Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 27
Sampai di rumah sakit yang ibunya katakan, tanpa babibu Arion berlari memasuki rumah sakit itu. Mencari ruangan Nadia di rawat. Dadanya sudah sesak. Pikirannya sudah di penuhi oleh bayangan bayangan buruk.
"Pasien atas nama Nadia damarta". Ucap Arion pada petugas disana.
" Sebentar, kami cari terlebih dahulu" ujar sang pelayan dan mulai mencari ruangan atas nama pasien yang di sebutkan pria tampan di depannya.
" Ruangan A105 pak. Bapak lurus saja lalu ke kiri". Kata sang pelayan ketika menemukan ruangan atas nama Nadia itu.
Setelah mendapat nomor ruangannya Arion kembali berlari. Mencari posisi ruangan yang wanita tadi sebutkan. Jika terjadi sesuatu pada kandungan Nadia dan mengakibatkan anaknya kenapa Napa Arion Takan pernah bisa memaafkannya. Meskipun ia masih kecewa pada Nadia tapi dia mengharapkan, sangat atas kelahiran putranya yang di tunggu tunggu.
"Mami".
Mami Rasti yang sedang mondar mandir di depan pintu ruangan Nadia terkejut kala mendapat pelukan tiba tiba dari putranya. Wanita paruh baya itu mengelus dadanya yang tambah berdebar akibat terkejut.
" Nadia mana mi? Dia kenapa?" Tanya Arion beruntun pada sang mami.
Pria itu melepaskan pelukannya dan memandang sang mami dengan sayu. Pun khawatir dan cemas dengan kondisi Nadia sekarang. Tubuhnya sampai bergetar saking khawatir nya dia.
"Dia di dalam Al. Dokter bilang Nadia akan melahirkan". Beritahu mami Rasti.
Tadi kala dia tengah berbincang bersama teman sosialitanya dia mendengar teriakan dari kamar arion. Karena khawatir ia menghampirinya dan begitu terkejut kala melihat Nadia yang terduduk di lantai sambil memegangi perutnya.
Awalnya dia hanya ingin memanggil dokter untuk memeriksa Nadia. Tetapi karena mendengar rintihan Nadia yang semakin keras membuatnya memutuskan membawa Nadia ke rumah sakit bersama teman sosialitanya yang kini telah pulang.
Dan terkejutnya dia kala dokter mengatakan jika Nadia akan segera melahirkan. Buru buru mami Rasti menghubungi Arion dan memintanya ke sana. Untung saja Arion tidak susah untuk di hubungi.
" Melahirkan? Bukankah usia kandungan Nadia masih 6 bulan?" Dahi Arion mengerut. Bingung dengan ucapan sang mami yang mengatakan jika Nadia akan segera melahirkan.
" Mana mami tahu Ar? Bukan kah sudah mami katakan jika kehamilan Nadia ini aneh. Tidak ada hamil satu bulan tapi perut sudah membuncit. Kecuali hamil kembar" papar mami Rasti mengingat kan Arion akan dugaannya.
Arion terdiam sesaat. Mengingat kembali ucapan maminya satu bulan yang lalu.
flashback on
"kamu yakin kehamilan Nadia itu biasa? Maksud mami tidak kembar?" Tanya mami rasti.
" tidak mi. dokter bilang Nadia hamil normal tidak kembar. Memangnya kenapa?" Heran arion.
" melihat perut Nadia yang sudah sangat besar sekarang, Rasanya dia tidak seperti hamil lima bulan. Tapi seperti hamil tujuh delapan bulanan"
"benarkah? tapi dokter bilang Nadia memang hamil lima bulan mi" kekeh arion.
"terserah kamu mau percaya atau tidak sama ucapan mami. Mami cuma mau kasih tau kamu ar. mami udah dua kali hamil kalian dan mami tahu bagaimana ciri ciri dan proses wanita hamil. Tidak ada hamil lima bulan perutnya sudah sebesar itu kecuali hamil kembar. Kamu siap siap aja Ar"
flashback off
Ucapan mami Rasti kala itu mulai terngiang ngiang di telinganya. Dimana kala dia dan Nadia baru pulang dari pemeriksaan kandungan mami Rasti memanggilnya dan mengatakan keraguannya tentang kehamilan Nadia. Namun dia menyangkalnya kala itu. Dan tak ingin berpikir aneh aneh terhadap Nadia. Dia hanya pokus pada kehamilan Nadia beserta menunggu putranya itu untuk lahir.
"Mungkin Nadia melahirkan prematur". Kata Arion masih mencoba menyangkal pikiran buruk itu.
Mami Rasti menghela napasnya kasar. Sangat sulit memberi tahu putranya tetapi dia tak bisa memaksa. Apalagi dugaannya belum tentu benar.
" Mami hanya mengingatkan Ar. Bisa jadi juga Nadia melahirkan prematur tapi bisa juga nadia berkompromi dengan dokter". Ujar mami Rasti.
Arion tak lagi menyahut. Pria itu mondar mandir di depan pintu ruangan Nadia. Jarinya dia gigit sedikit untuk mengurangi rasa gugup khawatir serta kecemasannya. Meski nyatanya hal itu tak berdampak sedikitpun. Rasa cemasnya malah semakin menjadi di tambah pikirannya yang terus memikirkan ucapan maminya.
