Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
"Chaby, yang bener dribblenya, kamu belum jadi-jadi. Kamu mau saya kasih nilai merah?"
Teriak pak Santo sangar.
Chaby mengerucutkan bibirnya. Keringatnya sudah bercucuran karena sejak tadi ia mati-matian belajar cara bagaimana mendribble bola basket dengan benar meski belum jadi-jadi. Harusnya pak Santo menghargai usahanya, bukan malah memarahinya. Kan baru sekarang juga ia menyentuh basket.
"Udah nggak usah sedih, kan pak Santo emang galak orangnya."
Bujuk Pika ketika melihat Chaby menekuk wajahnya. Mereka tidak sadar Decklan sedang memperhatikan mereka dari seberang. Ekspresi cowok itu tak terbaca dan pandangannya hanya fokus kesatu titik,
Chaby
Entah apa yang membuatnya tertarik untuk mengamati setiap gerak-gerik gadis itu sejak tadi.
"Ngapa lo? Tumben banget perhatiin adek lo." seru Andra mengikuti arah pandangan Decklan. Dia tidak tahu saja siapa sebenarnya yang di perhatikan tuh cowok. Bukan Pika tapi gadis yang lain.
"Main yuk."
Ajaknya kemudian. Ia berdiri mengambil basket yang berada tak jauh darinya dan di melemparnya ke arah Decklan, tapi lemparannya cukup kuat hingga melewati Decklan yang malah membiarkannya, alhasil bola itu melayang melewatinya dan berakhir mengenai kepala seseorang.
Bukk !!!
Orang yang terkena lemparan itu terdiam,
Satu detik,
dua detik,
tiga detik,
empat detik...
"Arrhghh..."
Sebuah teriakan keras terdengar menggelegar di seluruh lapangan.
Semua murid yang masih berada dalam lapangan menoleh ke sumber teriakan itu, termasuk Decklan, Bara dan Andra sih biang keladi. Mereka menunggu reaksi gadis yang sekarang terdiam setelah berteriak akibat terkena bola hasil lemparan Andra. Tak lama kemudian ia kembali bersuara.
"Hwaaaa... Kenapa sih hari ini semua marahin aku. Tadi Pika, terus pak Santo, sekarang bola itu juga, hwaaaa.."
Seru Chaby merajuk sambil membanting-banting kakinya dilantai, membuat para penghuni lapangan itu menertawainya, namun banyak juga yang merasa tingkahnya terlalu berlebihan dan sengaja mau cari perhatian.
Pika yang namanya di bawa-bawa merasa tidak terima, ia tidak pernah merasa marahin cewek yang sekarang sudah duduk di lantai dengan wajah cemberutnya itu, sedang pak Santo, guru killer itu tidak sempat mendengar ucapan Chaby karena sudah menghilang dari lapangan di panggil kepala sekolah tadi.
Decklan mengira gadis itu akan pingsan setelah terkena bola. Melihat fisiknya yang lemah itu membuatnya berpikir demikian. Tapi ternyata tebakannya salah. Tak disangka-sangka gadis itu malah bereaksi lain tidak seperti tebakannya.
Sekarang ia melihat gadis itu merengek seperti anak kecil dan menyalahkan orang lain bahkan ikut menyalahkan bola basket yang terkena kepalanya. Yang benar saja. Semua menertawai tingkah konyol gadis itu termasuk Decklan. Ia tak bisa menutupi rasa lucunya, meski hanya sebuah kekehan kecil yang tak akan terlihat oleh orang lain kalau tidak diperhatikan. Tak berselang lama, ia melihat Andra berlari kecil menghampiri Pika dan Chaby. Ia sendiri tidak mau berlama-lama lagi di lapangan itu dan memutuskan pergi, sedang Bara sibuk dengan kegiatannya sendiri sejak tadi.
"Hei, lo nggak apa-apakan?"
Tanya Andra menatap Chaby. Gadis itu mendongak membalas tatapan cowok itu dengan wajah masam dan penuh permusuhan.
"Oh jadi kak Andra yang lemparin bola ke Chaby?" seru Pika sambil berkacak pinggang di depan Andra. Andra malah memasang senyum lebar.
"Gue nggak sengaja Pik. Bener deh." katanya masih dengan senyum lebarnya.
"Kak Andra tuh ya, bener-bener deh."
"Heheh. Tapi benerkan temen lo ini nggak apa-apa?"
Andra menatap Chaby lagi tapi gadis itu malah membuang muka memperlihatkan tampang sebalnya membuat pandangan pria itu berpindah ke Pika lagi dengan raut wajah seperti menanyakan " kenapa tuh temen lo"?
"Hai kak Andra."
"Hai kak Andra."
Suara Nindy dan Lila membuat perhatian Andra terbagi. Ia balas menyapa mereka dengan senyum tipis. Cowok itu memang terkenal paling ramah dibandingkan kedua sahabatnya Decklan dan Bara, makanya Nindy dan Lila berani menyapanya. Pika mendengus menatap tidak suka pada kedua teman sekelasnya itu. Dasar tukang cari perhatian, batinnya. Ia kembali melirik Chaby yang masih duduk di lantai dengan raut wajah cemberut andalannya.
"By, berdiri yuk kita kekantin aja, gue bosen nonton ratu drama disini. Kalo di kantin kan kita bisa makan enak." ajaknya mengulurkan tangan membantu Chaby berdiri.
Mendengar makanan enak, wajah Chaby berubah sumringah. Semua rasa kesalnya tiba-tiba hilang. Gadis itu cepat-cepat berdiri dari lantai lapangan membuat Pika yang melihat perubahan gadis itu menggeleng-geleng takjub.
"Dasar labil." katanya menarik tangan Chaby keluar dari lapangan.
Andra menatap kepergian dua gadis itu dari lapangan. Ia ingin mengikuti mereka tapi terhalang adik-adik kelas yang tidak dikenalnya itu. Astaga, mereka semua kenapa sih. Lama-lama ia jadi kesal.
Pika kebelet saat perjalanan ke kantin dan buru-buru ke toilet, mau tak mau Chaby harus mengantri makanan di kantin sendirian. Sebenarnya ia senang mengantri sendirian kayak gitu, biar bisa pilih makanan kesukaannya. Gadis itu tersenyum sendiri merasa senang.
Saat sampai gilirannya, ia cepat-cepat menyodorkan piring ke pekerja kantin yang bertugas membagikan makanan, tangannya menunjuk-nunjuk ke beberapa jenis makanan yang telah tersedia didepannya. Tangannya berhenti dan menunjuk ke ayam bakar dan petugas kantin langsung mengisi piringnya dengan makanan yang ia tunjukan. Ketika piringnya sudah terisi, ia dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba merampas piringnya dari belakang.
😭😭😭😭😭😭