FOLLOW IG @thalindalena
Dia hanya sebagai istri pengganti, tapi dia berharap merasakan bulan madu impian seperti pasangan suami istri pada umumnya. Tapi, bagaimana jika ekspetasi tidak sesuai dengan realita. Justru ia merasakan neraka pernikahan yang diciptakan oleh suaminya sendiri, hingga membuatnya depresi dan hilang ingatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sebelum lanjut baca. Kembali di jelaskan. Kalau novel ini alurnya mundur, yang artinya bukan hanya sekedar flashback 1 atau 2 bab saja. Jadi, jangan memaksa emak otor untuk mempercepat alur mundurnya karena jatuhnya akan jadi plot hole. Kemarin pas baca bab awal katanya pada pusing dan nggak mudeng sama alurnya, kenapa Lio dan Lara bisa menikah. Giliran udah di jelaskan di alur mundur, malah sekarang pada maksa Emak Otor buat mempercepat alur.
Begini saja ya, kesayanganku semuanya, bila berkenan silahkan baca, bila tidak, emak nggak bisa paksa kalian, atau kalian bisa baca karya aku yang lain di noveltoon ini. Terima kasih semuanya, semoga sehat selalu untuk pembaca kesayangan, dan lancar rejekinya. Amin ya robbal'alamin.
***
Kantung mata Lara bengkak dan berwarna hitam menandakan kalau tadi malam dia tidak bisa tidur karena menghabiskan waktunya untuk menangis. Pagi ini dia bangunkan oleh seorang pegawai hotel, karena masa menginap sudah habis, jadi dia harus segera meninggalkan kamar hotel tersebut.
"Apa Anda akan keluar kamar menggunakan jubah mandi itu Nona?" kata Pegawai hotel, memperhatikan penampilan Lara yang hanya mengenakan jubah mandi.
Lara merapatkan jubah mandinya, kemudian memeluk dirinya sendiri, wajahnya tampak murung dan letih. "Aku lupa membawa pakaian ganti." Lara beralasan, seraya menatap pegawai wanita itu, seolah meminta pertolongan.
Pegawai itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar tersebut. Bibirnya mengulas senyum saat melihat ranjang berantakan, dan ratusan kelopak bunga mawar merah berhamburan di lantai. Dia pikir kalau tadi malam habis terjadi pergulatan yang sangat menggairahkan diantara pasangan pengantin baru itu.
Lara tersenyum kecut ketika melihat ekspresi pegawai hotel itu. Seolah tahu apa yang sedang di pikirkan pegawai hotel tersebut. Padahal tadi malam dirinya tidur sendirian di kamar ini. Sedangkan Lio langsung pergi entah ke mana setelah mencaci makinya.
"Ah, aku paham. Pasti suami Anda dengan sengaja menyembunyikan pakaian Anda 'kan? Agar Anda tidak bisa berpakaian. Sungguh romantis sekali," ucap Pegawai hotel itu, senyum-senyum sendiri. "Aku pernah mengalami hal seperti itu," lanjutnya seraya berjalan menuju lemari, mengambil satu stel piyama dari sana. "Anda bisa memakai piyama hotel ini." Menyerahkan piyama satin berwarna putih kepada Lara.
"Apa tidak apa-apa?" Lara ragu menerimanya.
"Piyama ini memang diperuntukkan tamu. Dan boleh di bawa pulang, jadi tenang saja," ungkap pegawai hotel itu.
"Terima kasih banyak. Aku terselamatkan." Lara langsung menyambar piyama tersebut dan segera membawanya menuju kamar mandi. Tidak berselang lama, dia keluar dari kamar mandi menggunakan piyama yang agak kebesaran di badannya. Kemudian dia pamit kepada pegawai hotel tersebut, tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih.
Lara menghela nafas panjang ketika sudah di dalam lift. Dia meremas kedua tangannya berulang kali. Rambut panjangnya yang hitam legam dan bergelombang tergerai indah. Lara adalah wanita yang sangat cantik, mempunyai bibir berisi dan sangat sexy, serta kaki jenjang bak model profesional. Hanya saja nasib Lara tidak seberuntung wanita diluaran sana, karena dia terlahir dari keluarga yang tidak mampu.
Sampai di lobby hotel. Lara menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepertinya keluarga Lio sudah meninggalkan hotel tersebut.
Lara menundukkan pandangan, bingung harus pulang menggunakan apa. Sementara tasnya yang semalam dia bawa tidak tahu ada di mana. Dia tidak mempunyai uang sepeserpun.
"Nona," tiba-tiba ada seorang pria berpakaian sopir menghampirinya.
"Iya?" Lara mengangkat kepalanya yang tertunduk, menatap sopir tersebut dengan kening berkerut.
"Aku di perintahkan Tuan Carlos untuk mengantarkan Anda pulang ke rumah," ucap pria tersebut.
"Tuan Carlos?"
"Iya. Mari." Pria tersebut membimbing Lara menuju mobil yang sudah disiapkan di depan lobby hotel.
"Tuan Carlos, Aku yakin jika Anda telah mengetahui kebenaran semua ini. Dan aku yakin Anda tidak akan membiarkan aku sendirian. Terima kasih banyak, Tuan." Lara berkata di dalam hati, ketika sudah duduk di mobil, jok bagian belakang.
kamu keciduk logan 😅😅😅
mungkinkah ada sabotase dr ibu kandung flo yg jahat???
tpi dilihat dr pengamanan yg ketat kaya Ndak mungkin