Ada kemungkinan memang apa yang di katakan oleh ibunya benar. Terlebih dari ciri ciri dan gerak gerik Nadia yang mencurigakan. Namun segera dia tepis pikirannya. Saat ini Nadia sedang berusaha melahirkan anaknya tapi disini dia malah menuduh hal yang tidak tidak pada Nadia. Sungguh jika dugaannya salah dia akan sangat menyesalinya.
Satu jam menunggu akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan itu. Menatap mereka dan Arion menghampirinya.
" Bagaimana keadaan istri saya dok?" Buru Alvaro cemas.
Dokter itu tersenyum dengan napas yang dia tarik. " Syukurlah, nyonya Nadia beserta putrinya selamat". Beritahu sang dokter.
Bukannya senang Arion malah mematung mendengar penuturan sang dokter. Harusnya dia bahagia sekarang mendengar anak dan istrinya selamat, tetapi kenapa rasanya berbeda. Hampa seolah olah tak terjadi apa apa.
" Dok, apakah istri saya melahirkan prematur?" Tanyanya setelah sekian lama terdiam.
Dahi dokter itu mengerut. Bingung dengan pertanyaan pria di depannya. " Maksud bapak?"
" Maksud saya apakah putra saya lahir secara prematur? Karena menurut hitungan usia kandungan istri saya baru enam bulan". Kata Arion.
Mami Rasti yang mendengar pertanyaan putranya pun mendekat dan berdiri di samping Arion. Mencoba mendengar pula apa yang dokter jelaskan.
Sontak dokter itu menggeleng kuat. " Tidak pak. Putri bapak lahir secara normal. Dan dari yang saya lihat ini memang sudah waktunya istri bapak melahirkan. Bahkan sedikit melebihi HPL nya pak". Terang dokter wanita di depannya.
Seketika tubuh arion yang menegang melemas. Pundaknya turun dengan dada yang mulai sesak. Pikirannya blank serta tatapannya kosong. Hampir terhuyung jika mami Rasti tak buru buru menahannya.
Benarkah begitu? Nadia melahirkan normal dan sudah masuk HPL? Apa artinya dia kembali di tipu? Di bohongi dua kali?
Pertanyaan pertanyaan mulai bermunculan di kepalanya. Arion lemas, terkejut serta kecewa. Dadanya sakit hingga ingin ia tumbuk sekarang. Dia kembali ditipu oleh orang yang dia cintai. Yang mati Matian dia perjuangkan. Namun nyatanya wanita itu kembali membuatnya jatuh, kecewa marah.
Rasanya ingin sekali Arion menangis saat ini juga. Tubuh pria itu sudah bergetar, hingga terduduk lemas sambil memeluk kaki ibunya. Pada akhirnya dia kembali rapuh. Menangis di pangkuan mami Rasti yang ikut duduk. Dapat dia rasakan usapan lembut di pundaknya dari tangan sang bunda, membuatnya semakin mengeratkan pelukannya. Wajahnya sudah basah akibat tangisnya sendiri. Dia tak peduli sekarang meski di sebut pria lemah. Karena nyatanya kali ini dia memang lemah rapuh dan hancur. Tak pernah terbayang dipikirannya pernikahan yang selalu ia impikan jadi seperti ini. Cinta tulus nan kuatnya terkhianati oleh sang kekasih yang ternyata sudah lebih dulu merasakan kukungan pria lain hingga hamil. Arion rapuh, sangat. Dia terpuruk sekarang.
Mami Rasti yang mendengar penjelasan dokter tadi pun ikut terkejut. Meski dia sudah menduganya sebelumnya tetapi ini lebih mengejutkan dari yang dia duga. Setelah dokter pergi tiba tiba tubuh putranya melemas hingga terduduk di bawah dengan memeluk kakinya.
Mami Rasti ikut duduk. Membawa putranya ke dalam pelukannya dan membiarkan putra sulungnya menangis melimpahkan masalahnya. Dia hanya mengusap pelan punggung Arion. Mati Matian dia menahan tangisnya. Melihat anaknya yang rapuh terluka hingga menangis dengan tubuh lemas gemetar, ibu mana yang tidak kasihan. Dia pun merasa terluka melihat putranya dilukai orang lain. Tanpa sebab yang jelas Anaknya di khianati. Salah apa dirinya hingga mengalami nasib seperti ini?
Tadi sudah dia hubungi suami serta Leo. Mereka bilang masih dalam perjalanan menuju kemari. Tanpa menjelaskan mami Rasti hanya menyuruh keduanya datang ke rumah sakit ini.
Setelah lama berdiam diri serta menenangkan diri Arion akhirnya memilih untuk masuk. Memastikan sendiri apakah dugaannya benar. Meski dalam hati dia menyangkal semuanya meski hanya secuil.
Dan dapat dia lihat Nadia yang terbaring lemah dengan infus di tangannya. Matanya lalu beralih pada bayi yang berada di dada Nadia menempel padanya.
Seketika matanya kembali berembun. Bukan karena bahagia tetapi karena dugaannya benar. Terlihat jelas dan nyata di depan mata.
" Nad". Ujarnya lirih tertahan.
Nadia yang sedang fokus pada bayinya seketika menoleh. Matanya membulat hebat dengan tubuh yang mulai bergetar. Menatap Arion dengan tatapan memohon.
" Ar aku bisa jelasin. Ini gak seperti yang kamu lihat kok"