NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa kita pernah bertemu?

Ketika Ricardo sampai di markas, langkah kakinya terdengar tegas di lorong-lorong bangunan megah itu. Kepalanya dipenuhi pikiran tentang percakapan dengan El Patrón, tetapi satu hal yang membuatnya ingin segera kembali adalah memastikan Adira aman.

Begitu dia tiba di depan pintu ruangannya, tangannya terulur untuk memutar gagang pintu. Namun, pintu itu tidak bergerak, seolah ada yang menghalanginya dari dalam.

Ricardo berhenti sejenak, matanya menyipit curiga. Sesuatu terasa tidak benar. Dia lalu mengalihkan pandangannya ke penjaga yang berdiri beberapa meter dari pintu.

Wajah pria itu memucat ketika mata tajam Ricardo menatapnya. Dengan cepat, penjaga itu mendekat, suaranya gemetar saat bicara,

"Maaf, Señor Ricardo, pintunya... Adira menutupnya dengan meja dari dalam. Kami... kami tidak berani mengganggu atau menyentuh apa pun. Saya mohon maaf."

Ricardo terdiam sebentar, mencoba mencerna apa yang terjadi. Dia tahu Adira pasti merasa sangat ketakutan dan mungkin masih merasa tidak aman di tempat ini.

Tanpa menunjukkan amarah atau kekecewaan, Ricardo mengangguk singkat kepada penjaga itu, mengisyaratkan bahwa dia memahaminya. Kemudian, dengan tenang dan tanpa tergesa-gesa, Ricardo mengangkat tangan kirinya, mengetuk pintu pelan dengan jari telunjuknya.

Tiga ketukan lembut menggema di pintu kayu itu, dan suara Ricardo yang dalam terdengar lembut di baliknya,

"Ini aku."

Dia menunggu beberapa detik, membiarkan kata-katanya meresap, berharap Adira memahami bahwa dia tidak perlu merasa terancam. Ricardo tahu bahwa Adira butuh waktu untuk merasa aman, dan meskipun dia bukan pria yang terbiasa bersikap sabar, untuk Adira, dia bersedia menunggu.

......................

Adira duduk gelisah di dalam ruangan Ricardo, dadanya sesak oleh ketakutan yang tak kunjung reda.

Setelah Ricardo pergi, perasaan tidak amannya semakin menguat.

Suara langkah kaki di luar, desiran angin yang melewati jendela, semuanya membuatnya semakin panik. Tanpa berpikir panjang, Adira mendorong meja berat ke depan pintu, berusaha menciptakan penghalang fisik antara dirinya dan siapa pun yang mungkin mencoba masuk. Dia tidak yakin siapa yang bisa datang, tapi di benaknya, dunia luar begitu berbahaya tanpa kehadiran Ricardo di dekatnya.

Setelah meja besar itu tergeser di depan pintu, Adira duduk di lantai dengan napas tersengal.

Ruangan yang mewah ini tidak lagi terasa nyaman baginya—ia merasa seperti burung dalam sangkar emas, terkurung di tempat yang penuh ancaman dari segala arah. Pikirannya bercampur aduk, memikirkan Ricardo, apa yang mungkin sedang terjadi di luar sana, dan mengapa dirinya terjebak di dunia ini.

Saat ketukan lembut di pintu terdengar, Adira terkejut. Suara Ricardo yang dalam dan tenang menyapa dari balik pintu, "Ini aku."

Hati Adira berdesir, suara itu begitu familiar, dan entah bagaimana memberinya sedikit rasa tenang.

Tapi kemudian, dia menyadari meja besar yang menghalangi pintu. Dengan segera, meski tangannya gemetar, dia bangkit dan mulai mendorong meja itu kembali ke tempatnya semula. Meja itu berat, tapi dengan seluruh kekuatan yang dia miliki, Adira berhasil menggesernya cukup jauh agar pintu bisa terbuka.

Setelah berhasil, Adira berdiri terpaku, menatap pintu yang kini terbuka sedikit. Dia masih merasa takut, tapi juga lega—lega karena Ricardo kembali.

Dia tahu, meskipun dunia di sekitarnya berbahaya, setidaknya di dekat Ricardo, ada rasa aman yang tidak bisa dia temukan di tempat lain.

Ricardo membuka pintu perlahan, dan sosoknya langsung terlihat oleh Adira yang masih berdiri di dekat meja.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Ricardo melangkah masuk, diikuti oleh Heriberto yang menjaga jarak di belakangnya. Adira merasakan campuran lega dan rasa bersalah, dia tahu tindakan defensifnya tidak diperlukan, tetapi ketakutannya menguasai dirinya.

Ricardo berdiri di dekat meja yang menjadi penghalang pintu, mengamati kondisi ruangan dan wajah Adira.

Dalam sekejap, dia mengambil beberapa file dari atas meja kerjanya dengan gerakan tenang dan terampil.

Setelah memastikan semuanya dalam keadaan baik, Ricardo menyerahkan file-file tersebut kepada Heriberto, yang langsung mengerti tugasnya tanpa perlu diberi instruksi lebih lanjut.

