NovelToon NovelToon
Leonel Alastair

Leonel Alastair

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Kontras Takdir
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Yu

Mengisahkan tentang perjalana kehidupan seorang anak bernama Leonel Alastair yang berasal dari keluarga Von Adler. Kecintaannya pada musik klasik begitu melekat saat dia masih kecil, demi nama keluarga dan citra keluarganya yang sebagai musisi.

Leonel menyukai biola seperti apa yang sering dia dengarkan melalui ponselnya. Alunan melodi biola selalu membawanya ke masa masa yang sangat kelam dalam hidupnya.

Namun perlahan seiringnya waktu berjalan, kehidupan dan minatnya berubah. Dengan bantuan seorang kakak angkat Raehan dia memiliki tujuan baru, dengan tujuan tersebut dia bertemu seseorang yang menempati hatinya.

Bromance!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: "Di Bawah Naungan Royalty School"

Pagi itu, Raehan berdiri di depan pintu kamar, memandangi Leonel yang sibuk merapikan tas sekolahnya. Langit sudah mulai cerah, tetapi di dalam hati Raehan, ada sesuatu yang masih menggantung. Dia tahu hari ini dia harus kembali ke kota untuk kuliah, tetapi entah kenapa ada rasa berat yang menahannya untuk pergi. Tatapan Raehan melembut saat melihat Leonel yang tampak polos, seperti anak kecil yang selalu ia lindungi selama ini.

"Kamu mau aku antar ke sekolah?" tanya Raehan, mencoba menyembunyikan kegelisahan di balik suaranya.

Leonel mengangkat wajahnya, menatap Raehan sejenak. Ada senyum tipis di bibirnya. "Mau. Tapi nggak usah lama-lama ya, kak. Aku tahu kamu ada kuliah."

Raehan hanya mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya dia tahu bahwa setelah mengantar Leonel, ia mungkin akan tetap berlama-lama di sekitar sekolah. Ada sesuatu tentang Leonel yang membuatnya ingin terus berada di sisinya, menjaga dan melindungi setiap langkah adiknya itu.

Mereka akhirnya pergi dengan motor Raehan yang sederhana, hasil dari kerja kerasnya di sela-sela kuliah. Raehan merasa bangga, tidak hanya karena bisa membelikan sesuatu dari hasil keringatnya sendiri, tapi karena motor itu bisa mengantar adiknya ke tempat di mana Leonel tumbuh dan belajar. Sekolah Royalty School, tempat Leonel bersekolah, adalah tempat elit yang menampung anak-anak berbakat dari berbagai kalangan, dari SD hingga SMA.

Ketika mereka tiba di depan gerbang sekolah, Raehan memperhatikan betapa megah dan luasnya bangunan sekolah itu. Sekolah ini bukan hanya tempat untuk belajar, tetapi juga tempat tinggal bagi banyak siswa yang memilih asrama di dalamnya. Raehan tersenyum tipis. Meski ia sering khawatir, setidaknya ia tahu bahwa Leonel berada di lingkungan yang aman.

"Kak," Leonel memecah kesunyian, menatap Raehan dengan pandangan jahil. "Boleh nggak, sebelum aku masuk, kamu kecup pipiku dulu?"

Raehan kaget mendengar permintaan itu, wajahnya memerah seketika. "Apaan sih kamu, Nel! Ini tempat umum, banyak orang!" protes Raehan, meskipun di dalam hatinya, ia merasa geli melihat betapa santainya Leonel meminta hal seperti itu.

Leonel tertawa kecil, senyum di wajahnya semakin lebar. "Ayolah, kak. Nggak apa-apa, cuma kecupan kecil kok," katanya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Raehan.

Raehan menggerutu, tapi akhirnya ia mengalah, meskipun dengan wajah yang masih merah padam. Ia mengecup pipi Leonel dengan cepat, seperti kilat, berharap tidak ada yang melihat. "Sudah, sana masuk. Kamu terlambat nanti."

