Alexa seorang gadis cantik yang memiliki wajah bulat seperti tomat yang menyukai seorang pria tampan di kantor nya. "Sampai kapan pun aku tidak akan pernah tertarik dengan wanita berwajah bulat. Walaupun dia secantik bidadari sekali pun aku tidak akan tertarik. "ucap Chavin (pria yang disukai Lexa).
Dengan seiring nya waktu tanpa disadari mereka pun berpacaran. Chavin menerima cinta Lexa karena alasan tertentu. Tapi Lexa selalu diperlakukan tidak baik. Chavin suka membandingkan Lexa dengan wanita lain. Dan akhirnya Chavin memutuskan untuk berpisah dengan Lexa. Tak disangka- sangka Lexa mengalami kecelakaan yang membuat wajah nya yang bulat menjadi tirus mungkin disebabkan dia sakit parah.
Apakah setelah wajah Lexa tirus Chavin menerima cinta Lexa kembali dengan tulus???
Apakah Lexa akan tetap mengejar cinta Chavin atau malah sebaliknya!!! Nantikan kisah mereka selanjutnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5.KEMBALI KEMASA LALU
Langit pagi itu begitu cerah. Alexa menatap pantulan dirinya di cermin kamar, memperhatikan wajah bulatnya yang selalu menjadi ciri khasnya.
“Bulat seperti tomat,” pikirnya sambil tersenyum kecil. Tetapi di balik senyum itu, ada rasa tak percaya diri yang selalu menghantuinya. Ehhhmmm.. menghela nafas.
“Hari ini harus berjalan lancar,” ucapku sambil merapikan blazer birunya. Sambil tersenyum. Semangat.
Chavin, pria tampan di divisi pemasaran, adalah magnet perhatian di kantor. Dengan wajah tampan, kulit putih, body sasa dan gaya berpenampilan seperti model korea, ia selalu berhasil mencuri perhatian, termasuk perhatian Alexa.
“Kenapa aku harus menyukai pria seperti dia?” gumam ku sambil melangkah keluar kamar.
Chavin Chavin...kamu harus nya beruntung aku bisa tertarik kepada mu. Kerena aku tu jenis wanita yang sangat susah untuk tertarik dengan lelaki. eehhmmm..."ucap ku lagi dalam hati.
Saat tiba di kantor, suasana sudah seperti biasa riuh dengan aktivitas pagi. Rekannya, Ninda, melambaikan tangan dari meja kerjanya. “Alexa! Ada kabar baik!” serunya.
“Apa lagi, Ninda? kabar apa sahabat ku??? Jangan bilang laporan kemarin ditolak?” Aku menjawab sambil melangkah mendekat.
“Bukan soal laporan. Kau tahu, kan, hari ini Chavin akan presentasi untuk proyek besar itu? Dia minta bantuan kita buat data pendukung!” Ninda terkikik, melihat reaksi Alexa yang langsung panik.
“Kenapa harus aku? Kenapa tidak kamu saja?” protes ku, pipi ku yang seperti buah tomat itu pun memerah.
“Karena kau lebih bagus dalam angka-angka, Alexa. Lagipula, aku lihat dia sering memperhatikanmu akhir-akhir ini.” ucap Ninda penuh kecurigaan.
Aku menatap Ninda tajam. “Dia memperhatikanku? Jangan bercanda Ninda.. eehhmmm... kamu bercanda deh. "jawab ku.
Tetapi , jauh di lubuk hatinya, Alexa merasa senang ada sedikit harapan. Kerena memang itu yang dia harapkan dekat selalu dengan Chavin.
Meski sering mendengar Chavin berbicara bahwa ia tidak menyukai wanita berwajah bulat, Alexa tidak bisa mengabaikan perasaannya.
"Kamu tidak suka wajah bulat kerena kamu belum mengenal aku Chavin. Ehhmmm...ucap ku dalam hati.
Ketika waktu presentasi tiba, Alexa membawa laporan yang sudah disiapkannya dengan hati-hati. Ruang rapat penuh dengan suasana tegang. Chavin berdiri di depan layar, memulai presentasinya dengan percaya diri.
Dan ketika Alexa masuk semua orang memandang tak berkedip seperti melihat putri kayangan yang turun ke bumi. Semua mata tertuju ke dia. Chavin sempat terpukau dengan kecantikan Lexa. Tapi sayang Lexa memang bukan tipe Chavin.
“Dan untuk mendukung proyeksi ini, saya akan meminta Alexa untuk menjelaskan detail data keuangan,” ucap Chavin, menoleh ke arah Alexa.
Jantung Alexa berdetak lebih cepat saat semua mata tertuju padanya. Dengan suara sedikit gemetar, ia menjelaskan data yang telah disusunnya. Tetapi, di balik rasa gugupnya, Alexa merasa bangga bisa membantu Chavin.
“Presentasi bagus,” kata Chavin dengan senyuman kecil setelah rapat selesai. “Terima kasih atas datanya Alexa. kamu wanita hebat. "ucap Chavin memuji.
Itu adalah kalimat pertama yang Chavin ucapkan langsung padanya dengan nada ramah. Alexa hampir mau pingsan tidak dapat menahan senyum sepanjang hari karena malu dan tersipu. Dengan pujian Chavin.
