Jatuh Cinta Dengan Pria Psikopat

"Bertahun-tahun mencintainya tidak membuat hubungan kami semakin dekat. 1 tahun lamanya aku melarikan diri ke inggris untuk melupakannya. Namun, hasilnya tetap sama. Orlando semakin hari semakin berubah dan semakin jauh dariku. Hingga pada akhirnya aku membuat satu keputusan besar yang membuat hubungan kami semakin jauh dan jauh lagi. Aku memberinya obat perangsang agar tidur denganku. Menurutmu sebesar apa rasa kecewa dan amarah Orlando padaku."

Air mata kesedihan itu akhirnya luruh dan mengalir dengan begitu deras. Cassandra seakan tidak sanggup mendengar suara tangisan menyakitkan itu.

"Aku yakin Orlando sangat membenciku."

Hiks

Hiks

Hiks

"Cassandra! Mungkin menikah dengan Miss Clarissa adalah pilihan terbaik untuk Orlando. Aku tidak mau menjadi pihak ketiga lagi setelah ini."

Cassandra mencengkram bahu Enza dengan kasar.

"Bagaimana jika kamu hamil setelah mereka menikah secara resmi! Bukankah kamu dan anakmu kelak akan tetap menjadi pihak ketiga di hubungan mereka!"

"Come on, Enza! Jalan terakhir yang harus kamu lakukan adalah memutuskan pertunangan mereka! Meskipun tindakanmu menghancurkan hati Miss Clarissa! Setidaknya kamu bisa membahagiakan satu nyawa yang akan tumbuh di rahimmu!" nasehat Cassandra Wiliam berusaha membujuk sahabatnya.

Cassandra menggenggam tangan bergetar Enza dan berucap dengan penuh keyakinan.

"Apapun hasilnya aku akan tetap mendukungmu. Aku bersamamu! Jangan cemas!"

Cassandra menghapus air mata yang mengalir deras dari kedua mata indah Enza.

Cassandra kembali mendadani Enza dan merapikan penampilannya yang sudah berantakan.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Enza menghentikan tangisannya.

"Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan mendukungmu apapun hasilnya. Jangan khawatir. Aku akan membantu mu mendapatkan pria yang kamu inginkan!"

"Tapi--"

"Menurut saja! Rencanaku tidak akan gagal! Aku yakin dia tidak akan bisa melarikan diri dari masalah kali ini."

Cassandra tersenyum menyeringai penuh misterius.

Disisi lain

Acara pertunangan Orlando dan Clarissa sudah semakin dekat. Para tamu undangan juga sudah hadir.

Orlando tersenyum tipis saat bersitatap dengan Nica dan suaminya. Bahkan Kim dan anak-anaknya juga hadir. Namun, Orlando tidak melihat keberadaan Oscar dan ayahnya disana.

Ocean masih dirawat dirumah sakit. Ia tidak bisa pergi jauh ataupun keluar dari rumah sakit demi kesehatannya.

"Aku tidak menyangka kalau kamu memiliki keponakan yang lucu-lucu." bisik Clarissa dengan pelan saat berdiri di atas panggung kaca yang sudah dihiasi dengan begitu indah.

Kedekatan keduanya membuat semua orang yang hadir disana tersenyum hangat.

Orlando mengalihkan pandanganya kearah semua keponakannya. Ia tersenyum tipis menatap wajah mengemaskan putra-putri Oscar dan Nica.

Tapi senyuman itu seketika menghilang saat bayangan hitam percintaannya dengan Enza kembali hadir.

"Kamu kenapa?" tanya Clarissa menatap wajah berkeringat Orlando.

"Aku tidak apa-apa." balas Orlando menghapus keringat yang membasahi wajahnya.

Tak beberapa lama sepasang MC pria dan wanita memulai acara. Alunan musik tiba-tiba terdengar merdu. Sepasang anak kembar melangkah kearah Orlando dan Clarissa. Mereka terlihat tampan dan cantik dalam balutan jas hitam dan gaun berwarna biru.

Salah satu dari mereka menyerahkan satu kota kecil berwarna merah kepada Orlando.

"Cepat ambil Uncle! Lenganku mulai terasa pegal." ucap Oliver dengan wajah jutek. Jika tidak dipaksa oleh kedua neneknya. Ia tidak mau melakukan hal itu. Nenek yang dimaksud yaitu istri David dan Darren.

"Zura! Ayo turun! Tugas kita sudah selesai." ajak Oliver menarik tangan adik kembarnya turun dari atas panggung.

Tanpa mereka sadari sepasang mata tajam mendengar obrolan mereka dari kejauhan.

"Sebentar lagi acara ini akan bubar dengan hasil akhir yang cukup menghebohkan." gumamnya tersenyum menyeringai.

"Apa kakak bisa mendengar isi hati wanita itu?" tanya saudari perempuannya dengan rasa penasaran.

Anak laki-laki itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan saudari kembarnya.

"Tenanglah. Seseorang akan menggagalkan niat jahatnya!"

Tepat setelah mengatakan kalimat itu. Tiba-tiba terdengar suara lantang seseorang yang menghebohkan semua orang.

"Setelah menghancurkan hidupku, kau malah melupakan ku dan memilih bertunangan dengan wanita lain! aku hamil anakmu!"