Heriberto segera beranjak pergi, meninggalkan Ricardo dan Adira berdua di dalam ruangan.

Ricardo menatap Adira, mencoba menenangkan suasana.

Dalam diam, dia merasakan kecemasan yang masih membayangi Adira. Meski tidak mengucapkan apa pun, kehadirannya di sini memberikan sinyal bahwa dia berusaha melindunginya.

Ricardo melangkah mendekat, wajahnya serius namun lembut, saat ia mengamati Adira yang masih berdiri di samping meja.

Dengan gerakan tenang, ia duduk di tepi meja, posisinya kini membuat mereka saling berhadapan.

Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan itu, keduanya merasakan ketegangan yang tidak terucapkan—sebuah ikatan yang sulit dijelaskan.

Dari posisinya, Ricardo terlihat lebih tinggi dan lebih besar, aura kehadirannya seakan menutupi ruangan. Jika mereka berdiri, perbedaan tinggi di antara mereka sangat mencolok.

Ricardo yang mencapai sekitar 195 cm, tampak menjulang di atas Adira yang hanya sekitar 165 cm. Namun saat ini, duduk di atas meja membuat mereka setara, memberikan kesempatan bagi Adira untuk merasakan kedekatan yang lebih intim.

Tatapan Ricardo dalam dan penuh perhatian, seolah mencoba menembus tembok ketakutan yang masih menghalangi Adira.

Sementara itu, Adira merasa jantungnya berdegup lebih cepat, merasakan kedamaian dalam tatapan Ricardo, meskipun situasi di luar masih penuh ancaman.

Di momen itu, keduanya seakan berada di dunia mereka sendiri, terpisah dari kekacauan yang mengelilingi mereka.

Mata Ricardo menatap Adira dengan kehangatan yang mendalam, seolah mengungkapkan kerinduan yang telah terpendam lama.

Meskipun hanya beberapa jam berlalu sejak mereka terakhir bertemu, rasa kedekatan dan ketulusan dalam tatapan itu membuat suasana di ruangan terasa lebih intim. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketertarikan; seolah-olah mereka berdua telah melewati banyak hal bersama, meskipun kenyataannya baru saja dimulai.

Ricardo merasakan kerinduan yang aneh, sesuatu yang tidak biasa baginya. Dalam hidupnya yang dikelilingi oleh kekerasan dan ancaman, Adira hadir sebagai cahaya yang menyinari kegelapan itu.

Dia mencoba menyampaikan semua perasaan itu tanpa kata, berharap Adira dapat merasakannya juga. Dalam momen hening itu, tatapan mereka berbicara lebih banyak daripada seribu kata, menciptakan jembatan emosional di antara mereka yang sulit untuk dipisahkan.

......................

Ricardo melirik pipi kanan Adira, melihat betapa lembut dan bersihnya kulitnya, meskipun ada sedikit keringat yang muncul di dagu akibat ketegangan yang dialaminya.

Dengan hati-hati, ia mengangkat tangan kiri, mendekatkan telunjuknya ke pipi kanan Adira. Perlahan, dia menyentuh wajahnya, gerakannya lembut dan penuh perhatian.

Saat telunjuknya menyentuh pipi, Ricardo menggerakkan ibu jarinya untuk menghapus keringat yang mengalir di dagu Adira. Meskipun ruangan ini dingin ber-AC, keringat itu mencerminkan usaha dan ketegangan yang telah dia alami saat mendorong meja berat sebagai penghalang.

Tatapan Ricardo tetap lembut, seolah ingin menenangkan Adira dan memberitahu bahwa dia tidak perlu merasa takut lagi.

Dalam momen itu, Adira merasakan kehangatan dari sentuhan itu, seakan semua beban di pundaknya sedikit terangkat.

Ricardo kembali memandangi mata Adira, merasakan kedalaman dan kehangatan yang ada di dalamnya.

Bagi Ricardo, mata Adira adalah bagian favoritnya. Sebuah jendela ke dalam jiwa yang penuh ketulusan dan kerentanan.

Dengan lembut, ia mengangkat tangan kanannya dan menghapus keringat yang menempel di batang hidung Adira, pergerakannya halus dan penuh perhatian. Ibu jarinya kemudian menyapu lembut keringat di atas bibirnya yang nyaris tak berbulu.

Saat Adira akhirnya membuka mulutnya untuk berbicara, mata Ricardo langsung terfokus padanya, penuh ketegangan dan antisipasi.

"Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Adira, suaranya lirih namun penuh rasa ingin tahu.

Pertanyaan itu menggantung di udara, dan Ricardo merasakan jantungnya berdebar. Kenangan lima tahun lalu muncul dalam pikirannya, momen ketika mereka bertemu di jalan yang berbahaya, saat Adira berusaha menolongnya.

Ia ingin menjelaskan, tetapi kata-kata terasa sulit untuk diucapkan. Semua emosi yang terpendam seakan berkumpul. Namun, Ricardo, dalam diamnya, berusaha memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkan Adira di tengah ketidakpastian yang mengelilingi mereka.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!