NovelToon NovelToon
Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fafafe 3

"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"

Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Komitmen

Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui tirai kamar mereka, memancarkan cahaya lembut yang menerpa wajah Karin. Dia sudah terjaga, tapi matanya masih memandang lurus ke arah langit-langit, tenggelam dalam pikirannya. Di sebelahnya, Pandu masih terlelap, nafasnya pelan dan teratur. Mereka baru saja melewati malam yang sulit, dipenuhi perdebatan dan ketidakpastian. Tetapi akhirnya, mereka sepakat untuk memberikan hubungan ini satu kesempatan lagi.

Karin beringsut dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Pandu. Ia turun menuju dapur, menyiapkan kopi untuk menenangkan pikirannya. Tidak lama kemudian, Pandu muncul, masih setengah mengantuk, dengan rambut yang berantakan. Ia tersenyum kecil ketika melihat Karin.

"Pagi," sapanya, suaranya masih serak.

Karin menoleh sekilas, tidak bisa menahan senyum meski hatinya masih berat. "Pagi. Kamu mau kopi?"

Pandu mengangguk dan duduk di meja makan. Setelah Karin meletakkan secangkir kopi di depannya, mereka berdua duduk dalam keheningan yang agak canggung. Karin merasa waktunya sudah tiba untuk berbicara, dan meski hatinya masih sedikit ragu, ia memulai.

"Kita perlu bicara, Pandu. Bukan cuma tentang perasaan atau rencana kita... tapi tentang segalanya. Tidak ada lagi rahasia," katanya dengan nada serius.

Pandu mengangguk, menarik napas dalam-dalam. "Aku setuju. Aku tahu semalam kita sudah sepakat untuk melanjutkan ini, tapi aku ingin kita benar-benar jujur mulai sekarang. Apa pun yang kamu ingin tahu, aku akan jawab."

Karin memandangnya, mencoba menilai kesungguhan di matanya. Setelah jeda sejenak, dia memulai. "Aku butuh kamu menjelaskan tentang keluargamu. Kenapa kamu kabur? Apa sebenarnya yang mereka inginkan darimu?"

Pandu meneguk kopinya perlahan, mencoba menyusun kata-kata. "Aku anak tunggal, Karin. Keluargaku punya bisnis besar, dan aku selalu diharapkan untuk mengambil alih. Tapi sejak kecil, aku merasa hidupku sudah diatur, dari sekolah, karier, hingga siapa yang harus aku nikahi. Tidak ada ruang bagi aku untuk menjadi diri sendiri. Semakin dewasa, aku merasa terkekang. Itu sebabnya aku kabur. Aku ingin menemukan hidupku sendiri, tanpa ekspektasi yang berat dari mereka."

Karin menatapnya penuh perhatian. "Dan sekarang? Mereka sudah menemukanmu, kan? Apakah kamu akan kembali?"

Pandu menggeleng. "Aku belum siap. Ibuku sakit, itu benar. Tapi aku tidak bisa kembali ke sana begitu saja. Aku harus menyelesaikan ini dulu. Pernikahan kita... apa yang sudah kita mulai. Kalau aku kembali sekarang, semua akan berantakan."

Karin menghela napas. Dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi kenyataan bahwa suaminya adalah pewaris keluarga kaya. Tetapi dalam hatinya, ia tahu Pandu tidak bahagia dengan kehidupan itu. Karin sendiri juga tidak pernah membayangkan akan terlibat dalam drama seperti ini.

"Baiklah," katanya akhirnya. "Kalau kita akan melanjutkan ini, aku butuh kamu untuk lebih jujur. Kita tidak bisa hanya berpura-pura seperti tidak ada apa-apa. Kalau ada masalah, kita hadapi bersama."

Pandu tersenyum lelah tapi tulus. "Aku berjanji, Karin. Mulai sekarang, aku akan jujur. Tidak ada lagi rahasia. Tapi aku juga ingin tahu tentang kamu. Kamu selalu terlihat kuat, tapi aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan juga. Kalau kita akan menjalani ini dengan lebih serius, aku juga ingin tahu siapa kamu sebenarnya."

Karin terdiam sesaat, menyadari bahwa Pandu benar. Dia selalu menjaga jarak dan membangun tembok di sekitarnya, bahkan setelah mereka menikah. "Aku..." dia memulai, tapi kata-katanya terhenti. "Aku tidak terbiasa membuka diri seperti ini. Tapi, aku akan mencoba."

