Santi sigadis kecil yang tidak menyangka akan menjadi PSK di masa remajanya. Menjadi seorang wanita yang dipandang hina. Semua itu ia lakukan demi ego dan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
“Kalian ini bagaimana, hanya menjaga satu anak gadis saja tidak mampu!” Mbah Jarwo murka, ia berbicara sambil berdiri, tidak lupa ia berdiri dibantu oleh tongkat.
Burhan, Bayan, dan Mak Erot hanya menunduk.Burhan dan Mak Erot ketakutan, sedangkan Bayan tidak peduli.
“Heiii jawab…” bentak Mbah Jarwo.
Bahu Mak Erot, dan Burhan tersentak mendengar suara bariton milik Mbah Jarwo, meski ia sudah tua, tapi marahnya cukup menyeramkan. Mbah Jarwo masih bisa berteriak keras, memekakkan telinga yang mendengarnya.
“Ma-af-kan ka-mi M-mbah, ka-mi janji akan men-carinya sampai ketemu...” Mak Erot berbicara dengan terbata-bata.
“Dasar manusia tololl,” potong Mbah Jarwo.
“Kamu kira saya akan percaya dengan ucapanmu Mak Erot, sekarang kamu kembalikan uangku yang seratus juta, kalau tidak rumah ini akan kami sita,” ujar Mbah Jarwo sambil menghisap rokoknya dalam- dalam, yang membuat kedua pipinya masuk ke dalam tulang wajahnya.
“Jangan mbah, saya mohon jangan, uangnya sudah saya belikan baju dan perhiasan Mbah,” Mak Erot bersimpuh di kaki Mbah Jarwo.
“Iya mbah, uangnya juga sudah saya pakai untuk ngapelin Dewi,” Burhan ikut-ikutan bersimpuh di kaki Mbah Jarwo sama seperti yang dilakukan ibunya saat ini.
Sedangkan kakek Bayan sendiri hanya duduk, ia merasa ia bahkan belum melihat uang bagiannya, jadi ia merasa aman-aman saja.
Mbah Jarwo tersenyum miring mendengar ucapan Burhan, “jadi seleramu janda bahenol juga ternyata,” ucap Mbah Jarwo.
Burhan mengangguk.
“Baiklah, kalau begitu, kamu bawa saya ketemu Dewi, saya akan melamarnya untuk menjadi istri ke tujuh ku,” ucap Mbah Jarwo.
Burhan semakin meraung dan memegang erat kaki Mbah Jarwo.
“Jangan Mbah jangan, Dewi milik saya Mbah kami sudah berencana menikah mbah,” isak Burhan, dan Mak Erot hanya mengangguk berharap Mbah Jarwo menghentikan otak gilanya itu.
Mbah Jarwo memberi isyarat kepada kedua bodyguard ya untuk menggeledah rumah mak Erot.
Kedua pria bertubuh gempal, dan berisi itu pun langsung menjalankan tugasnya.
“Heii itu mau ngapain?” teriak Mak Erot ketika melihat satu orang bodyguardnya masuk ke dalam kamarnya.
Mak Erot langsung bangkit, dan berusaha menghentikan bodyguardnya Mbah Jarwo untuk menggeledah kamarnya, namun Mak Erot langsung dihempaskan oleh bodyguard Mbah Jarwo itu.
Burhan hanya terdiam, begitu pula Bayan.
Tidak lama kemudian, kedua bodyguard itu datang dengan membawa sebuah kotak perhiasan, dan sebuah kotak uang. Di luar seluruh warga desa sudah berkumpul menyaksikan hal memalukan ini.
“Makanya jangan gila harta, cucu masih muda mau dinikahkan sama si Mbah Jarwo,”
Ucap salah seorang tetangga dengan suara lirih.
“Iya betul itu, Mak Erot dan bapaknya memang keterlaluan. Beruntung si Santi itu pandai, dia kabur bersama adik-adiknya,”
timpal tetangga lainnya.
“Bener, untung si Santi enggak gerot seperti Mak Erot,” tetangga lianya datang menimpali.
“Si Burhan juga gila, anak kandung mau dijual,”
“Kalian nggak tau aja si Burhan, si Burhan juga gatal dia udah berapa kali berzina itu sama si Dewi, semua orang juga tau.”
Para tetangga mulai menggibahi Mak Erot dan keluarganya secara terang-terangan.
“Heii…. Kalian semua diam, jangan mengurusi keluargaku, pulang kalian semua, bubarrrr,” pekik Mak Erot menggila.
