Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ego dan Gengsi
Sementara itu di mansion, Hanita masih setia duduk diatas kursi tempatnya yang berada pada ruang makan.
Wanita itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke atas meja makan, bisa dilihat keberadaan dua piring makanan berupa steak daging yang merupakan makanan favorit Satya
Hanita sendiri yang memasak semua itu, tapi dia memerintahkan para pelayan dan Kepala koki untuk tidak mengatakannya pada Satya.
Sudah berjam-jam Hanita duduk menunggu Satya tapi suaminya itu tak kunjung pulang. Bahkan steak daging itupun sudah dingin sejak tadi lagi
Helaan nafas lelah lolos dari bibir ranum Hanita, wanita itu seketika merutuki kebodohannya. Apa yang dia harapkan? Berharap untuk merayakan hari ulang tahun Satya dengan melakukan makan malam romantis? Hanita bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia mengucapkan ucapan selamat ulang tahun pada sang suami.
"Cih, bodoh kamu" gumamnya
Hanita berdiri, dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Toh Satya memang tidak akan pulang apalagi menyantap steak buatan Hanita.
"Buang saja makanan itu. Pastikan besok pagi aku tidak lagi melihatnya" ujar Hanita memberi perintah, ia juga segera berlalu meninggalkan ruang makan ini
Tepat setelah Hanita berlalu, para pelayan langsung berbisik.
"Aku mau kasihan tapi tidak bisa"
"Kau benar, Nyonya Hanita sendiri yang membuat dirinya terlihat menyedihkan"
"Gengsinya jauh lebih besar dari cintanya"
"Padahal, dia bisa saja berusaha meluluhkan Tuan Satya jika mengatakan yang sebenarnya"
Para pelayan itu memutuskan untuk mengakhiri sesi gibah mereka sebelum Hanita tiba-tiba keluar dari dalam kamarnya.
Suasana hati Hanita sedang sangat buruk, wanita itu bahkan berdandan dan menggunakan dress hitam motif bunga-bunga hanya demi untuk menyambut kepulangan Satya, tapi justru rasa kecewa yang dia dapatkan
Hanita mengeluarkan ponsel dari dalam saku dressnya, menekan tombol hijau. "Sudah kau ikuti suamiku?"
"..."
"Penthouse? Sejak kapan suamiku membeli hunian seperi itu?"
"..."
Hanita memutuskan panggilannya, wanita itu menatap lekat foto yang baru saja dia terima dari orang suruhannya.
Itu jelas mobil milik Satya yang baru saja keluar dari dalam sebuah penthouse.
Hanita mulai merasa terganggu, jujur saja sejak percakapan dengan Dokter Sean siang tadi. Hanita memutuskan membayar orang untuk membuntuti Satya
Jika itu dulu, maka Hanita tidak akan pernah meragukan kesetiaan sang suami. Tapi sekarang? Wanita mana yang tidak akan mencurigai suaminya ada main dengan wanita lain diluaran sana jika keadaannya seperti ini?
Satya lelaki normal, suaminya itu pasti berhasrat. Hanita dan Satya sudah tidak pernah melakukan aktivitas panas diatas ranjang sejak Hanita melahirkan si kembar. Tentu saja Satya merasa haus tapi tidak pernah meminta haknya pada Hanita
Hanita yang besar gengsi tentu saja tidak akan menawarkan tubuhnya lebih dulu pada sang suami.
"Kumohon jangan mengecewakanku,Sat. Aku tahu kamu bisa menjaga pernikahan kita dan kesetiaanmu" ujar Hanita
Satya tiba dimansion beberapa saat kemudian, wajah lelaki itu terlihat kusut saat ia melangkah masuk ke dalam.
Perhatian Satya teralih kearah para pelayan yang tengah merapikan meja makan. Satya langsung mendekati mereka
"Siapa yang habis makin malam disini?"