Leonel tertawa lagi, puas melihat ekspresi kakaknya yang kebingungan. Ia tahu betapa kakaknya menyayanginya, dan momen-momen kecil seperti ini adalah cara Leonel untuk merasakan kasih sayang Raehan yang tak pernah habis.

Tepat ketika Leonel masuk ke gerbang sekolah, seseorang memperhatikan mereka dari jauh. Julian, kakak kelas Leonel di SMA yang juga masih satu sekolah dengannya, berdiri di tepi lapangan. Matanya menajam ketika melihat Leonel diantar oleh seseorang yang tak ia kenal. Ada perasaan tak nyaman dalam dirinya setiap kali melihat Leonel terlalu dekat dengan orang lain, bahkan dengan keluarganya sendiri.

Julian mendekati Leonel di lorong sekolah, wajahnya tampak serius. "Siapa yang nganter kamu tadi pagi?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.

Leonel yang masih dalam mood santai hanya melirik sekilas ke arah Julian sebelum melangkah lagi. "Itu Raehan, kakakku."

Julian mengernyit. "Kenapa dia harus antar kamu? Aku bisa saja menjemputmu kalau kamu butuh."

Jawaban Leonel masih dengan nada cuek, seperti biasa. "Aku nggak butuh dijemput, kok. Lagipula, Raehan yang mau antar. Bukan urusan siapa-siapa."

Julian terdiam, bibirnya terkatup rapat. Ada rasa jengkel yang menyelinap di dadanya, meski ia tak mengungkapkannya. Leonel memang selalu terlihat acuh, tapi itulah yang membuat Julian semakin terobsesi. Ada perasaan aneh yang muncul setiap kali melihat Leonel dekat dengan orang lain—seolah ada sesuatu yang hilang darinya, meski ia tak bisa menjelaskan apa itu.

Leonel terus berjalan tanpa peduli pada tatapan Julian yang masih tertinggal di belakangnya. Pikirannya berputar pada hari-hari yang akan ia jalani di sekolah. Meski suasana biasanya tenang, hari ini terasa sedikit berbeda. Gento, kakak kedua yang selalu membuat Leonel merasa tidak nyaman, sedang bersama kekasihnya dan tidak menggangunya di sekolah hari ini. Itu berarti Leonel bisa menjalani hari-harinya tanpa tekanan dari Gento yang selalu membuatnya merasa tidak cukup baik.

Di kelas, Leonel membuka buku catatannya, bersiap untuk pelajaran pertama. Ia tidak bisa menghilangkan senyum kecil di wajahnya saat memikirkan Raehan. Bagaimana pun juga, kakaknya adalah satu-satunya orang yang selalu membuatnya merasa diterima apa adanya. Tidak peduli betapa seringnya ia merasa tersesat atau diabaikan oleh keluarga lain, Raehan selalu ada, seperti bintang yang bersinar di tengah malam yang gelap.

Sementara itu, di luar gerbang sekolah, Raehan masih berdiri di samping motornya. Ia melihat ke arah gedung sekolah dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bangga karena melihat Leonel tumbuh begitu dewasa, tetapi juga ada kekhawatiran yang tidak bisa ia abaikan. Seolah ada sesuatu di dunia ini yang masih bisa menyakiti adiknya, dan Raehan tidak tahu apakah ia bisa selalu ada untuk melindunginya.

"Leonel... kamu harus kuat, ya," gumam Raehan pelan sebelum akhirnya memutar motor dan kembali ke arah kota.

Di sekolah, hari itu terasa panjang bagi Leonel. Meski Gento tidak ada, bayang-bayang Julian yang selalu mengamatinya dari jauh membuatnya sedikit tidak nyaman. Namun, ia memilih untuk tidak memikirkan hal itu terlalu lama. Ada hal-hal yang lebih penting untuk dipikirkan—seperti bagaimana caranya ia bisa terus merasa damai di tengah kekacauan yang sering kali datang menghampirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!