Tapi para tetangga bukannya bubar, malah semakin liar menggosipi Mak Erot dan keluarga.
“Heiii wanita tua!” panggil Mbah Jarwo, seraya memasukkan seluruh perhiasan dan uang milik Mak Erot ke dalam tasnya.
“Tolonglah jangan sita harta kami, Santi pasti akan kembali,“ Mak Erot memohon di kaki mbah Jarwo, begitu pula dengan Burhan, sedangkan kakek Bayan hanya duduk menunduk saja.
“Menyingkir dari kakiku wanita tua!” perintah Mbah Jarwo, dua bodyguard itu langsung sigap menyingkirkan Burhan dan Mak Erot dari kaki Mbah Jarwo.
“Ambil semua perhiasannya,” perintah Mbah Jarwo kepada bodyguardnya, untuk mengambil emas milik Mak Erot yang masih menempel di tubuhnya.
“Tidak, jangan, tidak…” teriak Mak Erot, tapi tenaga bodyguard itu tentu jauh lebih kuat daripada tenaganya.
Sekarang mak Erot sudah seperti gembel. Satu perhiasan pun tidak ada yang menempel di tubuhnya, rambutnya pun sudah acak-acakan. Persis seperti orang yang hilang kewarasan.
Semua sudah disita oleh Mbah Jarwo, dari perhiasan, sisa uang, dan juga beberapa perabotan di rumah itu, sudah diangkut ke dalam mobil.
“Ini saya cek dulu di rumah, kalau masih ada kurang dari seratus juta, saya akan kembali lagi untuk mengambil sisanya. Jadi, kalian siap-siap saja,” perintah Mbah Jarwo, lalu menendangkan pintu rumah Mak Erot sebelum ia keluar dari rumah itu.
Mak Erot hanya bisa berteriak-teriak di rumahnya seperti orang gila. Ia sudah benar-benar gila.
“Mbah, mbah nggak jadi kan melamar Dewi? kan Mbah sudah menyita seluruh harta benda kami,” Burhan memohon kepada Mbah Jarwo sebelum mbah Jarwo masuk ke dalam mobil.
“Hahah” Mbah Jarwo tertawa, “kamu takut bersaing sehat denganku Burhan?” tanya Mbah Jarwo, Burhan terdiam menunduk.
“Heii, dengarkan aku jika si Dewi memang setia kepadamu maka dia tidak akan menerima pinangan ku, tetapi jika dia menerima pinangan ku, maka pria miskin sepertimu bisa apa?” sambung Mbah Burhan seraya menepuk-nepuk bahu Burhan.
“Burhan… Burhan… Dewi itu perempuan, selain mereka perlukan kepuasan mereka juga perlukan uang, uang adalah segalanya bagi mereka kaum perempuan. Kamu jangan lupakan satu hal itu. Bekerjalah lebih keras agar kamu bisa dikelilingi oleh banyak perempuan,” Jarwo berucap sebelum ia masuk ke dalam mobil, dan membiarkan Burhan seperti orang linglung.
“Dasar orang miskin,” ucap Mbah Jarwo lirih saat mobilnya sudah melaju.
"Burhan, uang yang sepuluh juta yang kamu habiskan untuk Dewi cepat minta Dewi untuk mengembalikannya," pekik Mak ERot.
"Mak, itu tidak mungkin terjadi, Burhan malu mak kalau harus meminta apa yang sudah berikan kepada Dewi,"
"Emak nggak peduli, cepat kamu minta sepuluh juta dari si Dewi," ujar Mak Erot.
"Makanya Mak ERot, kalau ingin sekali kaya, kamu saja yang menikah dengan mbah Jarwo, jangan cucumu yang kamu korbankan," ucap salah seorang tetangga.
"kurang ajar," ujar Mak Erot menggila, berlari mengejar tetangganya yang menyuruhnya menikah dengan mbah Jarwo itu.
Tetangganya itu pun berlari sekencang mungkin menghindari kegilaan mak Erot.
"orang gila, orang gila" ejek anak-anak di sana pula kepada mak Erot.
"Hei diam kalian, dasar anak-anak tidak berguna" ujar mak ERot meraup tanah, dan melemparkannya kepada anak-anak yang mengejeknya gila itu.
"sudah mak, sudah, kamu yang sabar" ujar Pak Bayan memegangi istrinya agar tidak mengejar anak-anak itu.
"Lepaskan saya pak, akan aku habisi anak-anak itu, mereka mengataiku gila pak," ucap Mak Erot.