Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 - Keangkuhan Tari
Tari segera tengkurap ke ranjang. Ia membiarkan Abas memijat punggungnya.
"Jangan duduk di badanku!" larang Tari.
"Iya," sahut Abas sembari terus memberikan pijatan.
"Apa yang sudah kau lakukan? Pijatanmu sekarang terasa enak sekali," ungkap Tari.
"Apa kau mau dipijat kakinya sekalian?" Mendengar Tari menikmati pijatannya, Abas semakin antusias.
"Boleh juga," tanggap Tari.
"Kalau begitu aku akan melepas rokmu," ujar Abas seraya melepas rok Tari. Kini tampilan Tari hanya tampak mengenakan celana segitiganya yang berwarna pink.
Abas mulai berpindah memijat kaki. Dia semakin terbakar gairah saat melihat keadaan istrinya begitu.
Alhasil Abas mencoba memancing gairah Tari. Dia sesekali sengaja menyentuh area intim Tari saat memijat area pangkal paha.
Tubuh Tari reflek berjengit. Pertanda kalau dia bereaksi akan sentuhan intim Abas.
Abas yang sejak awal modus, kini mulai berani memberikan sentuhan lebih lama ke area pribadi Tari.
"Eumh..." Tari mulai bergumam nikmat. Ia juga menggigit bibir bawahnya.
"Gimana? Enak ya?" tanya Abas sembari menyeringai puas.
"Enak banget, Bas... Teruskan saja," jawab Tari. Perlahan dia mulai mendesah.
Abas otomatis kesenangan. Dia bahkan sampai melepas bajunya. Abas lempar bajunya ke sembarang tempat. Setelah itu, dirinya mengungkung Tari dari belakang sambil terus memberikan permainan jarinya.
Abas terus memancing gairah istrinya. Ia kini memagut kuping Tari dengan pelan.
"Aah..." lenguh Tari. Dia mulai mengalami kebanjiran di bawah sana.
"Apa kau mau aku melanjutkan ke tahap lebih jauh?" desis Abas di telinga Tari.
"Ya... Eumh! Lakukan itu! Kumohon..." Tari tak bisa menolak karena sentuhan Abas telah sepenuhnya membuat dia keranjingan.
Abas sebenarnya cukup heran karena kali ini Tari bersedia menerimanya. Padahal sebelumnya istrinya itu selalu menolak. Bahkan ketika Abas mencoba memberikan ciuman.
Buru-buru Abas melepas semua celana yang tersisa di tubuh Tari dan juga dirinya. Selanjutnya, dia melakukan penyatuan pada sang istri.
Malam itu Abas bercinta lagi dengan Tari setelah beberapa tahun tidak melakukannya. Dan semua itu terjadi karena pijatan.
...***...
Pagi telah tiba. Abas perlahan membuka mata. Dia langsung mencari keberadaan istrinya. Akan tetapi Tari sudah tidak ada di ranjang lagi bersamanya.
"Mungkin dia di kamar mandi," duga Abas sembari beranjak dari ranjang. Dia tampak hanya mengenakan celana boxer.
Abas buka pintu kamar mandi. Namun dia tak bisa membukanya karena pintunya dikunci.
"Sayang? Apa kau di dalam?" tanya Abas.
Tak ada jawaban apapun dari dalam. Alhasil Abas memutuskan untuk menunggu. Ia mengenakan bajunya terlebih dahulu.
Tak lama kemudian, Tari keluar dari kamar mandi. Abas langsung menyambut dengan senyuman lebar.
Namun Tari terlihat cemberut. Dia bahkan tidak sekali pun menatap Abas.
"Apa kau menikmati yang terjadi tadi malam?" tanya Abas. Dia mengikuti Tari masuk ke dalam walk in closet.
"Apa kau mau melakukannya lagi?" lanjut Abas.
Tari mendengus kasar. Dia berbalik menghadap Abas. Menunjukkan raut wajahnya yang tampak kesal.
"Dengar! Kau pasti sengaja kan tadi malam melakukan itu agar bisa menyentuhku?!" timpal Tari.
"Apa maksudmu? Kenapa kau marah. Lagi pula tidak ada salahnya kita melakukan itu. Kita kan suami istri," sahut Abas.
"Aku tahu! Tapi aku tidak mau melakukannya lagi denganmu! Aku tidak mau lagi hamil. Kalau kejadian tadi malam membuatku hamil, maka aku pastikan akan menggugurkannya!" geram Tari.
Abas tentu kesal mendengar ucapan Tari itu. Apalagi akhir-akhir ini dia sudah banyak bersabar menghadapi sang istri.
"Tega sekali kau berucap begitu! Aku ini suamimu! Suamimu!" Abas menepuk dadanya dua kali. Bicara dengan penuh ketegasan.
ingat entar tambah parah Lo bas....,