Kisah ini menceritakan tentang perantauan ku ke Kalimantan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang ternyata perempuan itu menganut ilmu hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amak Tanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Setelah mengambil makanan Nina pun segera menuju ke meja dimana Bagas yang sedang duduk sambil menikmati makanannya, Nina pun ikut duduk dan juga menyantap makanan yang ia ambil tadi. Setelah beberapa saat Nina dan Bagas pun selesai makan, Bagas membuka obrolan.
"Nin sebenarnya saya ngajak kamu makan bersama mau ngomong sesuatu hal" ucap Bagas sambil menyeruput es teh.
"Ngomong apa pak?" Tanya Nina penasaran
"Ada dua hal yang ingin saya omongin ke kamu, yang pertama kamu jangan panggil saya pak lagi, panggil saja saya mas Bagas atau pun Bagas aja" Bagas mulai menyampaikan niatnya
"Waduhh pak nggak sopan dong saya kalau begitu" Nina merasa tidak enak
"Nggak sopan kalau saya tidak meminta, ini kan saya sendiri yang minta Nin, pokoknya saya tidak mau ada penolakan, TITIK" ucap Bagas
"Baik lah pak, eeh mas Bagas"tampak Nina masih ragu-ragu memanggil Bagas dengan sebutan mas, "mas Bagas bilang tadi ada dua, trus yang keduanya apa mas" Nina lanjutkan dengan pertanyaan, ia tampak antusias
"Yang kedua saya mau bilang... Eee gimana saya bilangnya ya" Bagas tampak ragu-ragu.
"Apa mas jangan sungkan jika ada yang perlu saya bantu, selagi saya bisa saya akan bantu mas" Nina semakin penasaran dengan apa yang akan Bagas sampaikan
"Sebenarnya saya suka sama kamu Nin" Bagas mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu
"Hah.. gimana mas?" Nina agak kaget dengan apa yang Bagas ucapkan
"Saya suka sama kamu Nin" kali ini Bagas mengucapkannya dengan jelas dan lancar
"Kok bisa mas dan sejak kapan?" Tanya Nina lagi
"Sejak pertama kali kamu masuk ke ruangan saya Nin, saya sudah mulai jatuh cinta, kamu mau tidak jadi kekasih saya" kali ini Bagas langsung ke inti dari obrolan yang ingin ia obrolkan dengan Nina.
"Waduhhh gimana ya mas, saya pikir-pikir dulu deh, kasi saya waktu sampai Senin besok buat jawab gimana?" Nina tampak menimbang apakah akan menerima Bagas sebagai kekasihnya atau tidak.
"Nggak bisa sekarang aja Nin" tanya Bagas yang sudah tak sabar lagi
"Besok aja ya mas saya pikirkan dulu ya" Nina kekeh belum ingin menjawab saat itu juga, padahal didalam hati nya sangat bergembira karena ia selama ini juga selalu memperhatikan Bagas dia juga jatuh cinta pada Bagas semenjak pertama bertemu, akan tetapi ia tidak ingin terkesan mudah untuk jatuh cinta.
"Yasudah deh kalau begitu saya tunggu sampai besok ya Nin" Bagas tampak kecewa tapi mau bagaimana lagi itu sudah menjadi keputusan Nina, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu sampai hari esok.
"Yasudah mas kita kembali ke pabrik lagi, saya mau melanjutkan pekerjaan, gelas-gelas belum saya cuci takutnya para karyawan mau ngopi nanti tidak ada gelas saya bisa di pecat"
"Iya Nin ayok saya juga mau melanjutkan pekerjaan saya" Bagas beranjak dari tempat duduk lalu menuju kasir dan membayar makanan nya dan Nina.
Setelah membayar makanannya mereka pun segera meninggalkan kantin menuju ke pabrik lagi. Bagas menuju ke ruangannya sedangkan Nina pergi ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. "Apa Nina tidak menyukai ku ya" batin Bagas, Bagas tampak melamun ia begitu galau memikirkan apa jawaban yang akan ia terima nantinya. Ditengah lamunannya tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara ketukan.
