Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis di balik jendela
Beberapa hari berlalu sejak pertemuan pertamanya dengan Aile di hari hujan. Nuka masih teringat bagaimana Aile duduk sendirian di dekat jendela, menatap hujan tanpa berkata banyak. Hujan memang memiliki daya tarik tersendiri bagi gadis itu, dan Nuka merasa ada sesuatu yang menarik tentang cara Aile terhubung dengan cuaca yang tampaknya sederhana itu.
Hari itu, hujan turun lagi. Nuka terbangun dengan semangat yang sama seperti sebelumnya, dengan harapan bisa melihat Aile di tempat yang sama. Dia benar-benar penasaran dengan gadis itu dan ingin tahu lebih banyak. Saat dia keluar dari rumah dan merasakan tetesan hujan pertama di wajahnya, dia merasa ada sesuatu yang magis dalam suasana ini. Nuka memutuskan untuk membawa payungnya lagi, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk Aile jika dia ingin berbicara lagi.
Sekolah terasa lebih sepi hari ini, mungkin karena hujan membuat banyak siswa malas keluar dari ruang kelas mereka. Nuka menuju kelasnya sambil memeriksa sekeliling, berharap bisa melihat Aile di jendela seperti sebelumnya. Dia akhirnya sampai di kelas dan menemukan tempat duduknya. Sesekali, dia melirik ke arah jendela, mencoba memastikan apakah Aile sudah berada di tempatnya.
Pelajaran pertama berjalan seperti biasa. Nuka sulit berkonsentrasi, pikirannya terus melayang ke Aile dan bagaimana dia bisa membuat perbincangan mereka lebih mendalam. Temannya, Raka, duduk di sebelahnya, memandang Nuka dengan penasaran.
"Lo ngapain sih, Nuka? Kayaknya nggak fokus banget," tanya Raka sambil melirik ke arah Nuka.
Nuka tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Gue cuma kepikiran Aile aja."
Raka mengangkat alis, tertarik. "Aile? Kenapa? Lo baru kenal dia, kan?"
"Iya, baru kenal. Tapi ada sesuatu yang bikin gue penasaran," jawab Nuka sambil melirik ke arah jendela lagi.
"Ah, jadi lo lagi kepikiran dia terus, ya? Jatuh cinta atau gimana?" tanya Raka dengan nada iseng.
Nuka tertawa kecil. "Nggak jatuh cinta, sih. Cuma, dia kayaknya punya cerita menarik, gue pengen tau lebih banyak."
Saat istirahat tiba, Nuka langsung menuju ke tempat duduk Aile, berharap dapat menemukannya di sana. Dia menemukan Aile sudah berada di tempat duduknya, duduk sendirian seperti biasanya, tatapannya tetap terpaku pada luar jendela, memperhatikan rintik hujan.
Nuka merasa senang melihat bahwa gadis itu tetap di tempat yang sama. Dengan senyuman lebar, dia mendekati Aile.
“Hey, Aile,” sapa Nuka ceria, mencoba memecah keheningan. “Hujan lagi, ya? Aku bawa payung, jadi kalau kamu mau, aku bisa temenin kamu di luar.”
Aile menoleh ke arahnya, dan kali ini, Nuka bisa melihat sedikit perubahan dalam ekspresi wajahnya. Dia tidak langsung menjawab, hanya mengamati Nuka dengan tatapan netral.
“Kamu tahu, hujan itu memang enak. Aku juga pernah nulis puisi tentang hujan. Aku rasa hujan itu punya cara sendiri untuk bikin kita mikir tentang banyak hal,” ujar Nuka, mencoba membuat Aile berbicara lebih banyak.
Aile mengangkat alis sedikit, mungkin terkejut dengan pernyataan Nuka. “Puisi tentang hujan? Kenapa?”
Nuka tertawa kecil. “Iya, kadang aku suka nulis puisi atau cerita pendek. Hujan kadang bikin kita merasa lebih dalam dan mikirin hal-hal yang biasanya nggak kita pikirin.”
Aile menoleh sedikit, kali ini menunjukkan sedikit ketertarikan. “Mungkin.”
Nuka melanjutkan, “Kalau kamu mau, kita bisa duduk di luar di bawah payung ini. Aku bisa bawain payungnya dan kita bisa ngobrol lebih banyak. Lagian, hujan ini kayaknya belum mau berhenti.”
Aile terlihat ragu sejenak, lalu mengangguk pelan. “Oke.”
Dengan senang hati, Nuka berdiri dan memegang payung, sementara Aile mengikuti di belakangnya. Mereka keluar dari kelas, berjalan di bawah hujan yang turun deras. Meskipun air hujan membasahi jalan di bawah mereka, mereka tetap kering di bawah payung yang dibawa Nuka.
Nuka merasa sangat senang. Ini adalah kesempatan untuk mengenal Aile lebih baik di luar lingkungan kelas. Mereka menemukan tempat duduk di bawah pohon besar yang cukup lebar untuk menampung mereka berdua dan payung.
Saat mereka duduk di bawah payung, Nuka merasakan perubahan dalam suasana. Hujan yang deras tidak lagi terasa mengganggu, melainkan seperti musik latar yang membuat percakapan mereka lebih intim.
“Jadi,” mulai Nuka, “apa yang biasanya kamu pikirkan saat hujan turun? Ada hal-hal khusus yang sering kamu renungkan?”
Aile menatap ke arah hujan, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk dijelaskan. “Kadang-kadang, masa lalu.”
Nuka merasa ini adalah kemajuan. Dia bisa merasakan bahwa Aile mulai membuka diri sedikit demi sedikit. “Jadi, hujan bikin kamu ingat masa lalu?”
Aile mengangguk lagi. “Ya.”
Nuka mendengarkan dengan seksama, merasa bahwa ini adalah bagian penting dari diri Aile yang belum pernah dia ungkapkan sebelumnya. “Aku sendiri kadang suka merenung tentang masa depan, tapi aku coba untuk fokus pada hal-hal positif.”
Aile menatap Nuka dengan tatapan lembut. “Tapi kadang sulit.”
“Benar, itu pasti sulit,” kata Nuka. “Tapi kalau kamu mau, berbagi cerita bisa membantu. Aku di sini kalau kamu butuh teman.”
Aile menatapnya, matanya tampak penuh rasa terima kasih. “Terima kasih.”
Nuka tersenyum. “Aku senang bisa ada di sini. Hujan ini sepertinya membawa kita lebih dekat, ya?”
Aile memberikan senyuman kecil, yang kali ini terlihat lebih tulus. Mereka berdua menikmati keheningan sejenak, hanya mendengarkan suara hujan yang menetes di sekitar mereka.
Ketika hujan mulai mereda, mereka kembali ke kelas dengan perasaan yang lebih ringan. Nuka merasa sudah membuat langkah maju dalam mengenal Aile, dan dia tahu bahwa hari-hari berikutnya akan menjadi kesempatan untuk lebih mendekat lagi.
Ketika bel berdering, Nuka dan Aile kembali ke kelas, Nuka merasa hatinya penuh dengan harapan dan rasa ingin tahu. Dia tahu bahwa Aile adalah seseorang yang istimewa, dan hujan ini adalah awal dari sesuatu yang bisa jadi sangat berarti bagi keduanya. Dan meskipun hujan mungkin akan berhenti, Nuka merasa bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai.