Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 : Spectra vs Jareth
Spectra melangkah dengan hati-hati menuju benteng utama Kapten Jareth. Di sepanjang jalan, pasukan Jareth terus menyerbu dari segala penjuru, namun Spectra tak terhentikan. Dengan satu gerakan, dia mengangkat pedangnya, Shadow Fang, dan mengumpulkan energi api di sekelilingnya. Ledakan api mengarah ke pasukan musuh yang datang berlarian, membakar mereka dengan kekuatan yang dahsyat.
“Kalian mau lari kemana?” teriak Spectra.
Api berkelap-kelip di sekitar Spectra, membuatnya tampak seperti sosok dewa api yang siap menghancurkan apapun yang menghalanginya. Dengan cepat, dia mengayunkan pedangnya, memotong beberapa musuh yang mencoba mengelilinginya. Namun, musuh terus berdatangan tanpa henti.
“Tidak ada yang bisa menghalangiku,” Spectra bergumam, mengaktifkan sihir es di tangan kirinya. Sebuah serangan es yang tajam muncul dari tangannya, mengarah ke pasukan yang mencoba melawan. Es membeku, membuat tubuh musuh terhenti seketika, terjebak dalam salju dan es.
Setiap kali Spectra menggerakkan pedangnya, bayangan ungu berkilauan dan api membakar, sementara es menyapu setiap gerakan musuh, membuat mereka kehilangan kemampuan bergerak. Serangan yang terorganisir, yang dilakukan oleh pasukan Jareth, mulai berantakan. Mereka tidak bisa mengimbangi kekuatan luar biasa yang dimiliki Spectra.
Namun, meskipun Spectra mengalahkan pasukan yang datang, semakin jauh dia maju, semakin besar rasa tertekan di hatinya. Pintu besar benteng itu semakin dekat, dan dia tahu bahwa di baliknya ada seseorang yang sangat berbahaya—Kapten Jareth.
Dengan nafas yang terengah-engah, Spectra akhirnya tiba di depan pintu gerbang besar benteng. Di baliknya, cahaya samar-samar menyinari ruang kosong yang penuh dengan bau tajam. Dia merasakan sesuatu yang mengerikan di dalam.
"Elina," bisiknya, matanya penuh tekad. "Aku akan segera membebaskan mu."
Spectra mengayunkan pedangnya, dan pintu gerbang itu terbuka dengan suara berderit yang memecah keheningan. Begitu pintu terbuka lebar, dia melihat seorang pria besar berdiri di tengah ruangan. Seorang pria dengan rambut hitam panjang dan satu mata yang tertutup.
“Ah, Spectra,” suara Jareth bergema di ruangan, terdengar sinis. “Akhirnya kau tiba. Aku hampir bosan menunggu.”
Spectra mencengkeram pedangnya, Shadow Fang, erat-erat. “Lepaskan dia, Jareth,” katanya tegas. “Aku tidak ingin membuang waktu.”
Jareth tersenyum kecil. “Permintaanmu itu lucu, Spectra. Kau pikir aku hanya akan menyerahkan sesuatu yang begitu berharga tanpa perlawanan?”
“Kalau begitu, aku akan mengambilnya dengan paksa.”
Spectra mengangkat pedangnya, mengumpulkan energi api yang menyala-nyala di sekelilingnya. Dalam sekejap, ia melompat ke depan dengan kecepatan luar biasa, menyerang Jareth dengan serangan dahsyat.
Namun, Jareth mengangkat tangannya, dan air di sekelilingnya membentuk penghalang tebal. Pedang Spectra menghantam perisai air itu, menimbulkan ledakan besar. Percikan api dan air memenuhi ruangan, namun Jareth tetap berdiri kokoh.
“Kau cepat marah, Spectra,” kata Jareth sambil tertawa pelan. “Tapi kau tidak tahu dengan siapa kau berhadapan.”
Dengan satu gerakan, Jareth meluncurkan pusaran air besar ke arah Spectra. Serangan itu begitu kuat hingga menghantam Spectra dan melemparkannya ke belakang, menabrak dinding dengan keras.
Spectra bangkit perlahan, darah mengalir dari sudut bibirnya. “Kau harus berusaha lebih dari itu, Jareth.”
Dia mengaktifkan sihir es di tangan kirinya, menembakkan tombak es tajam ke arah Jareth. Tombak itu melesat cepat, namun sebelum sempat mengenai Jareth, air di sekelilingnya berubah menjadi makhluk besar berbentuk ular raksasa, yang langsung melahap tombak es tersebut.
“Bagaimana? Kekuatan airku ini adalah puncak seni sihir, Spectra,” kata Jareth dengan nada mengejek. “Namun, itu belum semuanya.”
Tiba-tiba, Spectra merasakan sesuatu yang aneh. Udara di sekitar tubuhnya menjadi berat, dan kekuatan magis di dalam dirinya seolah mulai menghilang.
“Apa… apa ini?” Spectra berusaha bergerak, tetapi tubuhnya terasa lemah. Energi api dan es yang biasanya mengelilinginya kini memudar.
Jareth tersenyum puas. “Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan kekuatan biasa? Aku adalah master air, Spectra. Air adalah sumber kehidupan, dan aku bisa menghisap semua energi magismu.”
