Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28.
"Aku jelas sekali mendengar apa yang kamu katakan tadi! Ayo! katakan lagi, kalau kamu tidak mengatakan hal yang kejam padaku!!" geram Carla semakin menarik rambut Ivanka, sampai sepupu Carla itu kembali menjerit kesakitan.
"Aowww... sialan kamu Carla! lepaskan tanganmu!!" Ivanka memukul lengan Carla, dengan raut wajah meringis kesakitan.
"Kamu pikir bisa mengendalikan ku lagi! dan mau menggunakan Bastian untuk memprovokasi ku? Heh! Ivanka! bukankah aku sudah katakan, kalau aku tidak tertarik lagi, dengan hubungan kalian berdua! kenapa kamu masih saja ingin menggangguku?!"
Tatapan dingin Carla terlihat begitu tajam, menatap wajah Ivanka yang mendongak kesakitan.
Plak!!
Satu tamparan melayang ke pipi Ivanka, membuat Ivanka kembali terkejut dengan tindakan Carla, hingga ia menahan sakit, dua kali lipat.
"Aaaa.. Carla! sialan kamu! lepaskan tanganmu!!" jerit Ivanka, mencoba menarik tangan Carla dari menarik rambutnya.
Carla mendengus sinis, mengingat di kehidupan sebelumnya, Ivanka begitu kejam menindasnya, ia belum membalaskan rasa sakit, yang telah Ivanka lakukan padanya.
Ini baru kesakitan kecil saja, yang baru ia berikan pada Ivanka, belum kesakitan yang sangat menggigit tubuh.
Di kurung dalam gudang, dan tidak di beri makan dan minum selama tiga hari, membuat tubuhnya lemas bagaikan mayat hidup.
Dengan kasar, Carla melepaskan tangannya dari menarik rambut Ivanka, lalu meraih tissue dari atas meja.
Ia mengelap tangannya, yang menarik rambut Ivanka dengan tissue, lalu melemparkan tissue tersebut ke wajah Ivanka dengan kasar.
"Kamu pikir, aku membiarkan dirimu menang lagi menindas ku!!" geram Carla menatap dingin Ivanka.
Pelanggan toko yang melihat keributan antara Carla dan Ivanka, hanya bisa menonton saja, karena mereka mengenal siapa Carla.
Putri tunggal grup Miller yang tidak bisa di singgung.
Teman Ivanka di tempat duduknya, juga merasa takut melihat amarah Carla, sampai ia merasa menciut di tempatnya, tidak berani menolong Ivanka.
"Ini baru hal kecil, yang ku berikan untuk merasakan sakit, yang ku alami padamu! aku akan berikan lagi rasa sakit yang lebih besar lagi, yang pernah kamu lakukan padaku!!" dengus Carla, lalu berbalik dari depan meja Ivanka.
Carla membuka dompetnya, lalu meletakkan uang dessert dan teh, ke atas meja tempat ia menikmati secangkir teh, yang tidak habis ia minum.
Lalu ia pun keluar dari toko dessert tersebut, dengan pandangan pelanggan toko, memandangnya tidak percaya.
"Bukankah putri Tuan Miller, gadis yang cengeng, dan suka mengamuk? tadi aura amarahnya terlihat begitu dewasa, tidak membabi buta seperti yang biasa ia lakukan!"
"Benar! dia dapat mengendalikan emosinya, membuat dia jadi terlihat begitu cantik!"
"Sepupunya yang ternyata jahat! bukan Carla!"
"Semoga saja Paman angkatnya tidak terpengaruh, dengan provokasi sepupunya ini!"
Bisikan para pelanggan toko terdengar Ivanka, memandang ke arahnya dengan tatapan dingin dan sinis.
"Pergi kalian! pergiii!!" teriak Ivanka dengan melengking, sampai wajahnya memerah.
Ia begitu malu jadi bahan perbincangan pelanggan toko, membuat wajahnya yang tersiram teh, terlihat semakin tidak enak di pandang.
"A.. aku ada urusan, maaf Ivanka, aku pergi dulu, ya!" temannya buru-buru meraih tas kecilnya, setelah meletakkan dua lembar uang di atas meja, ia pun setengah berlari meninggalkan toko dessert.
"Sialan! benar-benar sialan! teman macam apa kamu!!" teriak Ivanka dengan wajah yang merah padam begitu emosi.
Ia tidak menyangka, teman yang biasa ia percaya, teman curhat yang selalu setia mendengarnya, bisa ketakutan dan tidak perduli melihat ia ditindas.
Ivanka dengan keadaan berantakan, meninggalkan toko dessert.
Sementara itu di gedung Miller.
Rocky membawa hasil pemeriksaan kembali obat aspirin, yang biasa Bastian konsumsi.
Rocky masuk ke dalam ruang kantor Bastian.
Bastian terlihat sedang fokus menatap layar laptop, sembari jemarinya tanpa henti menekan keyboard laptop.
"Tuan!" panggil Rocky.
"Hmm.. " jawab Bastian tanpa berpaling sedikit pun pada layar laptop, sembari jemarinya terus bekerja dengan cepat.
"Hasil penyelidikan kandungan pada aspirin yang biasa anda konsumsi!" Rocky meletakkan selembar berkas ke atas meja kerja Bastian, "Hasilnya sudah keluar!"
"Bagaimana hasilnya?" tanya Bastian, tanpa sedikit pun berpaling dari layar laptopnya.
"Sepertinya ada seseorang yang menukar obat anda, Tuan!"
Tangan Bastian baru berhenti, begitu mendengar ada yang tidak beres pada obat sakit kepala, yang biasa ia minum.
Bersambung.....