Luka Dan Cinta
Namanya Adira, seorang wanita berusia 25 tahun, anak kedua dari lima bersaudara.
Ayahnya keturunan asli Padang, Indonesia. Sementara ibunya memiliki darah campuran Indonesia dan Pakistan, namun juga sama-sama bersuku kan Minang, memberikannya perpaduan kecantikan yang unik.
Adira, lebih banyak mewarisi ciri fisik dari ibunya, dengan kulit kuning langsat yang cerah, dan mata sendu yang membuat orang berpikir kalau dia mungkin sedang merenungkan sesuatu, dilindungi alis yang tebal dan teratur, seolah menyiratkan kekuatan dan keanggunan yang tersembunyi
Wajahnya manis, dengan hidung yang tidak mancung tapi juga tidak pesek, terlihat pas di wajahnya, seimbang dengan bibir tebal nya yang merah muda, tampak sensual alami.
Oh, juga ada tahi lalat kecil di kelopak bawah matanya yang kiri, menambah daya tarik sisi misteriusnya.
"Alhamdulillah, sampai juga di Tijuana, ughh.. pegel nya.."
gumam nya pada diri sendiri setelah kaki nya menyentuh tangga untuk turun dari pesawat, di Bandara Tijuana.
Badannya pegal - pegal karena duduk selama kurang lebih 25 jam penerbangan dari Bandung ke Tijuana, Meksiko.
Adira lantas mengambil handphone dari kantong celananya.
"Kabarin adik kesayang dulu deh, mumpung ingat, nanti di teror lagi kalau engga segera dikabarin." ujar Adira dalam hati.
"Dek, kakak udah sampai di Tijuana ya"
Begitu pesan WA nya kepada adik bungsu nya, dan langsung seketika di respon dengan balasan,
"Alhamdulillah kak kalo gitu, oke deh kakak have fun ya! Jangan lupa oleh-oleh nya lo! "
Senyum terukir di wajah Adira saat ia membaca balasan WA dari adiknya itu, dan hanya dibalas Adira dengan emoticon dua jempol.
Lahir dan tumbuh dalam keluarga yang cukup ramai, tak membuat Adira menjadi seorang ekstrovert, justru Adira malah selalu merasa nyaman dengan kesendirian, dirinya yang sangat menikmati momen-momen di mana dia bisa melarikan diri dari keramaian khas seorang introvert.
Baginya, berjalan sendirian bukan lah hal yang menakutkan dan membosankan seperti banyak orang kira.
Tapi, bagi Adira ini adalah bentuk pelarian dirinya, dari luka-luka yang banyak membekas dalam hatinya yang tak kunjung sembuh.
Kali ini, Adira, mencoba menyembuhkan luka-luka nya itu dengan pergi ke Tijuana, sebuah kota di Meksiko yang terkenal dengan keunikan budayanya.
Tijuana adalah kota perbatasan yang hidup, penuh dengan warna, musik, dan aroma makanan jalanan yang menggoda.
Adira pun kini berjalan menyusuri Avenida Revolucion, yang merupakan salah satu jalan paling terkenal di Tijuana, dan ia sangat terpesona oleh keragaman disana.
Di sepanjang jalan, mural-mural besar tampak menghiasi dinding bangunan tua disana, dengan suara tawa dan musik mariachi yang selalu terdengar seperti backsound nya kota itu.
"Waahh.. kotanya kok bisa hidup banget gini, orang-orang nya ramah-ramah lagi, disenyumin terus aku dari tadi, " Adira berbicara sendiri.
Pasar-pasar tradisional disana, menjual berbagai macam barang, dari kerajinan tangan lokal hingga kuliner khas Meksiko yang membuat lidah bergoyang.
"Hufff..Selesai juga beli oleh-oleh nya"
Adira menutup pintu hotel nya dan kembali keluar setelah membeli buah tangan terlebih dahulu. Itu Adira lakukan agar ia bisa dengan tenang menikmati tempat - tempat yang menjadi tujuan nya dengan tenang.
Tak terasa, hari pun sudah sore. Adira kini menuju ke Playas de Tijuana, pantai yang terletak di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat.
"Huaaa... bagus banget, mala lagi sepi lagi, beruntung banget deh kamu Adira"
Senyum Adira merekah melihat pantai yang indah dan sepi itu, ombak yang tenang dan angin sepoi-sepoi menemani langkahnya di atas pasir yang lembut. Di sini, Adira merasa benar-benar bebas.
......................
