Karena suatu kejadian yang tidak terduga, Carlina harus melahirkan anak kembar yang super jenius.
Carlina sendiri tidak tahu, siapa ayah dari anaknya tersebut. Namun kemunculan dua anak kembar tersebut membuat Arthur harus menyelidiki kejadian 8 tahun lalu itu.
Akankah semuanya terungkap? Apa sebenarnya hubungan mereka?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Hingga sore hari Diva dan Darmendra pun pamit, setelah merasa cukup bermain dengan cicitnya.
"Oma mau menginap disini?" tanya Carla.
"Boleh deh, tapi tidur sama Carla dan Carlos. Mau?"
Keduanya mengangguk serentak. Kemudian Carlos berlari kedepan saat mendengar bel pintu.
Carlos segera membukanya dan ternyata Nina yang datang. Ia sangat merindukan keponakan nya ini.
"Kesayangan Tante!" pekik Nina memeluk Carlos.
Carlos berusaha menghindar saat Nina hendak mencium pipi bocah itu. Segala upaya dilakukan, akhirnya dapat juga.
Wajah Carlos seketika cemberut, namun Nina tidak peduli dan terus melenggang masuk.
"Carlina!" pekiknya lalu memeluk Carlina yang menghampiri dirinya. Tanpa menyadari jika ada Lina dan Randy di sofa.
"Pelankan suaramu," bisik Carlina.
"Oops ... maaf Tante, Om," ucap Nina. Kemudian ia menyalami dan mencium tangan kedua orang tua itu.
"Gak apa-apa, santai saja," ujar Lina.
Setelahnya barulah ia memeluk Carla dan mencium pipinya bertubi-tubi. Ia benar-benar merindukan keponakan itu.
Carlos menghampiri sang papa dan duduk di pangkuannya. Arthur yang melihat perubahan wajah putranya pun menahan tawa.
"Kenapa?" tanya Lina.
Carlos tidak menjawab, ia masih jengkel dengan Nina yang suka sekali menciumnya. Padahal Carlos sudah berusaha menghindar.
"Pasti kamu cium, kan?" tanya Carlina.
"Habisnya gemesin sih," jawab Nina.
"Sudah tau dia tidak mau kamu cium, masih juga maksa," kata Carlina.
Nina hanya nyengir saja, ia gemas saat melihat Carla dan Carlos. Ia juga berharap bila menikah mempunyai anak seperti Carla dan Carlos.
"Yuk kita masak, sudah sore nih," ajak Carlina.
Nina dan Carlina pun ke dapur untuk memasak. Lina juga ikut menyusul mereka dan membiarkan suaminya dan putranya di ruang tamu.
Sedangkan Carla dan Carlos pamit ke kamar untuk mandi. Tidak lama setelah Carla dan Carlos masuk, Austin dan Avariella datang.
Sepertinya mereka sudah hafal sekarang, bila kedua orang tuanya tidak ada di rumah, pasti akan kesini. Itu sebabnya mereka menyusul.
Avariella langsung ke dapur bergabung dengan mereka. Avariella hanya duduk dikursi meja makan.
Ia melihat sudah ada mama dan kakak iparnya juga Nina, jadi Avariella hanya membantu memperhatikan saja.
"Kamu sudah punya pacar, Nak?" tanya Lina pada Nina.
"Hehe, gak laku Tante, muka jelek sepertiku tidak ada yang mau," jawab Nina. Sebenarnya ia canggung ditanya seperti itu.
Namun begitulah kenyataannya, dia tidak pernah pacaran sama sekali. Bukannya tidak laku sebenarnya.
Hanya dirinya terlalu pemilih. Ada beberapa pria yang ingin dekat dengannya sewaktu di kampus di negara A. Semua tidak digubris oleh Nina.
Bukan karena cowoknya jelek, hanya saja dia tidak ingin mencari suami bule seperti mamanya.
Alasannya hanya sederhana, ia sudah berwajah campuran, dan tidak ingin mencari yang bule.
"Bagaimana lagi biar di bilang cantik?" tanya Avariella menimpali. Nina tidak menjawab, ia hanya nyengir saja.
"Dia terlalu pemilih Ma, di negara A cowok ngantri yang ingin dekat dengannya, namun semua ia tolak mentah-mentah. Ada saja salahnya dari cowok itu, bahkan seujung kuku pun ia permasalahkan." Carlina menimpali.
"Kamu suka tipe cowok seperti apa?" tanya Lina.
"Sebenarnya sederhana saja Tante, mau menerima aku apa adanya, dan aku tidak suka cowok bule. itu sebabnya aku tolak," jawab Nina.
