Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Sorenya Reni berniat bermain tetapi harus menjaga Naysa di rumah.
"Bu, Reni mau main ya?"
"Kemana Ren?, di rumah saja kak jaga Naysa, ibu mau petik coklat sama ayah di kebun nak". Sambil membereskan meja dapur ibu Wati berujar.
"Ya padahal aku sudah janjian sama teman² bu kalau hari ini akan main".
"Emang mau main dimana sih?"
"Sama teman²lah bu, seru²an gitu!"
Ibu Wati diam saja tanpa menjawab lagi perkataan anaknya.
"Pergi main deh", gumam Reni pelan.
"Kak Reni mau main kemana? Aku ikut dong?" tanya Nayla lalu menghampiri Reni.
"Belum tau sih, yang penting pergi dulu".
"Aku ikut ya kak," tanyanya lagi untuk memastikan boleh atau tidak ikut bermain.
"Iya ayok tapi jangan rewel ya!" tegasnya.
"Iya iya, ayok".
***
"Kalian mau kemana?" tanya Reni kepada teman²nya bernama Agus, Tati, Doni, dan lainnya. Mereka bertemu diperjalanan hendak pergi main.
"Mau mandi di sungai, bagus sungainya dalam", jawab Doni.
"Ayok ikut kak?" ajaknya lagi.
"Iya deh, ayok Nay". Mereka berjalan beriringan menuju sungai yang tidak jauh dari rumah, lebih tepatnya di belakang rumahnya bibi Siti.
"Buka baju yok biar seru", ucap Doni.
"Iya lah tidak enak berenang pake baju", jawab Agus. Jadi laki²nya berenang sambil buka baju disungai.
Karena keasyikan mandi disungai tidak mengenal waktu bahkan cuaca mulai mendung, mungkin saja akan turun hujan deras.
"Seru ya kalau mendung tidak panas", ujar Doni karena dia yang paling mudah dan masih kelas 2 MI hanya dia memiliki ukuran badan yang besar seperti anak kelas 4 MI.
"Reniiiii kenapa main disungai mendung begini, dari tadi ibu cariin ternyata enak²an mandi disungai mana cuaca mendung lagi, ngajak Nayla juga. Ayo pulang, cepat naik keburu air makin keruh itu, di desa sebelah sudah hujan jangan sampai banjir disini", omel ibu Wati seraya khawatir anaknya mandi disungai dengan cuaca buruk.
"Iya bu," perlahan menepi dengan hati² bersama Nayla.
"Kamu ini bagaimana sih, suruh jaga Naysa malah main mandi disungai lagi". Masih lanjut ngomel sampai di rumah. "Sabar Reni", gumamnya dalam hati.
"Sana mandi di sumur, baru jaga Naysa".
"Iya bu".
***
"Hai Naysa, gemes banget sih, mau diayun ya? Ayok, kalau ngantuk tidur ya kk ayun?"
"humm gemesnya, eh senyum dia". Ocehnya sendiri seraya mengayun Naysa supaya tidur. Sedangkan Nayla masih mandi.
"Kakak bacakan surat² pendek ya supaya cepat tidur. Bismillah ar Rahman ar Rahim. (Surah al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq, al-Kafirun, al-Fiil dan surah pendek lainnya).
"Akhirnya tidur juga dia", gumamnya pelan, sambil berbaring disamping ayunan Naysa akhirnya Reni juga tertidur.
***
"Ren bangun,, ayok temani ibu ke kebun petik sayur kacang panjang, sudah waktunya panen ini,".
"Kayaknya tadi hujan sudah reda kah bu?"
"Sudah, ayok temani ibu dulu".
"Baik bu". Bangkit dari tidur nyenyaknya menyusul ibunya menuju motor butut.
***
Tiba di kebun mereka disibukkan dengan memetik sayur kacang panjang, pergi ke kebun sekitar pukul 15.00 wita.
"Kacang panjangnya dipetik semua bu?"
"Iya Ren karena mau dijual", sambil petik kacang panjang mereka mengobrol.
"Mau langsung diikat kah bu?"
"Iya lah, disana sudah sebelah timur?"
"Sudah bu, ini tinggal mau diikat".
"Sana carikan tali dari pohon pisang kering saja".
"Iya bu", pergi cari pohon pisang yang agak kering pohonnya untuk dijadikan tali pengikat sayur.
"Bu tidak petik lombok?"
