"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps8. Bertemu Nenek Uti.
"Aku akan menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubunganku dan Jessica" ucap Alex.
Viona tak habis pikir, bagaimna bisa seseorang akan menikah, tetapi meminta restu dengan pasangan lain? Namun, Viona tak punya banyak waktu untuk memikirkan semua itu. Bagi Viona, kesembuhan sang neneklah yang terpenting. Nenek Uti adalah keluarga satu-satunya yang Viona punya, untuk apa Viona hidup jika tak bisa berkorban demi orang yang telah tulus membesarkannya?
Meski Kakek Volcan sangat kecewa dengan persyatan yang diajukan oleh cucunya, pria tua itu tetap melanjutkan niatnya. Kakek Volcan nyakin, dengan kebaikan Viona, gadis itu sanggup melulukan hati cucunya-Alex.
Dari semua interaksi yang Kakek Volcan dan Viona lalukan, keduanya tidak menyadari bahwa ada mata-mata yang selau mengintai mereka dan siap melapor pada seseorang. Hingga berita itu sampai pada telingan Alex, Viona adalah sugar baby Kakek Volcan.
Satu-satunya hal yang paling Viona sesali adalah, Viona belum bertanya siapa Kakek Volcan sebenarnya. Yang Viona tau, Kakek Volcan adalah orang kaya yang baik hati dan memiliki satu orang cucu bernama Alex.
Sampai saat ini, Viona belum tahu siapa sebenarnya laki-laki yang ia nikahi itu. Yang Viona tahu, Alex cucu Kakek Volcan dan seorang perkerja kantoran, karena yang ia lihat, setiap hari Alex selalu pergi pulang dengan pakaian rapi.
Viona tersadar dari lamunannya saat ada suara guntur yang lumayan keras.
"Sepertinya bakal turun hujan" batin Viona, gadis itu mengangkat kepalanya dan melihat awan yang mulai menghitam.
"Kakek, Vio pamit ya. Nanti ada waktu Vio kesini lagi."
Viona meninggalkan makam Kakek Volcan, gadis itu berjalan cepat karena tak ingin kehujanan. Untunglah ada seorang tukang ojek yang melewati daerah sana. Viona langsung menumpang kang ojek tersebut untuk pergi kesebuah tempat.
...****************...
"Assalamualaikum," ucap Viona, ketika masuk ke sebuah rumah.
"Waalaikumsalam," sahut suara dari dalam. "Nak, kamu datang?" tanya nenek tua dengan ekspresi bahagia.
"Iyah, Nek. Vio kangen bangat sama Nenek, maaf ya baru datang sekarang" Viona memeluk erat Nenek Uti, keduanya melepas rindu yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu.
"Nenek juga kangen," Nenek Uti mengecup sayang kening cucunya.
"Gimana kabar, Nenek?"
"Nenek baik, Nak. Semua berkat kerja keras kamu, maaf karena Nenek sudah menyusahkanmu"
"Apa yang Nenek katakan? Nenek tidak pernah meyusakan Vio, Vio sayang sama Nenek. Apa yang Vio lakukan belum seberapa dengan pengorbanan Nenek untuk Vio." Viona kembali mengingat masa-masa sulit saat Nenek Uti membanting tulang demi menyekolahkannya hingga tamat SMA.
"Pengorbanan apa? Kamu cucu Nenek sudah seharusnya nenek bertanggung jawab."
Mendengar ucapa sang nenek, Viona menangis sesunggukan dalam pelukan sang nenek. Hatinya yang masih sakit karena perlakuan orang-orang kaya itu, ditamba ucapan nenek yang bikin terharu, rasanya Viona tak ingin berhenti menangis. Tapi Viona sadar, ia tak boleh cengeng. Kerena, hanya dirinyalah tumpuan nenek saat ini.
"Makasi ya, Nek. Vio sayang banget sama Nenek" ucap Viona dengan nada bergetar. kedua wanita berbeda generasi itu berpelukan penuh haru.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Matahari telah mencondong ke arah barat, perlahan mulai menurun dan hendak mengistirahakan diri.
Dua orang pria dewasa masih sibuk dengan tumpukan berkas dihadapan mereka. Pekerjaan akhir bulan ini sungguh menumpuk sehingga Alex terpaksa harus lembur.
Sebenarnya Alex bisa saja pulang karena ia adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan itu, tetapi Alex tidak ingin egois dan membiarkan David lembur sendirian. Lagi pula, tak ada hal special yang mengharuskan dirinya cepat pulang ke rumah.
"Vid! Rumah yang aku suruh cari sudah ada belum?" tanya Alex disela kesibukan mereka.
"Sudah, Bos. saya juga sudah meminta orang untuk membersihkannya, jadi langsung bisa ditempati." sahut David.
"Kerja bagus, sekalian besok antarkan dia kesana."
"Kamu tidak ikut? Bukankah dia masih sah istrimu?"
"Kerjakan saja, jangan banyak bertanya,"
"Heemmm,"
Keduanya kembali fokus pada kerjaan masing-masing. Sudah menjadi tradisi, pasangan bos dan anak buah itu berbicara santai saat mereka sedang berduaan. Bagi Alex yang penting semua kerjaan beres, berbicara formal cukup pada saat meething atau pun sedang bertemu dengan rekan bisnis.
banyak kerananya