Ini lanjutan dari Novel keduaku yang berjudul "Gadis Barbar Kesayangan Tuan Muda Lumpuh"
Edgar merasa ada yang aneh dalam dirinya, dia mencoba memeriksakan dirinya ditemani oleh asisten setianya yang bernama Leo. Begitu ia datang kerumah sakit Edgar menemui dokter Andrologi, betapa terkejutnya ia mendapati hasilnya yang menyatakan kalau dirinya impoten.
Dibalik kesedihan pasti ada kebahagian yang telah di persiapkan oleh Tuhan, Edgar di pertemukan dengan seorang gadis tomboy bernama Zalea yang berasal dari keluarga broken home. Sebuah keajaiban datang ketika Edgar dan Zalea tak sengaja bertemu disuatu tempat, ia yang dinyatakan impoten tiba-tiba bereaksi ketika melihat Zalea.
Bagaimana kisah cinta Edgar dan juga Zalea? Apakah mereka akan bersatu?
Yuk simak ceritanya 💃🥰🤗
HAPPY READING 😚
Jangan lupa bintang 5 nya ya readers 🙏😚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naraya pingsan
Singkat cerita, keduanya kini tengah dalam perjalanan menuju pulang. Edgar sengaja mengantarkan Zalea ke kontrakannya, dia juga berniat menemui ibu Zalea untuk membicarakan soal pernikahannya yang akan ia langsungkan dalam waktu 3 hari.
"Lea, coba tebak. Di tembak ke bawah, tapi menusuk ke hidung?" ucap Edgar memberi tebakan pada Zalea.
Zalea berpikir mencari jawaban di otak setengah miliknya, ia mengetuk dagunya manggunakan jari telunjuknya namun ia tak menemukan jawabannya.
"Tahu gak itu apa?" tanya Edgar.
"Enggak om, otakku gak nyampe kayaknya." jawab Zalea.
"Jawabannya adalah.." ucap Edgar menggantungkan ucapannya.
Dduuuuttt.. Prepeeeett.. Ziuusss..
Edgar mengangkat sedikit tubuhnya, tak disangka dia mengeluarkan gas yang tak terlihat namun mengepul sampai menguar keseluruh isi mobil. Zalea sontak menutup hidungnya, dia memukul-mukul tubuh Edgar dengan keras saking ia kesalnya.
"OMMM, BUKA JENDELANYA BAUUUUUU!!!!" teriak Zalea.
"Hahahahaha." Edgar terbahak.
Zalea seakan kehabisan nafas karena terus menutup hidungnya, Edgar menepikan mobilnya ke pinggir jalan. Zalea langsung saja keluar dari dalam mobil, Edgar pun melakukan hal yang sama, meskipun kentut itu ulahnya namun ia juga di buat mabuk karena baunya.
"Uhuuukkk..Uhuukk, bau ****** 😭🤮" keluh Zalea sampai terbatuk-batuk.
"Kenapa bau ya? Padahal biasanya kentutku itu tidak sebau ini." heran Edgar.
"Ck, Ya Allah kenapa engkau kirimkan manusia durjana ini dalam hidupku, tahukah engkau ya Allah? Aku capek melihat kelakuan randomnya😭." keluh Zalea sambil berdecak.
"Hahaha, Tuhan memberikan cobaan kepadamu itu karena kau sanggup. Makanya kau dikirimkan masuk dalam kehidupanku, karena rata-rata orang yang pernah dekat denganku mereka tak bisa bertahan lama." ucap Edgar tertawa.
Zalea mencebikkan bibirnya, belum juga ia jadi istri sudah tersiksa seperti ini, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya ketika sudah sah nanti.
'Ya Allah, apa aku akan sanggup menghadapi bocah tua nakal ini? ' batin Zalea mengeluh.
"Emang pantes orang lain ninggalin om, orang om bentukannya kayak gini nyebelinnya minta ampun." sewot Zalea.
Edgar pun terkekeh, baru kali ini dia dangat puas tertawa. Biasanya ia seringkali murung ataupun menyibukkan dirinya dengan pekerjaan, tetapi bersama Zalea seakan hidupnya lebih berwarna lagi.
"Ayo masuk, atau mau aku tinggalin disini?" ucap Edgar.
"Eiits, apa-apan itu mau ninggalin segala? Udah mah ngeracunin hidung orang, sekarang malah mau tinggalin aja, anda waras bung?" protes Zalea.
"Waras lah bung, cepat masuk bung nanti siang aku ada meeting bung." ucap Edgar mengikuti gaya bicara Zalea.
"Fuceeaaakkk." sewot Zalea.
Dengan perasaan dongkolnya Zalea masuk ke dalam mobil Edgar, dia mengerucutkan bibirnya seraya melipat kedua tangannya. Edgar mencondongkan tubuhnya kearah Zalea, sia memasangkan sabuk pengaman lalu mengecup sekilas b*b*r Zalea.
"Manis." ucap Edgar tersenyum.
"Aaaaa... Udah gak perawan lagi, om tanggung jawab." protes Zalea.
"Gak usah lebay deh, kan cuman ngecup doang? Icip-icip dikit sama calon istri boleh dong?" goda Edgar.
"Serah lu deh om, gak habis thinking gue." kesal Zalea.
"Heh, sama calon suami gak boleh kasar ngomongnya." tegur Edgar.
"Bodo amat!" sewot Zalea.
Yak ingin membuat Zalea semakin marah, Edgar kembali melajukan mobilnya. Di sepanjang perjalanan sangatlah hening, tak ada yang bersuara satu pun.
