Mia Pranata, seorang gadis yang sangat mencintai seorang pria bernama Azka Abraham Williams.
"Aku tulus mencintainya, hingga aku terus bertahan. Namun, kamu telah melempar kotoran ke wajahku, maka di titik itu aku menyerah," Mia Pranata.
Mia adalah gadis ceria yang selalu ada di sisi Azka setiap hari, hingga membuat Azka menjadi jengah dengan apa yang Mia lakukan. Makian dari Azka pada akhirnya membuat Mia pun menjauh.
Azka kini merasa kehilangan perhatian Mia, sehingga membuat dirinyalah yang mendekati Mia. Apakah Mia akan menerimanya kembali setelah semua yang terjadi? ataukah Mia akan menjauh dari Azka selama-lamanya?
Disini juga akan dilanjutkan cerita David Asher dan Alvin Frederick yang berawal dari novel "Amelie Sang Penjaga Jodoh"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIA BERPALING?
Amelie dan Abigail merayakan kelulusan mereka hari ini. Dengan toga yang melekat di tubuh mereka, mereka berfoto bersama. Amelie berfoto bersama Axelle, Vanessa, dan juga Azka. Sedangkan Abigail hanya berfoto bersama Ronald dan Rosa.
"Apa Mia tidak pulang?" tanya Amelie.
"Tidak, ia mengatakan bahwa ia sedang sibuk," gerutu Abigail. Padahal ia sangat mengharapkan kedatangan Mia di acara wisudanya.
Sibuk, sibuk ... sibuk apa? dia kan mahasiswa baru. Dia hanya sibuk mengurus kekasihnya saja di sana. - batin Azka dengan kesal.
Azka yang mendapatkan informasi tentang keseharian Mia, semakin kesal ketika mendapatkan info bahwa Mia kini dekat dengan putra keluarga Argantara.
"Kak, aku pulang lebih dulu ya. Ada yang perlu kukerjakan," Azka pamit pada kedua orang tuanya, kemudian pergi dari sana.
*****
Azka yang kesal, kini berada di rumah Marcello. Ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, memejamkan matanya dan meletakkan sebelah tangannya untuk menutupi kedua matanya.
"Ada apa denganmu, Az. Apa kamu masih merindukannya?"
"Aku tidak merindukan Mia, tidak, tidak sama sekali," ucap Azka.
"Aku tidak pernah mengatakan kamu merindukan Mia, Az. Tapi kamu sendiri yang mengatakannya."
"Arggghhh!!!" teriak Azka sambil memukul tempat tidur Marcel.
"Az, turunkan egomu. Jika kamu memang menyukainya, kejarlah dia. Apa kamu akan terus menunggu hingga ia menyukai pria lain?" tanya Marcel.
"Sepertinya ia sudah menyukai yang lain. Ia bisa tertawa bersamanya, tersenyum saat menatapnya, bahkan mereka terlihat begitu dekat."
"Apa kamu mengawasinya?" tanya Marcel dan spontan Azka mengangguk.
"Sepertinya kamu sudah mulai bucin tingkat dewa."
"Aku tidak bucin, Cel. Aku hanya tidak suka melihatnya bersama yang lain. Apa semudah itu dia berpaling?"
"Kamu sudah menolaknya, Az. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya saat kamu memakinya di hadapan teman teman. Aku yang mendengarnya saja merasa kamu keterlaluan. Bagaimana Mia yang merasakannya?" ucap Marcel.
Azka terdiam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Marcel, tapi ... apakah cinta yang besar akan langsung hilang secepat itu? Apa itu berarti Mia tidak benar benar menyukainya?
"Aku pernah bertanya padanya, mengapa dia mendekatimu," Azka kini melihat ke arah Marcel.
"Ia menjawab bahwa ia merasa nyaman berada di dekatmu. Ia bilang kamu mirip dengan kakeknya, berwajah dingin, tapi memiliki hati yang lembut. Padahal aku sendiri tidak tahu di mana sisi lelembut mu," goda Marcel.
"Apa? kamu bilang aku lelembut?"
"Iya, kamu itu tidak disukai oleh Mia sekarang dan membawa ancaman bagi dirinya, membuatnya sakit dan mematikan hatinya," ungkap Marcel sambil mencebikkan bibirnya.
"Kamu menyebalkan, Cel!" ucap Azka.
"Tapi bagi Mia, kamu lebih menyebalkan."
"Kenapa sekarang kamu jadi membelanya? Seharusnya kamu berpihak padaku."
"Karena aku menyukainya," Marcel tiba tiba berbicara pelan.
"Maksudmu?" Azka menatap ke arah Marcel, berharap apa yang ia dengar adalah kesalahan.
"Sejak pertama aku melihatnya, aku menyukainya. Aku akan mengatakan secara jujur padamu. Tapi, kulihat di matanya hanya ada dirimu, karena itu aku mundur perlahan. Aku hanya berharap ia akan bahagia dengan pilihannya, tapi ternyata kamu menyakitinya."
"Kenapa kamu tidak pernah mengatakan kamu menyukainya?" tanya Azka.
