Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
....
"sayang? bagaimana kondisi kamu? kamu nggak papa kan?" lirih mama reina
"mama? mama ngapain disini? di mana alun?"
"perempuan pengacau itu akan tetap tinggal di sini, kamu sudah baik baik saja kan? ayo pulang"
"nggak.... rain akan di sini dengan alun dan anak kami"
"sayang? itu tidak terjadi, bu-bukan kamu ayah anak itu.... mama mohon ayo pulang, pertunangan kamu dan zize sudah mama atur sayang"
"nggak!!!"
"kenapa sayang?! mama mohon ayo"
"nggak!! mama kenapa sih?! mana juga seorang ibu! harusnya mama mengerti kenapa rain seperti ini"
"oh kamu nggak mau ikut mama, lihat bagaimana mama akan bertindak"
rain yang masih pusing segera menyusul mamanya yang menuju ruang tengah, di sana ada alun serta nenek zey yang sedang menunggu rain siuman
tepat semenit rain pingsan mama reina juga datang tapi zize tak di izinkan masuk karena penjaga dari desa sedang berjaga di luar pintu masuk rumah nenek zey
"ALUNA!!!"
"mama! hentikan mama! mama!!!"
"kamu mencuci otak anak saya, hah?! sudah saya bilang pergi!! semua terjadi karena kamu!!!" tunjuk mama reina ke arah aluna yang masih terpaku di tempatnya
mama reina yang terbakar amarah mengambil vas bunga dan melemparkan nya ke arah aluna namun rain dengan cepat meraih vas bunga tersebut dan memecahkan nya ke lantai
"CUKUP!!"
"mama apa apaan sih?! hah?!! mama pikir jika rain amnesia permanen maka rain nggak bisa mendapatkan informasi apapun? mama salah!!! mama melupakan siapa satu bukti kehidupan rain selama ini! siapa aluna!! siapa anak di rahim aluna!!" bentak rain
"mama seorang ibu bukan? mama di posisi aluna apa mama sanggup hamil tanpa suami? bahkan mama harus bersembunyi di negara orang lain? mama nggak kepikiran betapa tersiksa nya rain mengetahui wanita yang begitu rain cintai kabur bersama anak kami hanya karena mama?! di mana hati mama!!! dia butuh daddynya mama, dia.... dia masih sangat kecil, apa mama nggak kasihan dengan aluna dan anak kami? ma.... untuk sekarang berhenti egois mama.... jangan hukum anak kami hanya karena satu tragedi, tidakkah mama terpikir? seandainya di Inggris bukan karena aluna yang melindungi ku dan raisa, mungkin rain sudah tiada mama... mama.... mama seorang ibu... mama tau rasanya berjuang hidup dan mati demi anak anak mama, tapi kenapa ma? kenapa mama tega dengan sesama wanita mama" lirih rain berlutut
"mama melakukan ini demi kebaikan kamu!!"
"lalu apa kata tante aiya jika tau aluna pernah di ambang kematian karena melindungi rain? hah?! mama jawab!!! apa!!"
"itu..."
"mama... tenangkan diri mama jangan biarkan dendam memuaskan diri mama.... mama pikirkan semua baik baik ma" lirih rain berusaha menenangkan mamanya
"tante... maafin aluna" lirih aluna juga mendekat
"kalian..." sendu mama reina
"ma... rain mohon, jangan seperti itu lagi ma... pikirkan cucu mama, dia cucu mama.... dia akan menjadi bagian dari kita, dia akan memanggil mama oma, apa mama nggak memikirkan betapa terlukanya tante aiya hari di mana mama merutuki aluna sebagai tersangka utama tragedi yang menimpa rain? tidakkah mama merasa bersalah pada wanita yang melindungi rain dengan nyawanya justru di salahkan kesekian kalinya? bahkan dia melindungi rain dari wanita jahat seperti raisa ma"
"aluna...." lirih mama reina
grep
"maafin mama sayang hiks maafin mama, mama di butakan kemarahan hingga memaksa kamu meninggalkan rain, harusnya mama meminta kamu terus di sisi rain hingga kalian benar-benar bersama"
"maafin mama sayang hiks maaf" tangis mama reina memeluk aluna dan rain
"maafin mama sayang maaf"
"aluna udah maafin tante" lembut aluna
"bahkan maaf pun rasanya tak cukup bagi tante sayang... kamu mau kan... menikah dengan rain?"
