"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Nino datang
Purnama mempersilahkan Nino masuk kedalam rumah, bila dengan Nino dia memang ramah karena Purnama tau pria ini sudah kenal lama dengan Ibu nya. kata nya dulu dia sempat mau menikahi Laras saat Ibu nya Purnama jadi janda, namun tidak terjadi karena mungkin itu cuma gosip saja di antara mulut para tetangga.
Sebab cinta Nino pada Sarah sejak dulu sudah mengakar, rasa trauma setelah melihat kematian Sarah begitu. maka nya dia tidak ingin wanita lain lagi, cinta nya hanya untuk Sarah saja, sejak saat itu Nino tidak pernah dekat dengan wanita mana pun, walau hanya teman sekali pun dia tidak pernah lagi dengan wanita.
Purnama menganggap Nino sudah seperti Ayah sendiri dan hubungan juga sangat dekat, Zidan pun tidak masalah. dia tau Nino orang yang baik juga, maka nya mau Purnama menyuruh masuk kedalam rumah pun dia santai saja. lagi pula cuma Nino yang di sambut oleh Purnama, yang lain mana pernah.
Kadang Nino juga datang untuk numpang makam siang, Purnama malah suka bila Nino datang untuk makan siang bersama. kasihan juga bila hanya makan di rumah sendirian, Nino memang hanya tinggal sendiri akibat tidak punya sanak keluarga yang mengurus untuk sekedar membuat sarapan dan juga makan siang, bila lelaki tentu tidak akan telaten masak setiap hari.
"Makan lah apa ada nya ya, Pakde. aku tidak masak banyak hari ini." Purnama memberikan sayur kangkung dan ayam goreng saja.
"Ini loh udah enak, kamu pinter masak memang." puji Nino tersenyum.
"Selain pintar masak dia juga sangat cantik ya, Pakde." Zidan juga memuji istri nya.
"Wah pasti lah itu, kamu jangan sampai macam macam sama dia!" Nino menatap Zidan sambil bergurau.
"Mana bisa aku macam macam sama dia, kalau enggak sama dia ya aku lemas lah." seru Zidan sambil tertawa.
"Udah jangan ngomong terus, ayo makan dulu!" Purnama juga mengambil piring untuk makan.
Layak nya memang sebuah keluarga karena selama ini Zidan juga santai saja bila Nino datang, tidak ada hal buruk tentang pria satu ini yang bisa membuat mereka tidak suka. malah kadang mereka kasihan melihat nya, orang orang suka sekali menggunjing Nino karena sudah tua pun tidak pernah merasakan menikah dengan wanita.
"Kabar di luar sana kalian sudah dengar?" tanya Nino pelan.
"Halah ndak usah di pikirin lah, ini juga bukan sekali dua kali." Purnama cuek saja.
"Aku tidak suka dengan orang yang seenak nya saja bicara, tidak punya pikiran!" Nino sangat geram bila ingat dengan Risman dan Lubis yang suka menggunjing.
"Abaikan saja, Pakde! Purnama juga meras aitu bukan hal yang penting, toh kami bukan sekali ini di fitnah." Zidan juga tidak terlalu memikirkan nya.
"Pakde cuma takut kalau kalian jadi merasa kesal, sebab mereka juga keterlaluan! padahal mereka yang membunuh itu belum tentu berkaitan dengan hal ghaib." ujar Nino.
Purnama mengangguk dan sebentar menatap mata nya Nino, dia baru sadar bahwa tidak bisa membaca pikiran pria tua ini. mungkin Nino punya pegangan semasa muda dulu, karena dia sering menolong Laras yang bergelut dengan hal ghaib ketika masih bersuamikan Rahmat yang mengambil pesugihan, bisa jadi karena itu dia punya pegangan.
"Kau lihat pria itu, Bagas?" Aksara menunjuk Nino yang sedang makan.
"Ya lihat lah, kau pikir mata ku ini buta!" sergah Bagaskara.