"Apa gunanya? Apa kamu akan menjodohkanku dengannya? kurasa tidak. Kamu sejak dulu sebenarnya menaruh perhatian padanya, hanya saja kamu tidak pernah menyadarinya. Lalu aku? aku tak ingin membuat Mia merasa risih dengan keberadaanku. Tidak masalah dia menganggapku teman, asal aku masih bisa berada di dekatnya. Mencintai tidak harus memiliki kan?" Marcel berdiri dan menatap ke luar jendela.
Azka diam. Apa ia kini harus bersaing dengan banyak pria untuk mendapatkan Mia?
Apa yang kupikirkan? Apa aku menyukainya? Aku ... - Azka.
Pikiran Azka serasa beku. Ia tidak dapat berpikir.
"Kalau kamu tidak ingin mengejarnya, maka biarkan dia bahagia bersama yang lain," ucap Marcel.
"Aku ....," Azka tidak tahu bagaimana perasaannya sendiri. Ia tidak rela dengan apa yang disarankan oleh Marcel. Melihat Mia bersama pria lain, berdekatan, tidak! Ia memberikan senyumannya untuk pria lain, tidak ... itu semua seharusnya untuknya.
*****
"Kak," Billy yang sudah mulai bekerja di perusahaan Argantara memanfaatkan waktu senggangnya untuk menemui Mia di apartemennya.
"Kamu sudah makan?" tanya Billy. Mia pun menggelengkan kepalanya.
"Kita makan di luar yuk. Sudah lama rasanya aku tidak keluar," Billy tersenyum.
"Sebentar aku ganti pakaian dan ambil tas dulu. Kak Billy duduk dulu," Mia masuk ke dalam kamarnya, sementara Billy duduk di sofa panjang berwarna beige.
Billy memperhatikan ke sekeliling. Ia menyukai apartemen Mia, rapi dan bersih. Mia kuliah di kedokteran, sudah seharusnya memang selalu menjaga kebersihan dan kerapihan. Ia ingin selalu berlama-lama berada di sana.
"Ayo, Kak!" Mia keluar dari kamar dengan pakaian santainya. Ia hanya mengenakan celana jeans dengan T-shirt sebagai atasan. Sebuah tas selempang pun terpasang melintang di tubuhnya.
Mereka keluar dari apartemen dan pergi ke sebuah cafe yang tak jauh dari apartemen Mia. Apartemen Mia lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus, oleh karena itu banyak tempat makan yang buka hingga malam untuk mencukupi kebutuhan para mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus.
Mereka memesan makanan dan menyantapnya dengan lahap, "Kak, apa kakak tahu tempat untuk latihan bela diri di sekitar sini?"
Byurrr ...
Mia mengusap wajahnya ketika tak sengaja Billy yang sedang minum, mengeluarkan air dari mulutnya mengarah kepadanya.
"Eh eh, maafkan aku, Mi," Billy langsung mengambil tissue dan membantu Mia mengeringkan wajahnya.
"Tidak apa, Kak. Apa Kakak baik baik saja?" Mia balik bertanya karena dia khawatir Billy tersedak.
"Aku tidak apa apa. Aku hanya kaget dengan pertanyaanmu."
"Pertanyaannku? Apa ada yang salah?" tanya Mia.
"Kamu mau belajar bela diri?" tanya Billy.
"Ya, apa ada yang salah?" Mia kembali menyantap makanannya setelah membersihkan semuanya.
"Tidak. Aku hanya kaget saja. Gadis semanis kamu ingin berlatih bela diri."
"Bela diri itu kan tidak dibatasi untuk usia berapa, atau hanya untuk laki laki, atau mereka pilih gadis cantik atau manis. Aku hanya ingin membekali diriku sendiri. Aku tinggal sendiri di sini, tidak ada salahnya aku melindungi diriku sendiri."
"Tapi kamu punya aku, Mi. Kamu bisa mengandalkanku untuk melindungimu."
Mia melihat ke arah Billy dan tersenyum, "Terima kasih, Kak. Kalau kakak bisa melindungiku, apa kakak bisa bela diri?"
Billy melihat ke arah Mia sambil mengernyitkan alisnya, "tidak."
"Lalu bagaimana kakak akan melindungiku?" tanya Mia.
"Ya kalau ada orang jahat, aku bisa me .... mengajakmu lari," Mia langsung tertawa dengan keras mendengar jawaban Billy. Mia sangat senang berada di dekat Billy karena ia bisa tertawa dengan bebas dan lepas.
Namun, hatinya kosong ... hampa. Ia rindu .... rindu pada pria dingin yang selalu acuh padanya. Ia rindu menggoda pria itu hingga ia marah. Tapi ... hatinya sakit ketika mengingat pertemuan terakhir mereka. Kalau saja ciuman itu bukan untuk menghinanya, mungkin hati Mia akan bahagia ...
Mengapa aku tak bisa melupakanmu? kamu menyebalkan Azka Abraham! - Mia.
Aahh tapi menurut ku percuma juga tuh cewek pergi jauh-jauh kalo hujung2 nya pasti akan bersatu lagi,Dengan sedikit kata2 maaf dan penyesalan Azka,Pasti tuh cewek bakalan cepet luluh,Udah bisa ketebak Alurnya..