Tetapi perasaan kebahagiaan itu tidak bertahan lama
"Dia hanya memuji hasil karya ku bukan memuji diriku. Eehhmmm... menghela nafas. Aku tahu Chavin. Kamu pasti tidak akan pernah menyukai ku.
Aku tidak akan berharap lebih kepada mu Chavin. "gumam ku kesal. Tapi... tapi.. kita tidak tau kedepan nya kan. Ucap ku lagi tersenyum.
ALEXA ZANCA adalah gadis cantik berwajah bulat. berkulit putih. Berbody langsing. Tinggi sedang, berambut ikal. Cerdas dan pandai, smart dan bertalenta.
Dari keluarga yang kaya juga. Lelaki mana sich yang sama sekali tidak kelepek-klepek melihatnya. Hanya seorang Chavin saja lah yang tidak terpukau.
Yah CHAVIN BETRAN LEE seorang pria tampan. keturunan Tionghoa berkulit putih bak artis Korea itu. hanya dia saja betul-betul mata nya tidak pernah terpukau melihat kecantikan Alexa.
Di sudut lain kantor, terdengar Chavin berbincang dengan rekannya.
“Jadi, kau meminta Alexa untuk membantumu karena dia pandai, atau karena dia tertarik padamu? atau kerena dia office flower kantor ini??? ” tanya salah satu temannya sambil terkekeh.
Chavin mengangkat bahu. “Dia berbakat, tapi aku tidak pernah tertarik pada wanita seperti dia. Wajahnya bulat, bukan tipeku. Mau secantik apa pun dia, aku tidak akan bisa tertarik.”ucap Chavin.
Ucapan itu mengalir santai dari mulutnya, tanpa ia tahu bahwa kata-katanya akan sangat menyakitkan jika sampai ke telinga Alexa.
Saat pulang kerja, Alexa berjalan ke parkiran dengan langkah perlahan. Di antara rasa senang karena akhirnya Chavin berbicara padanya, tetapi disisi lain ada rasa sedih yang sulit dijelaskan.
“Alexa!” panggilan Ninda memecah lamunannya.
“Ada apa Ninda?” jawab ku, sambil menoleh.
“Aku lihat Chavin tadi keluar dengan Melisa dari divisi HR. Apa kau tidak cemburu?” Ninda menggoda dengan senyum nakal.
Aku hanya bisa menghela napas. “Dia bebas dengan siapa saja, Ninda. Lagipula, aku bukan siapa-siapanya. aku kan bukan pacar nya Nindaaaa. Jadi kenapa aku harus cemburu??? "jawap ku.
Alexa tahu, perasaannya pada Chavin hanyalah perasaan sepihak. Tetapi ia tidak bisa menghentikan perasaan nya untuk berharap.
Jauh dilubuk hatinya, Alexa percaya bahwa suatu hari Chavin akan menyukai bukan melihat dari penampilan tetapi dari kepribadian dirinya.
Hhhmmmm... apakah aku sangat berambisi untuk mendapatkan cintanya. Ucap ku dalam hati sambil melamun. Aku bodoh atau sudah gila sich. hhhmmmm.. Alexa Alexa. "gumam ku lagi.
Tiba tiba aku terkejut saat Ninda menggandeng tangan ku.
“Kamu lagi mikirin apa, sich cantik...? wajah mu seperti memikirkan sesuatu. " tanya Ninda kepada Lexa dengan curiga.
"Tidak apa apa ninda sahabat ku yang cantik juga. "jawap ku berbohong.
Padahal pikiran ku masih memikirkan Chavin. Aku pun heran kenapa Chavin selalu melekat difikiran ku sejak kejadian diruang meeting itu.
Dia tu seperti magnet yah. Semua wanita pasti terpukau melihat nya. Termasuk lah aku. Ehhmmm.. "gumam ku lagi.
"Lex... kamu cantik Chavin tampan. Sebenarnya kalau kalian adalah sepasang kekasih pasti semua orang kagum melihat kalian. Binggooo.. sempurna. asangan yang sempurna. Betul kan??? ucap Ninda.
"Hhmm... apa an kamu iihhhhh... jangan bilang kamu pun tertarik dengan dia. Kamu yang tertarik tapi kamu sok jodohin kita??? jawap ku.
"Yah.. betul aku tertarik dengan dia. Tapi aku sedar diri Lexa. Gadis secantik kamu saja dia tidak pandang apa lagi aku hanya kain lap.
Barang rongsokan. Yah mana mau dia nya. Boro-boro tertarik kepada ku. Melihat aku pun mungkin berfikir 10x ehhhmmm.. "ucap nya sambil tersenyum kecil.
"Hhhmm.. mulai tu, merendah diri, memang nya kamu mau dibilang barang rongsokan. Ada ada saja kamu Ninda. Eehhmmm.. " jawap ku sambil geleng geleng kepala.
"Jangan suka begitu ahh... kamu tuh cantik, siapa yang bilang kamu barang rongsokan, biar aku sumbat mulut nya pakai sampah sekalian hahhaha... ucap ku tertawa.
BERSAMBUNG...