"Oh ku kira kau buta karena tidak pernah melihat wanita lain selain istri nya orang." sindir Landak telak.
"Sebelum jadi istri orang aku sudah mencintai dia!" Bagaskara tidak mau kalah.
"Sekarang kan sudah jadi milik nya Zidan, lebih baik kau cari yang lain lah!" saran Aksara.
"Nino itu bujang tua karena patah hati, kau mau jadi bujang tua karatan sampai kapan pun tidak punya pasangan." Landak menjelaskan jati diri Nino.
"Aku ini iblis! berapa kali harus ku katakan bahwa aku adalah iblis." Bagaskara pusing sekali menghadapi Landak dan Aksara.
"Lalu apa urusan nya bila kau ini iblis? kami juga iblis kok, bahkan semua yang ada di sini iblis juga." Landak berkata santai.
"Hentikan lah cinta mu pada Purnama, kau bisa lihat itu Xiela atau Xiefa yang sangat cantik." Landak memberikan rekomendasi.
"Kalau kau pusing mau memilih di antara dua itu, kau pilih lah Leha saja!" celetuk Aksara.
Bagaskara tidak ingin memperpanjang pembicaraan nyeleneh ini, bisa bisa nya pria setampan dia malah di jadikan dengan Leha si cacing bencong yang tegak saja tidak bisa mau lurus akibat pinggang nya yang bengkok.
"Bukan nya Xiefa sudah sama Wira?" tanya Jalak ikut masuk saja.
"Ih siapa ini? sorry ya kamu bukan circle kami." tolak Aksara tidak mau ngobrol bersama iblis lain selain teman nya saja.
"Gila ya kau!" Jalak marah sekali karena malah di abaikan begini oleh Landak dan juga Aksara.
Sungguh random sekali kelakuan para member Purnama kalau sudah kumpul begini, mana sekarang semakin banyak juga jumlah nya sehingga macam macam lah sifat yang ada di agensi ini, paling nanti ketua agensi naik darah bila sudah keterlaluan. yang paling bandel ya burung hantu dan wanita api, dia itu begitu susah untuk di atur.
"Aku membawakan mu air bambu yang sangat manis." Wira mendekati Xiefa yang sedang duduk di atas batu.
"Terima kasih." jawab nya sangat kalem sekali, beda dengan sang adik.
"Kamu lagi ngapain di sini sendirian,tidak gabung dengan yang lain?" Wira juga ikut duduk.
"Tidak ada yang cocok, sebenar nya aku ingin berteman dengan dewi kucing hitam." Xiefa jujur saja.
"Lalu kenapa tidak berteman?" Wira penasaran juga jadi nya.
"Dia selalu bersama dengan kekasih nya, kadang bila sedang tidak sama Sam, dia bersama dengan Menik." Xiefa malu mau mendekati duluan.
"Ya tinggal datang saja kalau Nana lagi sama Menik, kan bisa sama sama berteman. lihat adik mu yang berjuang mati matian ingin berteman dengan Nilam, walau selalu di tolak." Wira memang tau bahwa Xiela ingin berteman dengan Nilam dan Maharani.
"Anak satu itu memang tidak tau malu." jawab Xiefa pula.
Wira berdehem sebentar karena dia sangat kagum melihat rambut Xiefa yang begitu bagus sekali, ingin menyentuh nya karena penasaran dengan lembut nya rambut si gadis cina.
"Kamu meninggal karena apa, Fa?" tanya Wira membuka obrolan lain.
"Di bunuh oleh Ibu ku sendiri." jawab Xiefa menatap Wira.
Yang di tatap agak kaget karena mendadak saja jawaban dan tatapan itu, kaget karena jawaban dan juga kaget dengan mata indah Xiefa yang sangat bagus sehingga mampu menggetarkan hati laki laki.
atau jangan² ini ulahnya pak lurah lagi
dan yg pasti,slah 1 d antara mreka adlh plakunya...