"Lea, aku ingin bertanya padamu?" tanya Edgar.
"Nanya apa? Awas jangan aneh-aneh." ancam Zalea.
"Enggak kok, aku cuman mau nanya soal cowok yang waktu di restoran itu?" tanya Edgar lagi.
"Dia mantan sahabat, sama mantan pacar." jawab Zalea jujur.
"Ohh, Kenapa putus? Kayaknya kamu juga gak suka sama ceweknya?" cecar Edgar.
Sebenarnya Edgar sudah tahu siapa mantan pacar Zalea, bahkan ia tak melewatkan satu informasi pun tentang calon istrinya, hanya saja Edgar ingin tahu apakah Zalea akan berbicara jujur atau tidak ketika ia bertanya padanya.
"Aku sama dia pacaran selama dua tahun, tahunya si Alina nikung dari belakang padahal dia temenku om. Alasannya karena penampilanku yang tomboy, keadaan orangtuaku yang berantakan dia memilih mengakhiri hubungan kami saat itu. Padahal sebelum Alina berusaha mendekatinya kami baik-baik aja, bahkan dia menjadi rumah bagiku setiap kali ada masalah di rumah, dia bahkan mengobati lukaku ketika bapak sering berlaku kasar." jawab Zalea jujur.
Edgar tidak melihat raut wajah sedih dari Zalea, yang ia lihat hanyalah ekspresi pasrah. Saat ia mendapat informasi mengenai mantan pacar Zalea ada sedikit rasa tidak terima, apalagi Alina yang berusaha menyakiti wanitanya selama masa sekolah.
"Setelah menikah denganku nanti, kau lihat saja semuanya akan berubah." ucap Edgar.
"Maksud om?" tanya Zalea.
"Kau akan memutar balikkan semuanya, sudah saatnya kau menikmati hidupmu tanpa harus memikirkan apapun kecuali menjadi istri yang baik untukku." ucap Edgar.
"Aku akan berusaha semampuku untuk menjadi istri yang baik untukmu, aku berharap pernikahan kita yang tidak dilandasi saling cinta bisa berakhir bahagia, aku akan menvoba mencintai om begitupun om harus belajar menerima kehadiranku." ucap Zalea.
"Tentu saja, aku akan belajar menrima kehadiranmu karena selain bersamamu tidak ada wanita yang bisa mendampingiku, kau tahu sendiri bukan kalau aku ini memiliki penyakit?" ucap Edgar.
Zalea menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia pasrah menerima takdir yang ia pilih dengan menikahi pria yang kini berada di sampingnya. Suatu saat, Zalea akan terbuka pada Edgar tanpa ada yang harus ia tutupi, dia bisa melihat kalau Edgar adalah orang baik meskipun seringkali membuatnya jengkel setengah mati.
'Aku harap keputusanku sudah benar' batin Zalea.
'Aku akan melindungi milikku, jangankan menyingkirkan ayahmu, bahkan menyingkirkan Alina bukanlah hal yang sulit bagiku Zalea. Cukup sudah sedihmu, sekarang aku akan membhagiakanmu sebagai mana kau memberikan warna dihidupku' batin Zalea.
Mobil Edgar sudah sampai di area kontrakan Zalea, seperti biasa Edgar memarkirkan mobilnya di sisi jalan raya. Dia dan Zalea berjalan bersama menyusuri gang menuju kontrakan Zalea, begitu sampai di kontrakan Zalea melihat kontrakannya sepi.
"Loh, ibu kemana? tumben sepi?" gumam Zalea.
Zalea melepaskan sepatu yang dipakainya, dia mengecek lintu kontrakan namun tidak di kunci. Zalea melongokkan kepalanya mencari ibunya, begitu ia masuk kedalam dapur Zalea melihat ibunya terkapar dibawah dengan kondisi bajunya yang basah.
"Ya Allah, IBU!" teriak Zalea.
Edgar yang mendengar teriakan Zalea lun masuk kedalam kontrakan, dia melihat Zalea tangah memangku kepala ibunya yang tergeletak dibaah lantai.
"Lea, ibumu kenapa?" tanya Edgar.
"Gak tahu om, begitu masuk ibu udah gak sadarkan diri." jawab Zalea cemas.
"Ayo kita bawa ke rumah sakit." ucap Edgar.
Tanpa basa-basi Esgar menggendong tubuh Naraya, dia membawanya keluar dari dalam kontrakan di susul oleh Zalea, saat sedang menyusuri gang Zalea bertemu dengan adiknya Nathan dengan kondisi pakaiannya kotor dan juga sedikit bau.
"Kakak." panggil Nathan.
"Adek, ayo ikut kakak." ucap Zalea.
"Ibu kenapa kak?" tanya Nathan begitu melihat ibunya di bawa oleh Edgar.
"Ibu pingsan dek." jawab Zalea.
Zalea menarik tangan adiknya untuk ikut bersamanya, Edgar lupa kalau dia membawa mobil sport. Ia segera menghubungi ambulance begitu Naraya di sandarkan di kursi mobil, Zalea memgangi tubuh ibunya seraya menepuk-nepuk pipinya berharap Naraya sadar. Nathan menangis di samping kakaknya, ia takut terjadi sesuatu pada ibunya. Beberapa menit kemudian ambulance datang, Edgar segera membantu Naraya masuk kedalam mobil. Zalea dan Nathan ikut masuk menemani ibunya di dalam ambulance, sedangkan Edgar mengikutinya daei belakang.
Rasain Lo Alina.