Jatuh Cinta Dengan Pria Psikopat
Teriakan penuh histeris seorang pria paruh baya terdengar menggema di salah satu lorong bawah tanah sebuah mansion mewah. Dibalik keindahan mansion itu, tersimpan sebuah rahasia besar yang hanya diketahui oleh keluarga inti saja.
"Argh! Sakit!!"
"Cepat katakan! siapa yang menyuruhmu menggagalkan rencana ku!"
Pemuda itu menatap sinis kearah pria tua yang duduk meringkuk di atas tanah. Meskipun pada kenyataannya tangan pemuda itu sudah gatal ingin mencabut nyawa pria tua itu dalam sekejap. Hanya saja, hatinya tidak akan puas membiarkan seorang penghianat mati dengan mudah.
"Setrum dia sampai dia mau mengatakan yang sebenarnya!"
Bzzzt
Bzzzt
Bzzzt
"Argh!! Sakit!"
"Aku tidak akan angkat bicara! Karena aku sudah bersumpah akan setia sampai mati!" teriak pria tua itu dengan suara bergetar menahan rasa sakit dan ngilu luka di tubuhnya.
Pemuda itu tersenyum menyeringai mendengar perkataan pria tua itu.
"Benarkah? Aku masih ingin melihat sejauh mana kesetiaan mu kepada pria busuk itu!"
Pemuda itu mengeluarkan pisau tajam kesayangannya sembari tersenyum menyeramkan.
Sreek
Sreek
Sreek
Tanpa rasa takut ataupun jijik pemuda itu mengeluarkan seluruh organ bagian dalam tubuh pria tua itu sebelum memenggal kepalanya.
Para anak buah pria itu merinding sekaligus mual melihat aksi bejad tuan mereka. Namun, mereka harus kuat menyaksikan adegan sadis itu kalau tidak mau menggantikan posisi pria tua itu.
"Buang tubuhnya ke laut!" perintah pemuda itu dengan aura membunuh yang kental. Ia tidak mau jejak pria itu terendus oleh saingan bisnisnya.
Dengan tubuh berlumuran darah, pemuda itu keluar dari ruangan bawah tanah. Pemuda itu lalu masuk ke kamarnya dan melangkah menuju kamar mandi.
Air shower membasahi seluruh tubuhnya hingga menghapus semua jejak darah yang menempel di tubuh maupun pakaiannya.
Orlando Kalvino Dirgantara Gultom. Setelah dewasa Orlando akhirnya tumbuh menjadi pemuda yang begitu tampan.
Setelah menginjak usia 23 tahun, Orlando memutuskan mengajar sebagai seorang dosen di salah satu kampus bergengsi di Italia. Ia dikenal sebagai dosen killer dingin dan pelit dengan nilai.
3 tahun telah berlalu. Orlando masih belum bisa merelakan kepergian ibunya. Ia hanya bisa memendam perasaan sedih dan kecewa di dalam hatinya seorang diri.
#
#
Di kediaman Arnold
David tak henti-hentinya menghela napas memikirkan hubungan keluarga kakaknya. Setelah Karina meninggal. Hubungan Ocean dan salah satu putranya menjadi dingin.
Orlando begitu marah kepada Ocean atas kematian Karina. Andai saja Ocean tidak mencampuri kehidupan pribadi Sean 5 tahun lalu. Karina tidak akan meninggal. Itulah yang tertanam di bena pemuda itu.
Sudah tiga tahun berlalu. Namun, hubungan mereka tak kunjung membaik.
Kedatangan putrinya membuyarkan lamunan David.
"Enza! Darimana saja kamu?" tanya David dengan mata melotot. Suara bariton pria paruh baya itu menghentikan langkah Vicenza Maxima Arnold.
"Enza habis pulang kuliah, Dad. Enza capek seharian di kampus. Enza mau mandi dulu." sahut Enza buru-buru naik ke lantai 2 menuju kamarnya.
David menghela napas melihat sikap cuek putrinya. Beberapa hari ini sikap Enza tiba-tiba berubah drastis tanpa alasan yang jelas.
Di dalam kamarnya
Enza mengeluarkan sebuah kado yang baru saja dia beli di mall. Kado itu akan Enza berikan kepada pria yang sangat dicintainya beberapa tahun ini.
"Besok dia akan berulang tahun. Aku yakin dia akan tinggal sendirian lagi setelah ditinggal Uncle pindah ke Indonesia." gumam Enza tersenyum tipis menatap foto seorang pemuda yang tersembunyi di galeri ponselnya.
Enza memutuskan mandi sebelum turun ke lantai satu makan malam keluarga. Ia yakin sebentar lagi ibu dan kedua saudaranya pulang kerja.