Spectra jatuh berlutut, napasnya tersengal. Bayangan ungu yang biasanya menyelimuti pedangnya kini memudar. “Sial… Jadi ini kekuatan aslimu,” gumamnya.
Melihat Spectra dalam keadaan terpojok, Jareth semakin percaya diri. Dia melangkah mendekat, senyum liciknya semakin lebar. “Kau bukan apa-apa tanpa kekuatan magismu. Sekarang kau akan mati, dan aku akan membawa Elina ke pemiliknya.”
Namun, di tengah rasa putus asa itu, Spectra mengingat kata-kata Elina sebelumnya di pemakaman Lyra : "Kau adalah orang yang menyelamatkanku, Tuan Spectra. Terus lah hidup seperti keinginan nona Lyra."
Spectra berdiri di atas kakinya, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “ Woy, Jareth. Kenapa kau menculik Elina?”
Jareth tertawa kecil, menarik napas dalam-dalam, kemudian menjelaskan dengan suara serak, “Baiklah jika kau ingin tau, Salah satu Klien ku menginginkan darah langka dari Elina. Kau tau, Dia adalah satu-satunya keturunan dragonoid yang tersisa, darah yang sangat berharga. Seharusnya, tugas itu diserahkan pada Noxar, tapi si bodoh itu gagal! Dia terlalu lemah dan tidak mampu menyelesaikan tugas ini!”
Spectra terdiam, matanya terbuka lebar dengan terkejut. “Dragonoid?” Dia menatap Elina yang terkurung dalam jeruji besi, mata penuh rasa ingin tahu dan kekhawatiran. “Jadi, dia...”
Jareth tertawa kering, meskipun masih terluka parah. “Ya, dia satu-satunya yang tersisa. Dan darahnya... adalah kunci untuk mengendalikan kekuatan luar biasa. Aku tidak akan membiarkannya pergi, Spectra. Dia lebih berharga dari hidupmu sendiri.”
Spectra menggenggam pedangnya lebih erat. “Kau salah, Jareth. Elina adalah Rekan ku. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun memanfaatkannya.”
Tekad Spectra menguat. Dia mengepalkan tangan dan mencoba bangkit. “Aku tidak akan menyerah... Tidak sebelum aku menyelamatkan Elina!”
Dengan tenaga yang tersisa, Spectra memusatkan energinya pada pedangnya. Kali ini, dia tidak menggunakan api atau es, melainkan energi murni dari tekadnya sendiri. Shadow Fang mulai bersinar, memancarkan cahaya putih yang berdenyut, seolah merespons semangat tuannya.
Jareth terlihat terkejut. “Apa ini? Bagaimana kau bisa memulihkan energimu?”
Spectra menatap Jareth dengan mata penuh determinasi. “Kekuatan ini bukan hanya sihir. Ini adalah kekuatan yang lahir dari tekad dan perlindungan terhadap rekan-rekanku!”
Dengan kekuatan barunya, Spectra menyerang Jareth. Meskipun air terus berusaha menghisap energinya, Spectra kini mampu menembus penghalang itu. Dia bergerak dengan kecepatan luar biasa, menghindari serangan ular air Jareth, dan melancarkan tebasan bertubi-tubi yang menghancurkan makhluk air tersebut.
Jareth mulai kehilangan kendali. Dia mengumpulkan seluruh kekuatannya, menciptakan gelombang air raksasa yang memenuhi seluruh ruangan. “KAU AKAN LENYAP, SPECTRA!”
Spectra mengangkat Shadow Fang tinggi-tinggi. Cahaya putih dari pedang itu memancar lebih terang, menciptakan aura yang menekan gelombang air Jareth. “Ini adalah akhirnya, Jareth. Rasakan kekuatan penuh dari tekadku!”
Dengan teriakan penuh semangat, Spectra melompat ke udara dan melancarkan serangan terakhirnya.
“SHADOW NOVA!”
Serangan tersebut menciptakan ledakan besar yang memadukan energi terang dan gelap. Gelombang air Jareth hancur berkeping-keping, dan serangan itu langsung menghantam tubuh Jareth dengan kekuatan luar biasa.
Jareth terlempar ke dinding, darah mengalir dari tubuhnya. Dia mencoba bangkit, tetapi kekuatannya telah hilang. “Tidak... Ini tidak mungkin...”
Spectra berdiri dengan gagah di hadapannya. “Aku sudah bilang, Jareth. Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk melindungi rekanku.”
Dengan langkah tegas, Spectra berjalan menuju jeruji besi tempat Elina terkurung. Dia menghancurkan kunci dengan pedangnya dan membuka pintu.
Elina tersenyum lemah, matanya penuh rasa syukur. “Aku tahu kau akan datang, Spectra...”
Spectra membantunya berdiri. “Aku selalu menjaga janjiku.”
Arkane, Celeste, dan Sylvie tiba tak lama kemudian, napas mereka tersengal-sengal. Melihat Jareth terbaring tak berdaya, mereka semua tersenyum lega.
“Tuan Spectra selalu Hebat seperti biasa,” kata Arkane dengan nada kagum.
Spectra hanya mengangguk, memandang Elina dengan tenang. “Ayo, kita pergi".