Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima cucu
Hiks...hiks...hiks..
Maher menajamkan pendengarannya saat mendengar suara isak tangis seorang wanita. Pandanganya mengedar dengan tatapan tajam memacari arah sumber suara.
Semakin melangkah Maher semakin mendengar jelas tangisan yang semakin dekat.
"Hey, siapa di sana!" Teriak Maher saat melihat pugung seorang wanita yang bergetar.
Maher semakin mendekat untuk memastikan siapa yang menangis di tempat sunyi dan gelap seperti ini.
Hiks..hiks..hiks..
Suara tangisan yang terdengar pilu dan menyayat hati, Maher menelan ludah dengan perasaan berdebar saat langkah kakinya semakin dekat.
"Kenapa kamu menangis di sini." Ucap Maher yang berdiri dibelakang seorang wanita yang menangis, Maher bisa merasakan tangis kesedihan wanita yang belum dia lihat siapa.
Dengan rasa penasaran Maher semakin dekat untuk melihat wanita yang menangis, Maher berdiri di depan seorang wanita yang sedang menundukkan kepalanya.
"Kamu siapa? kenapa kamu menangis ditempat seperti ini." Tanyanya lagi dengan rasa penasaran.
Maher ingin mengulurkan tangannya, tapi wanita yang tadinya menunduk kini mengangkat kepalanya membuat Maher bisa melihat wajah wanita itu.
Deg
"Ara!!"
Pekik Maher dengan napas memburu dan keringat membasahi wajahnya, Maher langsung duduk dengan tatapan bingung.
"Maher kamu kenapa?" Disya yang sejak tadi menunggu Maher ikut terkejut saat Maher bangun dan berteriak.
"Ara, kenapa wajahmu pucat. Kenapa kamu terlihat menyedihkan. Ara kamu dimana!! dimana!!"
Maher terus merancau dan histeris, pria itu terus memanggil nama Arabella dengan wajah bersimbah air mata.
Maher melihat wanita yang menangis adalah Arabella, wajahnya yang pucat dan menyedihkan, belum lagi Arabella seperti menangku seorang bayi yang sama keadaanya dengan Arabella.
"Ara! kamu dimana!! kembalilah kau mencintaimu!!"
Maher ingin turun dari atas ranjang, namun karena keadaanya belum pulih benar membuat Maher malah terjatuh di lantai dengan Isak tangis dan merancau memanggil Arabella.
"Ara, maafkan aku. Aku minta maaf." Maher menangis tergugu, pria itu seperti kehilangan arah.
Disya memeluk putranya yang terus merancau dan menangis, untuk pertama kali setelah dewasa Maher menangis menyedihkan.
"Sabar sayang, Ara pasti akan ditemukan." Hiburan sambil memeluk Maher yang histeris.
Disya hanya bisa menangis sedih melihat keadaan putranya yang terpuruk seperti ini.
Setelah Maher sedikit tenang, Disya di bantu perawat membaringkan tubuh Maher di atas ranjang, wajah Disya masih basah jejak air mata.
"Kamu harus cepat pulih sayang, kamu harus cari Arabella dan minta maaf." Ucap Disya sambil mengusap kepala Maher.
Pria itu hanya diam dengan tatapan kosong, tapi kedua matanya berkaca-kaca.
Melihat itu Disya tak kuasa, hatinya terasa disayat melihat putranya seperti ini.
Disya berdiri dan menuju lemari, diambilnya sesuatu dari sana dan menunjukan pada Maher.
"Lihat, bukanya dia sangat cantik dan manis." Ucap Disya sambil memperlihatkan sebuah Vidio yang tersimpan di ponsel Maher.
Disya sengaja memperlihatkan Vidio itu agar Maher memiliki semangat untuk sembuh.
"Mama menyukainya, mama senang jika kamu bisa menikah dengannya." Ucap Disya dengan suara serak.
Sebagai seorang ibu dirinya akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putranya, andai saja jika Maher bicara lebih awal tentang hubungan keduanya, mungkin tidak akan terjadi seperti ini. Tapi apa mau dikata, ibarat nasi sudah menjadi bubur dan Maher melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Melihat cuplikan video Arabella yang sedang memasak di apartemen dan Maher sengaja megambil Vidio nya, Maher tampak menatap sendu dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya.
Rasanya begitu sesak di dada, bayangan kenangan bersama Arabella terus berputar di kepalanya membuatnya semakin merasakan sakit di hati.
"Ara." Gumam Maher dengan Isak tangis penyesalan.
Di rumah sakit, tepatnya di depan sebuah kaca yang memperlihatkan seorang bayi mungil berada di dalam tabung inkubator. Suara Isak tangis juga memenuhi ruangan khusus bayi.
"Cucu kita pak." Bu Hani menangis dalam pelukan suaminya. Rasanya senang melihat cucu pertamanya terlahir ke dunia. Tapi disisi lain beliau merasakan kesedihan yang mendalam dengan apa yang menimpa putri dan cucunya.
"Iya Bu, cucu kita." Pak Hisyam sama terharunya, pria yang sempat mendiamkan putrinya itu kini merasa menyesal setelah melihat keadaan bayi dan ibunya yang sekarang ini.
"Maafkan Ara pak, maafkan Ara dan terima mereka untuk kita sayangi."
Pak Hisyam hanya bisa mengangguk dengan air mata yang tidak bisa beliau tahan, rasanya sakit sekali melihat kehidupan putrinya yang berbalut kesedihan.
"Iya Bu, bapak akan menerima mereka dengan suka cita."
Keduanya berpelukan dengan rasa haru bercampur rasa sedih, berdoa untuk kesembuhan putri dan cucunya yang sedang berjuang.
Sungguh tidak ada orang tua yang bisa melihat anaknya menderita, meskipun sempat kecewa tapi rasa sayang kecewa mereka akan kalah dengan rasa sayang yang mereka miliki.
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