Di malam hari, Tijuana berubah menjadi kota yang dipenuhi cahaya dan kehidupan malam.
Musik dari klub-klub dan bar-bar lokal mengalir keluar ke jalanan, menciptakan suasana pesta yang penuh semangat.
Meski sendirian, Adira tidak pernah merasa kesepian disini, kebahagiaan selalu terasa di hatinya, ia sungguh menikmati setiap momen yang dia lewati di Tijuana.
Yang tanpa ia sadari, sebenar nya ia dalam bahaya. Sejak ia tiba di bandara tadi pagi, telah ada sepasang mata yang terus mengawasinya, milik seorang pria misterius, berpakaian rapi namun dengan tatapan yang penuh kewaspadaan.
Selalu berada di sekitar Adira, memperhatikan setiap gerak-gerik Adira, walau ia jadi ikut juga menjelajahi kota.
Pria itu memang tidak pernah terlalu dekat, namun selalu cukup dekat untuk memastikan bahwa Adira tak akan lolos dari pandangannya, menunggu saat yang tepat untuk menjalankan aksi nya tanpa cela.
Ya.. begitu lah Tijuana, dibalik keindahannya, memiliki sisi gelap yang tak banyak diketahui para wisatawan.
Para mafia dan geng kriminal menguasai beberapa bagian kota dan perdagangan manusia menjadi salah satu bisnis gelap yang berjalan dibawah permukaan.
Adira yang naif tidak menyadari bahwa kehadirannya di kota ini telah menarik perhatian orang-orang yang memiliki niat jahat, ia tak tahu bahwa seorang wanita muda yang berpergian sendirian adalah target yang sempurna.
Saat dia berjalan menyusuri salah satu gang kecil setelah keluar dari sebuah kafe, suasana mulai sepi.
"Ugh, kenapa tiba-tiba feeling gak enak nih? "
Adira membatin.
Angin malam yang dingin menyapu kulitnya, dan langkahnya mulai melambat.
"Balik ke hotel aja deh kayak nya-"
tetapi sebelum dia sempat berbalik, sebuah mobil hitam tanpa tanda menghampirinya dari belakang.
Dan dalam hitungan detik, semuanya berubah...
Tangan kuat tiba-tiba meraih tubuh Adira, menariknya dengan keras ke arah mobil yang kini berhenti tepat disampingnya.
"Hhmmmpptt!!! "
Adira berusaha berteriak, tapi mulutnya telah ditutupi oleh kain yang membuat suara nya teredam.
Seorang pria lain, dengan badan lebih besar menutupi kepalanya dengan kain hitam, memutus pandangan dari dunia luar.
Matanya membelalak dibalik kain hitam yang menutupi wajah nya, air mata mulai mengalir tanpa bisa ia kendalikan.
"Hhmmpphtt!! hmmpphhtt!! "
Adira meronta-ronta, berusaha melepaskan diri, namun kekuatan para penculik jauh diluar kemampuannya. Kedua tangannya segera diikat dengan tali kuat, membuatnya tak berdaya.
Mobil itu pun melaju kencang di jalanan kota, dan suara bising dari luar mobil terdengar semakin menjauh, menghilangkan harapan Adira untuk ditemukan oleh seseorang.
Ditengah keputusasaan, Adira sempat mencoba memberontak. Dia menggerakkan tubuhnya lagi, menendang sebisanya dalam ruang sempit dikursi belakang. Namun, perlawanan itu hanya berlangsung sekejap.
Pisau dilehernya ditekan lebih keras, dan dia mendengar suara berbisik dari pria yang mengawasinya
"Jangan bergerak, atau ini akan berakhir buruk."
Adira tak berani untuk bergerak lagi, hanya bisa menangis dalam diam, air matanya membasahi kain yang menutupi wajahnya.
Adira terjebak dalam ketakutan yang mencekam, dirinya yang hanya ingin berpergian untuk menyembuhkan luka lama malah menambah luka baru. Bahkan, ini berhasil menjadi goresan luka yang terburuk dalam hidupnya.
"Hikss.. Siapa orang - orang Ini .. sebenarnya aku mau dibawa kemana.." batin Adira.
Kini Adira hanya bisa menyerah dan pasrah, berharap nanti akan ada jalan agar dia bisa selamat dari para penjahat ini.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dewi Payang
Minang...👍 aku suka dengar bahasanya walau gak ngerti👌👍
2024-11-10
2
Dewi Payang
10 iklan buat kak author
2024-11-10
2
🥰Siti Hindun
hai kak Selin, aku mampir😊
2024-11-16
1