"Adakah yang merah?"
"Ada yang disana bu, dekat pohon pisang".
"Petik mi Ren, bisa dipake bikin sambal atau sayur di rumah".
"Iya bu, jadi ibu sendiri yang ikat sayurnya?"
"Iya tidak apa²".
"Ok", melangkah meninggalkan ibu yang sibuk ikat sayur kacang panjang menuju pohon lombok yang siap dipetik buahnya.
"Wah banyak nih buahnya, kapan² bisa dipetik untuk dijual, sayangnya sekarang sudah sore", gumamnya sambil tangannya sibuk memetik lombok.
"Sudah Ren, ayo pulang kak sudah sore".
"Sudah bu, lumayan dapat banyak lomboknya".
"Ya sudah ayok pulang".
Diperjalanan becek, saat asyik bercerita Reni harus turun karena susah motor menyeberang.
"Bu, aku turun saja", motor berjalan pelan.
"Tidak usah Ren", Ibu Wati sudah melarang Reni tapi Reni tetap turun dan itu tidak disadari oleh Ibu Wati.
"Ibuuuu Ibuuuu tungguuuuu", teriak Reni memanggil ibu Wati.
"Kok aku ditinggali sih," gumam Reni pelan sambil tetap berjalan melalui jalanan yang becek karena sudah hujan.
"Berat juga ini sayur kacangnya, mana licin lagi jalanan padahal jalan kaki", gerutunya karena ditinggal oleh ibunya. Tetap melanjutkan jalan kaki menuju rumah, toh ibunya dipanggil juga tidak dengar.
*
"Ren, siapa ya tadi panggil² ibunya, kasihan sekali dia", tanya ibu Wati seolah tidak bersalah padahal yang ditinggal adalah anaknya.
"Ren, kok kamu diam saja?" gumamnya pelan tetap melajukan motornya menuju rumah.
"Loh ibu kok pulang sendiri?" tanya Nay saat ibunya memarkirkan motor depan rumah.
"Iya ya, ya Allah berarti tadi yang panggil ibu itu kakakmu Nay, astaghfirullah", baru sadar dan langsung ketawa ngakak dengan kekonyolannya.
"Hahaha ya Allah, tadi itu Reni yang panggil², kok ibu gak sadar ya tadi", seraya menghapus air matanya diujung karena ketawa.
"Hahaha ibu lucu, kakak ditinggal jalan kaki, yah kakak jalan kaki ibu tidak sadar, sudah sampai rumah baru ngeh!" lapornya masih sambil ketawa.
Ayah hanya menanggapi dengan gelengan kepala. "Kok bisa anaknya sampai ditinggal". Lantas ibu menceritakan kronologinya hingga membuat mereka tertawa bersama.
"Itu Kak Reni sudah sampai, ya Allah kak, kamu ditinggal ibu kak, hehehe kasihan", heran tapi seakan ngeledek lucu bercampur².
"Maafkan ibu Ren, ibu gak ngeh kalau itu kamu".
"Iya bu tidak apa²," masih sambil ketawa Reni ingat hal tadi.
"Sudah sana mandi sudah sore, biar sayurnya dijual besok saja dipasar atau dijual keliling".
"Iya bu".
***
Malam harinya selesai makan malam mereka berkumpul di depan televisi.
"Selesai shalat mengaji dulu," ucap ayah mengingatkan.
"Sudah batal yah," jawab Reni.
"Kalau batal hafalan surah pendek saja kak".
"Iya ayah," langsung dilakukan makanya anak² ayah Ahsan dan Ibu Reni pintar mengaji meski bukan juga Hafizah.
"Yah, boleh kah kalau saya mengaji ditempat lain?"
"Memang mau ngaji dimana?"
"Di rumah teman yah", ayah diam saja tanpa menanggapi lagi karena menurut ayah mengaji di masjid itu sudah bagus.
"Kenapa kalian tadi tidak ke masjid?" tanya ibu Wati penasaran.
"Aku capek bu tadi habis jalan kaki," jawab Reni sedikit kesal.
"Oh ya sudah, kamu Nay kenapa tidak ke masjid?"
"Tidak ada temannya bu", jawab Nay santai.
"Tadi ada anak² dari timur pergi ke masjid kenapa tidak sama² mereka saja?"
"Gak bu, kak Ren tidak pergi".
***
...****************...
Bersambung ☆☆☆