"Anak Tante juga gak kalah tampan tuh," ucap Lina.
"Uhhuk-uhhuk" Avariella yang sedang minum air pun terbatuk-batuk hingga air yang di mulutnya menyembur keluar.
"Maaf Tan, aku hanya akan memilih yang srek di hatiku. Gak ada drama jodoh-jodohin, apalagi di comblangin," jawab Nina sopan.
"Alamat jomblo abadi," kata Carlina.
"Kamu sudah punya pacar, Ava?" tanya Nina.
"Belum nemuin yang cocok," jawab Avariella.
"Kita sama jomblo berarti, gak apa-apa yang penting jomblo happy," kata Nina.
Arthur, Austin dan Randy pun ke dapur. Mereka melihat para perempuan sedang bercanda.
"Ehh yang di omongin sudah nongol tuh," ucap Carlina.
"Ngomongin apa sayang?" tanya Arthur.
"Gak apa-apa," jawab Carlina.
Mereka melanjutkan memasak. Hingga akhirnya selesai. Carlina pamit untuk mandi, Nina dan Avariella juga ingin mandi.
Tapi mereka ke kamar tamu, Carlina memberikan pakaian miliknya yang belum ia pakai.
Bentuk tubuh mereka hampir sama, tinggi badan pun hampir sama, hanya Nina yang lebih tinggi beberapa centimeter.
"Bagaimana menurutmu tentang sahabatnya Carlina?" tanya Lina pada Austin.
"Biasa aja, mengapa mama bertanya seperti itu?"
"Gak ada apa-apa, apa kamu tidak ingin punya pacar? kakakmu sudah menikah, kalian berdua kapan?"
"Jangan bahas itu Ma, lagipula aku juga tidak tertarik dengan sahabatnya kakak ipar," jawab Austin.
Lina pun tidak lagi membahas tentang itu, ia hanya sibuk menata makanan di meja makan. Kemudian ia pun pamit untuk mandi.
Arthur juga pamit ke kamar, hanya tinggal Austin dan Randy yang ada disitu. Randy menoleh ke putranya.
"Mama mu sepertinya menyukai gadis itu, menurut papa gak ada salahnya juga kamu sama dia," ucap Randy.
Austin tidak menjawab, ia segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke ruang tamu. Entahlah, jika membahas perempuan, ia selalu menghindar.
"Tidak mungkin 'kan, anakku penyuka terong?" gumam Randy. Kemudian ia menyusul istrinya ke kamar.
Makan malam pun tiba, kini mereka sudah berkumpul di meja makan. Nina merasa malu saat berkumpul dengan keluarga terpandang.
Meskipun ia juga kaya, tapi ia merasa asing. Walaupun mereka tidak menganggap Nina orang asing.
Setelah selesai makan, mereka berkumpul sebentar. Nina hendak pamit pulang, tapi di cegah oleh Carlina.
"Sudah malam, lebih baik menginap saja," ucap Carlina.
"Gak apa-apa, aku sudah terbiasa seperti ini," ujar Nina.
"Jangan ngeyel, turutin apa kata istriku?" Arthur menimpali.
"Menginap saja, besok pagi baru pulang," ucap Lina.
Nina tidak ada pilihan lain, semua orang sudah menyuruhnya menginap. Takutnya terjadi apa-apa jika membantah.
Sementara Austin sudah pulang setelah selesai makan, karena ia malas untuk menginap. Ia akan susah tidur jika menginap, kecuali di hotel.
Nina tidur bersama Avariella di ruang tamu, sementara Lina dan Randy tidur bersama cucunya.
Paginya ...
Nina sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Lina yang awal bangun pun mendapati Nina sudah sudah sibuk.
Lina berdiri memperhatikan Nina yang dengan telaten memasak. Lina tersenyum, ia sangat menyukai gadis itu.
Avariella memperhatikan mamanya, kemudian berjalan pelan mendekati mamanya.
"Cocok gak Ma kalau sama Austin?" tanya Avariella berbisik.
"Cocok, mama suka. Lihatlah, ia sepertinya sudah terbiasa. Sayang adikmu tidak melihatnya. Hanya memandang luarnya saja," jawab Lina berbisik pula.
Merasa di perhatikan, Nina pun menoleh. Sebenarnya sejak tadi ia merasa ada yang memperhatikan nya.
Hanya saja ia tidak menghiraukannya, namun lama-lama ia juga merasa terusik.
Yg aq nyaho mh kreker rasa keju 😁😁😁