"ta-tante"
"kamu bisa tinggal di mana saja bersama rain, tapi menikah lah, ya?"
"NGGAK!! APA APAAN SIH TANTE REINA!! HARUSNYA AKU!!" teriak Zize
"Zize maafin tante nak" lirih mama reina merasa bersalah
BRUGH
"kamu! kamu menghamili aluna?! bagaimana bisa rain!! hah?! apa yang sudah kamu lakukan hah?!"
"papa hentikan" panik aluna menahan papanya
karena merindukan putri mereka yang berada di Swiss, mama aiya dan papa Morgan segera ke Swiss untuk melepas rindu, namun mendengar apa yang terjadi di dalam sana ia benar-benar syok
"saya berjuang sehidup semati saya agar anak saya baik baik saja tapi kamu rusak!!! ka-"
"papa cukup!!! aluna mohon...."
aluna melihat mamanya berderai air mata, aluna mendekati keduanya termasuk papanya, dengan lembut aluna meraih tangan mereka dan meletakkan di atas perut nya yang sudah bergerak gerak
"ma... pa... cucu kalian hanya ingin kalian berdamai, bukan menyalahkan daddynya atas semua kejadian ini, aku salah... karena terbuai kesedihan hari itu, rain pun mabuk, dan semua itu butuh keikhlasan kalian.... pikirkan si kecil di perut ku, jika dia lahir dia sangat membutuhkan kakek nenek nya dari mommy maupun daddy" lembut aluna berusaha mencairkan situasi
"papa.... papa nggak gagal melindungi alun... cuma si kecil sudah di takdirkan untuk tumbuh di rahim ku, ya? maafin daddy si kecil pa, dia pasti senang"
"sayang tapi ke-"
aluna menggeleng meminta agar mama dan papanya berhenti melampiaskan amarah mereka yang begitu menggebu-gebu
brugh
"maafin aku aiya, maaf" lirih mama reina berlutut
"maafkan kami" sendu papa flot yang sejak tadi hanya diam
"maafin kami om" lirih rain ikut berlutut
"berdiri! ini membuat kami merasa nggak nyaman" sinis mama aiya
"nggak sebelum aku mendapatkan maaf dari kamu"
"reina... biarlah waktu yang membantu kita merajut penyesalan masing-masing, kita akan tetap berkomunikasi demi anak rain dan aluna yang butuh kakek dan neneknya"
"aiya...."
"berdirilah"
"aduh aduh kalian terlalu dramatis, sudah sudah, ayo makan, saya sudah belikan banyak makanan tadi malam, karena tau situasi runyam akan segera menghiasi rumah saya"
"maaf ya nek?" kekeh aluna merasa tak enak
"tidak masalah, kalian bersama sudah membuat nenek bahagia, ya?"
"makasih nenekku sayang"
"oh ya? meja kaca dan vas bungaku tolong di ganti ya rain?" kekeh nenek zey
"i-iya" kikuk rain
.....
"tunggu?! bagaimana kamu mengetahui siapa aku dan kenapa aku-"
"sio"
"sio? bagaimana bisa dia...."
"saat aku masih dalam keadaan lumpuh dia datang dan menemuiku, dia menceritakan semuanya tanpa merubah atau menambah apapun, jadi aku mulai sering memimpikan mu hingga akhirnya aku yakin bahwa aku mencintai mu"
"begitu rupanya.... sio sangat banyak membantu"
"ya... dia satu satunya yang mau mengatakan semuanya tanpa meminta imbalan, ia hanya mau kakak ku aluna bahagia tanpa menderita seorang diri"
aluna mengangguk, rain mengusap perut aluna sambil menatap langit yang mulai menunjukkan cahayanya, yah perdebatan tengah malam itu berlangsung cukup lama hingga pagi dini hari
"apa jenis kelamin nya?" tanya rain
"aku nggak mau tau dulu, aku mau jadiin itu hadiah saat aku melahirkan nanti"
"baiklah"
"alun...."
"ehm?"
"aku mungkin lupa tapi aku akan membahagiakan kalian semampuku"
"baiklah"
cup
"tidurlah aku tau kamu lelah"
....
bersambung