Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Arlinda yang tanpa dia sadari sudah masuk ke dunia lain, yang Dimana Arlinda sendiri harus menjalankan bermacam tugas yang diberikan oleh seorang nenek. yang sudah berumur ratusan tahun. namun nenek tersebut tetaplah memiliki wajah yang begitu cantik. maka dari itu untuk bisa pergi ke dunia asalnya, Arlinda akan mengikuti arahan dari nenek tersebut. namun hal yang terjadi, didunia tersebut yang membuat. Arlinda terus saja menunda tugasnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iroiron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 16
Keesokan hari nya, Arlin yang merasakan sedikit mengantuk pun, segera pergi mandi. kali ini, Arlin menggunakan kamar mandi yang ada dikamar nya, dengan menggunakan sihir dari tongkat kecil, yang diberikan oleh Erina. Arlin pun memutuskan untuk menggunakan sedikit sihir. Awal nya Arlin tidak bisa menggunakan sihir dari tongkat tersebut, hingga Arlin sempat menghubungi Erina untuk, membuat kan nya kamar mandi. Agar tidak keluar dari kamar nya. Setelah mandi, Arlin yang masih mengenakan handuk, pun tampak baru saja keluar dari kamar mandi dan, tanpa Arlin sadari dikamar nya, sudah ditempati oleh Eric dan Rex yang, bermaksud untuk menjenguk. Akan tetapi ketika Arlin mencoba membuka tirai, yang ada dikamar,
"huh..kenapa tidak ada yang membukakan tirai dikamarku"? Pikir Arlin, "sreeet"tirai kamar dibuka, dan tampak perlahan cahaya masuk menyinari kamar Arlin. Lalu saat Arlin, hendak menuju ruang ganti. seketika Arlin terdiam ketika melihat, di kursi yang sudah diisi oleh kedua orang pria tampan. Yang tengah duduk, seketika mereka bertiga saling berpandangan, hingga Eric yang wajah dingin menjadi, tampak seperti terpesona. Begitu juga dengan Rex, yang hendak menyapa Arlin, menjadi diam dan menatap kearah Arlin, dengan Ekspresi merah muda diwajah mereka begitu juga dengan Eksepsi yang menahan rasa malu, di wajah Arlin
"ehh" ucap Arlin.
"APA YANG DILAKUKAN KALIAN DISINI" ucap Arlin yang, berteriak kencang, lalu berlari menuju ruangan ganti. Akan tetapi saat berlari keseimbangan ditubuh Arlin, tampak sedikit goyah, yang membuat nya terjatuh dilantai, dengan handuk yang sedikit terbuka. Dan membentuk bulat tubuh indah Arlin. Sementara itu Eric dan Rex yang, terdiam melihat kelakuan Arlin pun. Dan tampak terkejut ketika melihat, bentuk bulat dari tubuh Arlin. Hal itu seketika membuat Arlin menjadi sangat malu. dengan cepat Eric, menutup mata Rex, dan berbalik badan. Sementara Arlin yang, menahan malu dengan cepat, masuk ke ruang ganti dan segera menggunakan pakaian nya.
tak lama kemudian Arlin, yang telah selesai pun. Perlahan-lahan keluar, dan menunduk kepala nya. Lalu mendekati ke arah mereka. Disana Arlin menundukkan badannya. Lalu berkata
"Maafkan, aku yang... ceroboh" ucap Arlin yang masih gugup dihadapan, mereka.
"aa...aa.. Ti..dak. Kami tidak melihat" jawab Rex. Yang semakin membuat, Arlin merasa malu.
"maafkan aku" ucap Arlin.
"tidak..lupakan, berhentilah menundukkan kepala mu dihadapan kami" jawab Eric dingin.
mendengar perkataan Eric, Arlin pun perlahan mengangkat kepala nya, lalu melihat kearah Eric. Yang dimana Eric duduk dengan menyilangkan kaki nya, dan juga melebarkan tangan nya dipinggir kursi, sambi memegang secangkir teh. Lalu memalingkan wajah nya, menghadap jendela. Sementara Arlin yang melihat nya pun, tampak sedikit kagum, akan ketampanan yang dimiliki Eric, akan tetapi dengan cepat Arlin menundukkan kepalanya.
"apa yang sedang aku pikirkan" pikir Arlin. Yang menggeleng kan kepala nya. Sementara Rex, yang melihat tingkah aneh Arlin, pun memutuskan untuk mendekati nya.
Lalu memegang bahu Arlin. Hal itu seketika membuat Eric menatap tajam kearah mereka.
"Arlin.. Kamu kenapa"? Tanya Rex pelan. Yang membuat Arlin sedikit terkejut.
"haa.." maafkan aku," ucap Arlin.
"sudahlah Arlin, kami ke sini hanya untuk memastikan keadaan mu" jawab Rex, yang Tampa sengaja menyentuh pipi Arlin, lalu meletakkan rambut nya di belakang telinga. Sementara itu, Eric yang melihat nya pun, tampak sangat kesal. wajah nya menjadi sangat dingin. Lalu menjatuhkan cangkir yang dipegang oleh nya "tinkle...crack" suara cangkir terjatuh dilantai lalu pecah, membuat Rex dan Arlin sedikit terkejut lalu dengan cepat, melihat kearah suara tersebut. Dengan wajah yang panik Rex segera, mendekat kearah Eric.