Mereka berbicara sepanjang pagi itu, membuka lapisan demi lapisan kehidupan yang selama ini mereka sembunyikan dari satu sama lain. Karin bercerita tentang bagaimana ia dibesarkan oleh kakeknya setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Bagaimana ia tumbuh dengan perasaan selalu sendirian, dan kenapa ia menjadi begitu terobsesi dengan keteraturan dan kontrol, karena itu adalah satu-satunya cara baginya untuk merasa aman di dunia yang begitu kacau.

Di tengah-tengah percakapan serius mereka, Pandu tiba-tiba melemparkan bantal sofa ke arah Karin. Dia menatap Pandu dengan bingung.

"Hei! Apa-apaan ini?" Karin melotot.

Pandu tertawa kecil, mengangkat tangannya dalam posisi menyerah. "Maaf, aku hanya merasa kita sudah terlalu serius. Rasanya berat banget, jadi aku pikir kita butuh sedikit lelucon."

Karin menggelengkan kepalanya, tapi senyum kecil mulai muncul di sudut bibirnya. "Kamu ini ya, selalu punya cara untuk merusak momen."

Pandu tersenyum lebar, lalu mendekat ke arah Karin, menatapnya dengan tatapan penuh arti. "Tapi kamu suka, kan? Maksudku, kalau aku terlalu serius, kamu malah bakal uring-uringan sepanjang hari."

Karin tidak bisa menahan tawa kali ini. "Ya, mungkin kamu benar. Tapi tolong, jangan lempar bantal lagi, oke?"

Setelah momen ringan itu, mereka melanjutkan pembicaraan dengan lebih santai. Akhirnya, mereka berdua sepakat untuk membuat beberapa aturan baru. Salah satunya adalah transparansi penuh tentang apa pun yang terjadi, terutama terkait keluarga Pandu dan situasi mereka. Mereka juga setuju untuk tetap melanjutkan pernikahan kontrak ini, setidaknya sampai mereka benar-benar bisa menemukan jalan keluar yang terbaik untuk keduanya.

Pandu beranjak dari tempat duduknya, menarik Karin dalam pelukan erat. "Terima kasih, Karin," bisiknya. "Terima kasih karena masih mau bertahan denganku."

Karin membalas pelukan itu, merasa lega meski situasinya belum sepenuhnya jelas. "Kita sudah mulai ini bersama. Kita harus selesaikan bersama."

Saat mereka melepas pelukan, tiba-tiba Pandu menatapnya dengan senyum nakal di wajahnya. "Jadi... karena kita sudah sepakat, apa kamu tidak mau mencoba rileks sedikit? Mungkin biarkan aku merusak sedikit keteraturan di rumah ini, biar kita bisa tertawa lebih sering."

Karin memandangnya dengan tatapan tak percaya. "Kamu serius? Sudah ku bilang, aku alergi dengan barang berantakan!"

Pandu tertawa lagi, kali ini lebih keras. "Ya, ya, aku tahu. Tapi kadang, hidup ini butuh sedikit kekacauan biar lebih berwarna, kan?"

Karin hanya bisa menghela napas sambil tersenyum. "Kalau kamu mulai berantakan lagi, aku tidak akan segan-segan menyeretmu keluar dari sini."

Pandu mengangkat kedua tangannya sambil berjalan mundur menuju pintu kamar mereka. "Oke, oke. Tapi janji ya, kamu tidak akan menyeretku sebelum aku sempat membuat satu kekacauan besar lagi!"

Karin tertawa kecil, menggelengkan kepala. "Awas saja kalau kamu berani!"

Dengan semua aturan baru yang telah disepakati, mereka mulai menata ulang strategi mereka. Pandu merasa lebih ringan sekarang setelah jujur tentang identitasnya, sementara Karin berusaha membuka hatinya untuk percaya lagi. Meski banyak tantangan di depan, mereka siap menghadapi semuanya bersama-sama, dengan cinta dan sedikit kekonyolan yang selalu menemani hari-hari mereka.

1
Gus Surani26
seru nih
Gus Surani26
wahhh, kira2 gmn ya cara mereka melakukan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!