Ucapan lantang Enza membuat suasana pertunangan Orlando berubah heboh. Bahkan keluarga besar Gultom dan Arnold terkejut mendengar ucapan lantang Enza.

Semua tamu undangan berbisik-bisik menatap kearah panggung.

"Hamil? Apa maksud mu, Enza?" tanya Orlando dengan wajah bingung.

Jika benar mereka melakukanya tadi malam. Enza tidak akan hamil secepat itu.

"Jangan berbohong Enza! Kau tidak mungkin hamil secepat itu!" celetuk Orlando dengan wajah panik saat melihat tatapan tajam semua keluarga besar Gultom dan Arnold.

"Apa maksud mu Orlando? Enza tidak akan hamil secepat itu! Apa kalian sudah melakukannya tanpa sepengetahuan ku! Apa kalian berselingkuh dibelakang ku!" cecar Clarissa dengan air mata berlinang.

"Maafkan aku Cla. Semua terjadi begitu saja. Aku diberi obat perangsang hingga tanpa sadar melakukannya." kata Orlando berusaha meluruskan kesalahpahaman diantara dirinya dan Clarissa.

"Panggil pendeta dan nikahkan mereka malam ini juga!" tegas David membuat semua orang terkejut.

"Sayang! Kamu tidak bisa membuat keputusan sebelah pihak seperti ini!" ujar Christine menasihati suaminya.

"Apa kamu ingin putri kita hamil tanpa suami! Apa kamu ingin cucu-cucu kita hidup tanpa orang tua yang lengkap seperti kami dulu, seperti ketiga keponakan ku dulu!"

Christine terdiam membisu mendengar ucapan suaminya.

Beberapa tamu undangan dari pihak Clarissa memutuskan pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara tamu undangan dari pihak keluarga Arnold dan Gultom memutuskan tetap tinggal melanjutkan acara pemberkatan Orlando dan Enza.

Setengah jam kemudian. Seorang pendeta datang membawa semua keperluan pemberkatan pernikahan keduanya.

"Nikahkan mereka sekarang juga!" perintah David dengan aura kemarahan yang cukup kental.

Benar saja. Pendeta itu menuruti perintah David. Apa lagi suasana di dalam mansion itu cukup menegangkan. Ia tidak mau banyak tanya dan banyak berkomentar.

Orlando dan Enza akhirnya dinikahkan secara agama. Tidak ada raut bahagia di wajah keduanya maupun keluarga besar mereka. Hanya ada raut wajah sedih, tatapan benci, amarah dan kecewa yang berbaur menjadi satu.

Acara tetap berlangsung hingga pukul 10 malam. David memanggil Enza dan Orlando ke ruangan tamu.

Kimberly dan Nica mengamankan semua anak-anaknya agar tidak menyaksikan pertengkaran itu. Ia tidak mau pertengkaran mereka membawa pengaruh buruk untuk anak anak seusia mereka.

Di ruangan tamu

"Jelaskan sekarang juga kepada Daddy! Bagaimana kamu bisa hamil!" tegas David dengan tatapan tajam menatap putri bungsunya.

"Dad, maafkan Enza... " ucap Enza dengan suara lirih hingga membuat rahang David semakin mengeras.

"Kamu hanya perlu menjawab pertanyaan Daddy! Bagaimana kamu bisa hamil! Apa kamu sedang membual untuk membatalkan pertunangan Orlando!"

Enza diam membisu. Ia seakan bungkam dan tidak mau menjawab pertanyaan David.

Tiba-tiba David berdiri dan menarik kerah kemeja putih yang dikenakan Orlando.

"Apa kamu menodai Enza tanpa sepengetahuan kami!" tanya David dengan aura membunuh yang kental.

Kali ini Orlando ikut bungkam. Ia juga tidak tahu apakah kemaren malam mereka benar-benar melakukannya atau tidak.

"Hanya Enza yang mengetahui kejadian tadi malam." lirih Orlando dengan wajah linglung.

BUG

BUG

BUG

David melayangkan 3 pukulan hingga melukai sudut bibir Orlando.

"Tadi malam Enza diam-diam memberikanku obat perangsang. Aku tiba-tiba hilang kendali setelah meminum pil itu. Setelah itu aku tidak mengingat apa-apa, Uncle."

"Lagian..., Enza tidak mungkin hamil secepat itu! Jika Enza hamil, berarti anak itu bukan anakku!" lanjut Orlando tiba-tiba menatap Enza dengan tajam.

"Ya! Aku memang memberikan mu obat perangsang! Aku ingin hamil anakmu dan melarikan diri dari Italia! Aku ingin memiliki satu bagian dari dirimu dengan cara mengandung anakmu!"

"Untuk sekarang..., Aku memang belum hamil! Dan aku lega membatalkan pertunangan kalian! Aku tidak mau melihat mu menikah dengan wanita lain! Apa kamu sudah puas mendengar jawabanku!" teriak Enza sebelum lari masuk ke kamarnya.

Deg

Christine tiba-tiba pingsan setelah mendengar ucapan putrinya. Ia tidak menyangka kalau Enza akan melakukan jalan pintas memalukan untuk menikah dengan Orlando.