Tok.....tok....tok "permisi mas Bagas" suara Nina terdengar dari balik pintu
"Itukan suara Nina apa iya dia akan memberikan jawaban sekarang" Bagas bertanya dalam hati
"Silakan masuk" jawab Bagas, Nina pun membuka pintu dan masuk kedalam sambil membawa segelas kopi
"Ini mas kopinya, sama mas Bagas di panggil pak Samidi ke ruangan beliau" ucap Nina menyampaikan pesan dari pak Samidi untuk Bagas
"Baiklah kopinya letakkan aja di atas meja, kamu boleh kembali bekerja" Bagas yang masih agak canggung tampak grogi karena memikirkan bahwa dirinya akan ditolak oleh Nina.
"Baik mas, permisi" Nina pun keluar dari ruangan Bagas.
Setelah kepergian Nina Bagas pun mengemas barang diatas meja nya dan segera pergi menemui pak Samidi di ruangannya. Tok....tok....tok... Bagas mengetuk pintu ruangan pak Samidi.
"Permisi pak ini saya Bagas"
"Iya pak Bagas silahkan masuk pintu tidak saya kunci"
"Bapak memanggil saya ke sini ada apa ya pak" tanya Bagas kepada pak Samidi
"Duduk dulu pak Bagas" tanpa menjawab pak Samidi menyuruh Bagas untuk duduk "pak Bagas sama pak Samsul semalam ada tidak di ganggu sama kuntilanak?" Tanya pak Samidi pada Bagas
"Iya pak saya sama Samsul di gangguin beberapa kali, emang kantor ini seseram itu ya pak?" Tanya Bagas
"Sebenarnya kantor ini tidak seram pak Bagas, cuma semenjak kejadian setahun lalu baru deh karyawan yang lembur suka diganggu sama kuntilanak itu" pak Samidi mulai bercerita
"Kejadian apa pak " tanya Bagas antusias
"Jadi satu tahun lalu ada kejadian seorang karyawan perempuan bundir di pabrik ini pak Bagas, dia loncat dari lantai dua"
"Kok bisa ada karyawan bundir pak" tanya Bagas lagi
"Jadi karyawan itu habis melahirkan trus pas melahirkan anaknya di mangsa oleh kuyang seperti kejadian kemarin pak Bagas, jadinya karyawan itu frustasi dan memilih mengakhiri hidupnya di sini" terang pak Samidi lagi
"Dan semenjak kejadian itu lah karyawan yang lembur suka di gangguin Kuntilanak, termasuk saya pak, biasanya saya cuma mendengar cekikikan saja tapi yang semalam lah yang paling parah sampai di tampakin depan muka saya pak Bagas, makanya saya pingsan" jelas pak Samidi panjang lebar
"Seram juga ya pak, saya dan Samsul semalam hanya mendengar suara kuntilanak nya tertawa saja pak, dan ada suara benda jatuh, makanya kami berlari sampai menemukan bapak pingsan di lantai bawah" Bagas pun menceritakan pengalamannya dan Samsul semalam
"Nah maka dari itu saya memanggil pak Bagas kesini, mana tau pak Bagas ada kenalan orang pintar di kampung halaman bapak, biar kita datangkan ke sini untuk membersihkan pabrik ini pak, saya sudah tidak mau digangguin kalau lagi lembur" pak Samidi mengutarakan alasan ia memanggil Bagas ke ruangannya.
"Aduh pak kalau masalah orang pintar seperti itu tidak ada pak, saya tidak tau menahu soal yang begituan pak" Bagas mengatakan apa adanya, karena ia selama ini belum pernah sekalipun bertemu orang pintar seperti dukun dan sebagainya.
"Beneran tidak ada pak? Teman bapak mungkin ada yang punya kenalan orang pintar?" Pak Samidi kekeh menanyakan Bagas
"Tidak ada pak, emangnya di sini tidak ada pak orang pintar nya?" Bagas balik bertanya kepada pak Samidi.
"Ada pak, sudah beberapa kali kami melakukan pembersihan akan tetapi tidak membuahkan hasil pak, makanya saya mau nyari orang di luar Kalimantan aja pak, mana tau bisa menghilangkan teror dari kuntilanak itu" tampak ekspresi wajah pak Samidi kecewa.
"Yasudah pak nanti saya coba tanyakan kepada teman-teman saya siapa tahu ada yang punya kenalan orang pintar" Bagas mencoba menghibur pak Samidi
"Beneran lho ya pak Bagas" tampak wajah pak Samidi lebih cerah dari tadi
"Iya pak, tapi saya tidak janji ya" ucap Bagas lagi.
BERSAMBUNG.....
***
di tungguin