", bentak Arsen.
Jonathan mendekat dan setengah berbisik ditelinga Arsen, hingga jarak yang membuat hanya mereka yang saling mendengar satu sama lain.
"Dengar baik-baik kep*rat, Jejeku tidak serendah itu. Lu pasti kasih dia kartu kredit atau apapun itu, lu pasti dengan mudahnya ngecek sebanyak apa mutasinya.
Lu liat gedung tinggi berkilau diseberang sana? Harusnya lu familiar sama nama diatas gedung itu. That's right ! butik itu punya dia. Jadi kalo lu bilang masalahnya tentang uang, dia kaya bro. Mungkin lu jauh lebih kaya dari dia, tapi tetep aja dia ngga butuh duit lu buat bertahan hidup. Butik itu dia perjuangin sendiri dari nol, dari butik itu masih toko kecil sampai jadi raksasa kaya sekarang, dia selalu dalam pantauan gua.
Bahkan orang tuanya sekalipun ngga tahu kalau putri mereka begini. Dia ngga selevel sama lu yang dari awal udah tinggal jalan. Dia bahkan lebih kuat dari gua, Jeje setangguh itu, sehebat itu, dan lu mikir dia cuma anak manja yang ngarepin uang lu buat bertahan hidup. Mimpi aja lu baj*ngan.
Jadi Tuan muda yang terhormat, fix elu ngga kenal sama sekali sama istri lu. Lu bisa mikir mulai detik ini, pakai otak lu !", Jonathan meninggalkan Arsen yang masih membeku. Ia tertegun memandang gedung mewah berkilau diterpa sinar
"The Venus", begitu nama raksasa di atapnya.
Tbc ... 💜