Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Sepuluh
Cecil masuk ke apartemen kekasihnya dengan langkah pelan. Di dalam taksi, dia telah puas menangis. Meluapkan semua perasaan.
Hatinya sedih karena harus pergi meninggalkan mamanya. Dia tahu bagaimana perjuangan wanita itu saat papanya meninggal.
Namun, untuk berpisah dari Kevin, dia juga belum siap. Pria itu yang selalu memberikan perhatian padanya.
"Ma, seandainya Mama merestui hubungan aku dan Kevin, aku pasti akan sangat bahagia," ucap Cecil pada dirinya sendiri.
Cecil berjalan mendekati kamar yang biasa di tempati Kevin. Walau apartemen ini dia yang bayar sewanya, tapi dia tak pernah masuk ruang pribadi tanpa izin. Kevin juga sepertinya agak keberatan dia masuk kamar utama ini.
Dengan ragu akhirnya Cecil membuka juga pintu kamar itu. Lampu kamar di hidupkan. Kakinya mulai melangkah masuk. Matanya melotot melihat foto siapa yang ada di atas nakas samping ranjangnya.
Di atas nakas itu ada foto Kevin dan Mira dengan posisi cukup dekat dan akrab. Seperti sepasang kekasih. Cecil meraih bingkai itu dan mengamati foto mereka. Keduanya tampak sangat bahagia.
Dada Cecil sesak melihat kemesraan keduanya. Tidak mungkin mereka sekedar satu kampung saja. Mereka sangat mesra.
Cecil mencoba mengeluarkan foto dari bingkainya. Dia lalu membalikan foto itu dan makin terkejut saat melihat tulisan di belakangnya.
Semoga cinta kita abadi selamanya, tak ada yang bisa memisahkan.
Dada Cecil terasa nyeri dan sesak membaca tulisan di belakang foto itu. Dia menarik napas dalam, lalu menghirup udara banyak-banyak karena merasa pasokan udara di dadanya makin berkurang.
"Apa maksudnya ini? Apa Kevin dan Mira pasangan kekasih? Atau hanya mantan? Tapi kenapa foto yang terpajang bukan fotoku, tapi justru Mira?" Cecil bertanya-tanya dalam hatinya.
Tanpa bisa di bendung lagi, air mata jatuh membasahi pipinya. Dia merasa telah dibohongi. Jika pun mereka memang hanya mantan, tapi kenapa Kevin tak pernah jujur, tanya Cecil dalam hatinya.
Cecil lalu berdiri dan mendekati meja rias, membuka lacinya. Makin terkejut melihat ada beberapa buah alat kontrasepsi bagi pria. Pikiran buruk langsung hinggap di kepalanya.
"Untuk apa benda ini ada di sini? Apakah Kevin selalu melakukan hubungan dengan wanita lain?" tanya Cecil pada dirinya sendiri.
Cecil lalu mendekati lemari. Membuka pintunya. Dadanya semakin sesak saat melihat ada baju wanita. Dia pastikan itu bukan baju miliknya.
Tubuh Cecil terasa lemah. Dia akhirnya jatuh luruh ke lantai. Tangisnya pecah.
Wanita bisa kehilangan akalnya karena orang yang dia cintai. Oleh karena itu dia butuh tamparan ribuan kali agar dia sadar dan tahu diri. Allah biarkan tamparan itu berupa rasa sakit hati dari orang yang dia cintai sehingga logikanya berjalan dan tidak lagi menggunakan perasaan.
***
Setelah puas menangis, Cecil berdiri. Dia berjalan menuju dapur. Perutnya terasa lapar. Harus di isi dengan sesuatu. Gadis itu mencari sesuatu yang bisa di masak.
Tak ada bahan makanan yang bisa dia masak dan makan. Padahal kemarin dia memberi uang satu juta agar Kevin bisa membeli bahan makanan. Dia menarik napas dalam, mulai berpikir kemana uang yang dia berikan.
Cecil lalu berjalan menuju sofa. Gadis itu duduk dengan pandangan menerawang entah kemana. Mencoba menghubungi nomor gawai Kevin, tapi tak aktif.
Beberapa kali mencoba tetap saja tak ada jawaban. Padahal kemarin sebelum pulang kampung, Cecil meminjamkan satu gawainya untuk Kevin, karena dia mengaku kalau ponsel miliknya telah di jual buat kebutuhan.
Cecil lalu berjalan masuk ke kamar tamu setelah memesan makanan. Dia bermaksud untuk membersihkan kamar itu sebagai tempat dia beristirahat. Tak mungkin tidur di kamar utama, walau Kevin nya tak ada.
Lampu segera dihidupkan dan Cecil makin terkejut saat melihat pakaian wanita berserakan. Dia ingat itu baju yang pernah Mira pakai.
"Aku tak boleh berburuk sangka dulu. Siapa tau emang Mira hanya numpang nginap saja. Tak ada hubungan lagi antara mereka," ucap Cecil mencoba menghibur dirinya.
Semua baju yang berserakan itu dia kumpulkan. Cecil lalu berjalan menuju lemari. Lama dia berdiri di depan pintu, takut untuk membukanya.
Cecil takut melihat sesuatu yang tak diinginkan. Hatinya sudah hancur, dan takut akan tambah berkeping.
Namun, rasa penasaran membuat dia tetap menggerakkan tangan untuk membuka pintu lemari itu. Dadanya langsung terasa sesak melihat ada banyak baju wanita di dalamnya.
"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Kevin. Apa benar yang mama katakan, jika kamu bukan pria yang baik," ucap Cecil dalam hatinya.
Air mata kembali membasahi pipi gadis itu. Dia merasa dunianya hancur. Seperti dirinya yang telah diangkat setinggi-tingginya lalu dijatuhkan ke dasar jurang. Sakit sekali. Namun, dia akan tetap minta penjelasan atas semua ini.
Mungkin benar jika kita, jangan percaya terlalu banyak, jangan terlalu mencintai banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula. Jangan salahkan mereka yang mengecewakanmu, pada kenyataannya kamulah yang menempatkan diri untuk dikecewakan. Jangan terlalu berharap.
Ketika hati terlalu berharap kepada manusia maka Tuhan timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Tuhan sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Tuhan menghalangi mu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
Cecil keluar dari kamar itu. Dengan derai air mata, dia berjalan menuju keluar apartemen. Ingin mencari udara segar, dadanya terasa sesak. Gadis itu berjalan tanpa tujuan. Dia hanya ingin menghilangkan rasa sakit yang kini sedang dirasakan.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...