"Tidak ada,Tuan. Hanya Nyonya Hanita, tapi beliau tidak menyantap makan malamnya" sahut pelayan dengan sopan
Satya mengangguk, melirik steak daging yang hendak dimasukkan ke dalam tempat sampah. "Kenapa dibuang?" Tanyanya
Para pelayan itu sontak saling melirik, mereka tidak yakin jika harus berkata jujur.
''Sebenarnya, Nyoya Hanita yang memasak semua ini. Tapi karena tidak jadi dimakan maka beliau memerintahkan kami untuk membuangnya" ungkap salah satu pelayan
Berdesir hati Satya kala mendengarkan penuturan pelayan wanita di depannya ini. Steak daging itu jelas disajikan untuk 2 orang, bahkan Satya menemukan wine kesukaannya ikut tersaji diatas meja makan
Satya tidak ingin merasa terlalu percaya diri, tapi dia yakin kalau masakan itu disajikan Hanita untuknya.
"Jangan buang, aku akan memakannya" tegas Satya
Lelaki itu duduk ke atas kursi, tanpa banyak basa-basi lagi. Satya segera menyantap steak buatan Hanita
Hati Satya kembali berdesir kala ia merasakan cita rasa steak buatan sang istri yang rasanya tidak berubah. Masih seenak dulu, sesuai dengan seleranya
Satya menghentikan gerak giginya untuk mengunyah, sengaja menahan makanan itu lebih lama didalam mulutnya. Tanpa sadar, Satya meneteskan air mata
"Aku sudah lama tidak merasakan masakan istriku. Kenapa rasanya masih saja selezat ini?" Lirihnya
Bahkan rasanya ribuan kali lebih lezat dibanding dengan steak yang dibuatkan oleh Shanum tadi.
Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit bagi Satya untuk menghabiskan hidangan buatan sang istri.
Lelaki itu membersihkan bibirnya menggunakan lap, lalu tatapan tajamnya terkunci pada seluruh pelayan yang masih menungguinya
"Jangan katakan apapun pada istriku. Bilang saja kalian sudah membuangnya." Tegas Satya yang lansgung diangguki oleh para pelayan
Setelah mengatakan itu, Satya langsung melenggang pergi. Masuk ke dalam kamar pribadinya dengan sang istri.
"Suami istri sama saja ternyata." Gerutu para pelayan
Getaran di hati Satya makin terasa karena melihat sang istri yang sudah lebih dulu terlelap diatas ranjang besar mereka.
Satya mendekat, tatapan elang lelaki itu sepenuhnya tertuju pada Hanita. Ingin rasanya membelai pucuk kepala sang istri, sama seperti yang biasa dia lakukan dulu.
Namun kala teringat kembali dengan seluruh perselisihan, pertengkaran dan semua yang menjadi masalah dalam rumah tangga mereka. Satya langsung mengurungkan niatnya, lelaki tampan itu mengusap kasar dagunya.
Tidak ingin terbuai, Satya pun memutuskan untuk berlalu. Masuk ke dalam kamar mandi, dia butuh menyegarkan dirinya agar pikirannya juga tenang.
Hanita langsung membuka lebar kedua matanya begitu Satya menutup pintu kamar mandi.
"Aku merindukan sentuhanmu, Sat..." lirih Hanita
Hanita mengeluarkan tangannya dari dalam selimut. Menatap senduh cincin pernikahannya lalu mengusapnya dengan lembut
Di dalam kamar mandi, Satya pun sama. Lelaki itu membiarkan tubuhnya terguyur oleh air dari shower masih dalam keadaan berpakaian. Satya terdiam, satu tangannya ia sandarkan pada dinding
Tak dia sangka kalau perasaannya akan sekalut ini hanya karena sepiring steak yang disiapkan Hanita untuknya. Rasa bersalah karena membuat sang istri menunggunya disaat dia sendiri sedang asik menghabiskan waktu bersama wanita lain.
Satya sungguh terganggu pada perasaan bersalah ini. Satya tidak menyalahkan Shanum atau siapapun.
"Nita, maafkan aku. Tapi tolong jangan menyalahkan Shanum..."
.
Tbc
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