Belva Arlettra Frison seorang wanita muda yang sukses,karir cemerlang bergelimang harta, itu lah yang semua orang tau tanpa tau dia adalah orang yang kejam, tidak suka basa basi,tingkat kepercayaan yang tinggi,keras kepala, kesabaran setipis tisu. Namun harus meninggal dengan cara sangat mengerikan. Mati karena di pegal karena tidak memberikan informasi yang Belva sendiri yang tau.
Tapi...
Tiba-tiba saat membuka mata dia di tempat asing dengan segala keanehan dirinya, apalagi dirinya kaget mengetahui bahwa dia menempati tubuh seorang wanita yang sudah menikah,yang lebih kaget lagi siapa suaminya coba?..dia,dia seorang mafia,bukan takut bellva yang menempati wanita yang hampir sama dengan namanya itu merasa tertantang untuk membuka fakta-fakta yang ternyata di sembunyikan oleh pemilik tubuh yang ia tempati.
" kenapa makin ke sini, semakin banyak hal hal yang mengejutkan?." Belva.
" setelah apa yang terjadi kau ingin berlari?.." dingin Kenzo. " kau milikku " posesifnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Kecil Di Meja Makan
Mata belva merah dengan kepala yang pusing,dia mencoba bangkit dari ranjangnya namun belum satu langsung di langsung ambruk di samping ranjang.
"Sumpah ini tubuh lemah."
Belva ingin menangis karena sesuatu hal yang dia sendiri tidak tau,tapi ada perasaan aneh di dadanya,"aku pasti kelelahan karena begadang."
Menarik nafasnya panjang dan membuangnya perlahan,dia mencoba untuk bangkit,ayolah kenapa di lemah sekali bahkan di kehidupan sebelumnya belva tak akan pernah merasakan sakit Kalau hanya seperti ini.
"Tuan anda tidak bekerja?."
Dari sekian banyaknya manusia di mansion itu hanya bik Ina lah yang berani pada Kenzo,bukan sombong namun bik Ina lah yang merawat Kenzo saat masih merah dan sampai sekarang. Hal itu juga lah Kenzo cukup menghargai bik Ina sebagai ibunya.
"Tidak bik hari ini Kenzo sengaja mengosongkannya." Datar-datar kayak gini dia tetap menjawab.
"Ada acara tuan?."tanyanya dan di anggukan pelan oleh Kenzo.
"Kemana dia buk?.."
"Ha?."bik ini yang tak paham.
"Belva."Kenzo tak berekspresi sama sekali saat berbicara.
"Apakah anda ingin makan bersama,kalau seperti itu saya panggil__"
"Tidak perlu bik"
Ucapan bik Ina berhenti saat melihat kedatangan belva dengan santai,jangan lupa sesekali dia menguap dengan tangan yang menutupinya.
Belva berani bersumpah kalau bukan karena laper dia mungkin masih melingkar di selimut hangatnya.
"Nyonya__"
Srettt!
Tanpa banyak bicara belva langsung duduk dan melahap makanan yang mengunggah seleranya apalagi perutnya seperti tak bisa dia ajak kompromi saat ini.
Belva makan tanpa melihat sekitar yang memperhatikan dirinya,belva menyadari itu namun apa pedulinya selain perutnya itu. Tatapan sinis dan jijik pelayan aja dia merasakannya namun tak menghentikannya menghabiskan makanan di atas meja.
"Pemulung dari mana sampai makan seperti setan"
Uhukkk! uhuk!
"Anjir!.."umpat belva. Sumpah demi apapun dua kali makan di meja makan ini dua kali juga dia keselek.
"Minum nyonya." Panik bik ina melihat wajah merah belva.
Glek
Glek
Glek
Ah,belva merasa tenggorokannya mulai tak perih lagi. Mata belva bersi tatap dengan orang yang mengatakannya pemulung,jiwa cantiknya sungguh tak terima.
"Heh tuan anda melihat saya seperti pemulung?..coba buka mata anda besar-besar agar bisa melihat mana pemulung mana bidadari." Sentak Belva sinis dengan di akhir kata dengan penuh percaya diri.
Kenzo tak menjawab hanya menatap Belva tak berekspresi namun matanya tak lepas dari wanita yang tampak semakin cantik walaupun tampak terlihat kurang tidur.
"Oh ya anda katanya makan seperti setan kayak anda pernah melihat setan saja." Ketusnya dan ingin pergi namun terhenti saat mendengar ucapan Kenzo membuat ingin menimpuk kepala pria itu dengan sendal imutnya.
"Saya melihatnya,setan itu lagi marah sekarang."
"Kau menyindir aku setan?." Mata belva seakan ada laser namun tak mampu membuat Kenzo goyah,dia bahkan terlihat santai memakan makanannya.
Berbeda dengan Kenzo yang santai,para pelayan malah gemetaran melihat aksi berani belva, benar-benar mencari mati.
"Kamu tersindir?.."melirik sedikit dan terkesan tak peduli padahal dia diam-diam menarik bibirnya.
"kau memang..."
Brak!
"Tuan sa__"
Hening.
Tak ada yang berbicara di ruang makan untuk beberapa detik sampai di mana sebuah sendal melayang.
Puk!
"Kau wanita gatel!..beraninya"
Belva menaikkan alisnya ke atas,memandang pria yang tiba-tiba masuk dengan tidak sopan. " Pria jalanan dari mana ini?.."
"Apa kau bilang!.."
Plak!
"Aduh buk,sakit tau!.."pria itu meringis kesakitan karena dengan keras mendapatkan pukulan pada tangannya.
"andre yang sopan dengan nyonya." Bik Ina marah pada anaknya itu, sungguh membuatnya malu pada majikannya.
"Anak bik Ina?..,"melihat betapa akrabnya mereka dan panggilan pria yang bernama Andre itu. Belva bisa menyimpulkan mereka ibu dan anak.
"Iya nyonya dia anak saya,maaf atas ketidak sopan nya." Bik ina memijak kaki andre untuk ikut meminta maaf,bik Ina tidak mau sampai nyonya ini mengamuk karena tidak sopan dan berujung ke rumah sakit.
Tapi satu hal yang bik Ina sadari semenjak belva hilang ingatan tak pernah ada keributan lagi,ya walaupun terdengar beberapa anak buah Kenzo dan pelayan yang berakhir ke rumah sakit,tapi kalau di teliti lagi memang pantas mereka untuk mendapatkannya karena ketidak sopan nya mereka pada majikan.
Serttt
Bunyi kursi mengalihkan perhatian mereka. Mata mereka langsung tertuju pada Kenzo yang dari tadi diam dan memperhatikan.
" Diam di rumah, saya tidak mengizinkan kamu keluar Tampa izin saya."
Hanya mengatakan itu lalu pergi begitu saja dengan Andre yang merupakan asisten Kenzo mengikuti dari belakang, kadang-kadang Andre akan melihat kebelakang dan memberikan tatapan menjengkelkan.
Sumpah demi apapun baru kali ini belva jumpa asisten konyol kayak Andre.
"Maaf nyonya dia kadang suka bercanda." Bik Ina benar-benar malu melihat tingkah anaknya itu.