"pangeran Eric, apa yang terjadi. Bagiamana dengan dirimu apakah tidak terluka"? Tanya Rex yang, melihat sekeliling tubuh Eric.
"prak" tebasan tangan Eric. Yang membuat Rex terdiam begitu juga dengan Arlin. Kemudian Eric berdiri lalu, berjalan menghampiri Arlin.
"bereskan sekarang" ucap Eric yang, segera melangkah kearah luar. Arlin dan Rex, saling bertatapan. dan tampak begitu bingung dengan Eric. dengan cepat Arlin, pun segera mengambil beberapa pecahan yang, terjatuh.
"berhenti Arlin, biarkan saja pelayan yang membersihkan nya" ucap Rex, yang melihat Arlin mengambil beberapa pecahan cangkir tersebut.
"tidak, masalah biarkan saja aku yang membersihkan nya, karena ini permintaan dari pangeran Eric" jawab Arlin. Yang tampak sedikit tergesa-gesa, saat mengambil pecah tersebut.
"aa" suara Arlin yang, terkejut ketika merasakan bahwa tangan nya, sedikit terluka oleh pecahan cangkir tersebut. Dengan cepat Rex memegang tangan Arlin, dan tampak lah sedikit darah yang, keluar dari tangan Arlin. dengan cepat Rex, menarik tangan Arlin, lalu mengeluarkan sapu tangan, untuk membersikan darah tersebut. Arlin yang melihat sikap Rex, pun menjadi tersenyum kearah nya. Lalu berkata
"terimakasih, pangeran Rexsy" ucap Arlin pelan.
hal itu seketika, membuat Eric yang mendengar kan nya dan, berada dibalik pintu. Pun, merasakan sedikit panas didada nya, dan merasakan hati nya, seperti sedang disayat oleh, beda tajam. Kemudian eksepsi Eric menjadi, dingin kembali. Lalu kemudian meninggalkan tempat tersebut.
"aaa...baiklah, sekarang kau harus mengobati nya" ucap Rex.
"baiklah, sekali lagi aku ucapkan terimakasih, atas bantuannya pangeran Rexsy" jawab Arlin yang menundukkan kepalanya.
"sudahlah Arlin, kau tidak perlu memangil ku dengan sebutan pangeran, cukup panggil saja aku Rex" pinta Rex. Yang menatap kearah Arlin
"aa...maaf, baiklah Rex" jawab Arlin.
setelah pecahan tersebut dibereskan oleh pelayan, dan juga tangan Arlin, disembuhkan menggunakan sihir Rex, mereka berdua pun, segera pergi, dan menuju kereta kuda yang siap membawa mereka ke sekolah. Disana tampaklah, Eric yang telah duduk dikursi nya. Kemudian Rex, lalu Arlin. Dan tak lama kemudian terdengar lah suara seseorang.
"hallo, pagi semua nya" suara yang tidak lain adalah putri Briel. Dan ketika duduk, Briel pun tampak sedikit terkejut dengan suasana yang ada didalam kereta.
"apa.. Suasana apa ini" tanya Briel. Yang menatap kearah Arlin.
"maaf, putri Briel. sedikit ada masalah tadi" jawab Arlin yang menundukkan kepalanya, dengan perasaan malu.
"apa.. memang nya apa yang terjadi Arlin"? Tanya putri Briel. Yang membuat sedikit berisik,
"Diam lah jika, kau ingin terus berada didalam ini" ucap Eric, yang sedikit menaiki volume suara nya. Hal itu membuat mereka semua, terdiam.
"aa..maaf, baiklah" jawab Briel yang, sedikit pelan. Kemudian kereta yang sudah sampai di sekolah. Membuat para murid dari akademi tersebut, berbaris lalu menundukkan sedikit badan mereka. Kepada para pangeran dan putri kerajaan. Akan tetapi mereka terus saja, bertanya-tanya. Siapakah Arlin tersebut, yang berada di istana!!. Kali ini, Eric berjalan lebih cepat dari biasanya. yang membuat Rex, sedikit kewalahan.
"ayolah, Eric ada apa denganmu" tanya Rex, yang sedikit mempercepat jalan nya, untk mendekat kearah Eric.
"Eric, huh..apa yang telah aku lakukan" ucap Rex, yang tampak sedikit menyesal. Sedangkan Arlin yang, berjalan di belakang mereka, dan sedikit ketinggalan pun. Membuat Erwin segera menghampiri nya.
"Arlin, bagiamana dengan mu di hari ini, apakah baik-baik saja" tanya Erwin.
"aa.. Erwin, maaf untuk sekarang aku belum, bisa menceritakan kepada mu, tapi akan ku pastikan nanti" jawab Arlin.
"aa..baiklah, kau bisa memanggil ku, jika kau butuh. aku akan segera kembali" ucap Erwin yang meninggal Arlin, sendirian
"baiklah, sampai nanti" kata Arlin.
"sampai nanti" jawab Erwin yang melambaikan tangan nya, kearah Arlin.