#
#
Di ruangan makan
"Bagaimana dengan kampus barumu, Nak? Apa kamu menyukainya?" tanya Christine dengan tatapan lembut.
"Sure, Mom. Enza sangat menyukainya." sahut Enza sembari mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Mommy harap kamu bisa mengubah sikap kerasa kepalamu. Bagaimanapun sekarang kamu sudah menginjak usia dewasa dan cukup matang memikirkan sebuah pernikahan." celetuk ibunya tiba-tiba membuat Enza terdiam.
"Sayang, Enza masih muda. Usianya belum cukup matang menikah dalam waktu dekat."celetuk David menatap istrinya dengan penuh peringatan.
"Aku hanya sedang mengingatkan putri kita, sayang." balas Christine dengan wajah serius.
Entah mengapa selera makan Enza tiba-tiba hilang mendengar ucapan ibunya.
"Enza tiba-tiba ingat kalau Enza masih punya tugas yang belum diselesaikan. Enza pamit ke kamar dulu Mom, Dad." ujar Enza menyudahi makan malamnya.
Enza buru-buru kembali ke kamarnya menghindari perdebatan kedua orang tuanya.
Vicenza Maxima Arnold. Enza merupakan anak ketiga David dan Christine. Gadis berusia 21 tahun itu sekarang berkuliah di salah satu kampus bergengsi swasta di Italia beberapa hari ini. Enza memutuskan kembali ke Italia setelah menetap selama 1 tahun di Inggris.
#
#
Orlando duduk di kursi meja bar salah satu ruangan khusus kediaman orang tuanya. Ia melirik sekilas kearah layar ponselnya saat mendengar sebuah notifikasi pesan WhatsApp.
[Apa yang sedang kamu lakukan? Apakah besok kamu memiliki jadwal mengajar?]
Orlando terlihat tidak menggubris pertanyaan dari pengirim pesan itu. Ia malah meneguk segelas wine dalam sekali teguk.
"Madre. Orlando begitu merindukan, Madre." gumam-nya meneteskan air mata.
Tiga tahun ini hanya dengan minum alkohol dan mabuk Orlando bisa tidur dengan nyenyak. Pria itu tidak akan bisa tidur nyenyak dalam keadaan sadar. Setelah kepergian Karina. Orlando sering kali bermimpi buruk dan mengalami gangguan kecemasan.
Keesokkan harinya Orlando menjalani hari-harinya seperti biasa.
Beberapa mahasiswa dan mahasiswi terlihat berlalu lalang menuju ruangan kelas mereka masing-masing.
Orlando melewati mereka dengan wajah datar dan dingin. Siapapun tidak ada yang berani berkomentar maupun mengkritiknya secara langsung.
Dibalik sikap dinginnya. Beberapa mahasiswi cukup terpikat dengan ketampanannya. Hingga tak ayal mereka dengan senang hati mengulang mata kuliah yang diampu oleh Orlando agar bertemu dengan dosen muda, tampan dan berprestasi sepertinya.
Tok
Tok
Tok
"Masuk!" sahut Orlando tanpa mengalihkan pandanganya dari laptopnya.
Gadis itu menatap wajah cuek Orlando dengan perasaan canggung.
"Apa kedatangan ku mengganggu pekerjaanmu?" tanya Gadis itu meletakkan sebuah bingkisan di atas meja Orlando.
"Aku hanya ingin memberikan hadiah kecil ini. Selamat ulang tahun. Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu." lanjut Gadis itu saat tidak mendapatkan jawaban dari Orlando.
Orlando tetap diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan menatap wajah gadis itu rasanya Orlando masih enggan.
Gadis itu pura-pura melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sepertinya aku harus kembali ke kelas sebelum Madam Karelia datang." ujar gadis itu sebelum keluar dari ruangan Orlando.
Dengan wajah sedih gadis itu kembali ke kelasnya. Sebentar lagi mata kuliah akan dimulai. Ia tidak ingin datang terlambat.
Orlando hanya menatap bingkisan itu dengan wajah tenang dan datar sebelum melanjutkan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Putri Chaniago
kok kek nyambung ke cerita keluarga Karina yg meninggalkan Ocean suaminya (sama-sama keturunan mafia) gara-gara wanita lain hamil anak kembar 3.
setelah dewasa bukannya Orlando menikahi lupa nama istrinya tp bkn Enza bahkan istri Orlando hamil kembar 5. Sean kembarannya tdk menikah n kembaran perempuan Orlando terjebak urusan dg mafia lain saat menjauh dari keluarganya.
jk bener maka kemana istri Orlando n anak-anaknya g salah Elle nama istri Orlando klo g salah y, dah lama sih bacanya
2024-09-30
0