Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Adira di Tijuana

Namanya Adira, seorang wanita berusia 25 tahun, anak kedua dari lima bersaudara. Ayahnya keturunan asli Indonesia, sementara ibunya memiliki darah campuran Indonesia dan Pakistan, memberikannya perpaduan kecantikan yang unik.

Adira mewarisi banyak ciri fisik dari ibunya, termasuk kulit yang cerah dengan sentuhan kehangatan eksotis. Wajahnya manis, penuh kelembutan dengan mata sendu yang sering kali membuat orang berpikir dia sedang merenung.

Mata sendunya dilindungi alis yang tebal dan teratur, seolah menyiratkan kekuatan dan keanggunan yang tersembunyi. Hidungnya tidak mancung, tapi terlihat pas di wajahnya, memberikan keseimbangan yang harmonis pada fitur wajahnya.

Bibirnya tebal, atas dan bawah memiliki ketebalan yang sama, memberikan kesan sensual alami. Ada tahi lalat kecil di kelopak bawah matanya yang kiri, menambah daya tarik misteriusnya.

Adira tumbuh dalam keluarga yang ramai, tetapi selalu merasa nyaman dengan kesendirian.

Meskipun memiliki empat saudara kandung, dia menikmati momen-momen di mana dia bisa melarikan diri dari keramaian.

Sejak kecil, Adira sudah menyukai kebebasan. Dia suka menjelajah tempat-tempat baru, berjalan-jalan sendirian, menemukan sudut-sudut tersembunyi yang tidak diketahui banyak orang.

Baginya, berjalan sendirian adalah saat di mana dia bisa benar-benar berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

Ini bukan tentang kesendirian, tapi tentang kebebasan tanpa batas.

Keberaniannya menjelajah dunia semakin tumbuh ketika dia beranjak dewasa.

Liburan sendiri ke tempat-tempat yang jauh, bahkan ke luar negeri, menjadi hal yang biasa baginya. Adira tidak pernah ragu untuk pergi jauh, bahkan tanpa teman atau keluarga.

Sementara banyak orang merasa takut atau cemas bepergian sendiri, Adira melihatnya sebagai petualangan yang mendebarkan.

Setiap perjalanan adalah kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru, memahami budaya lain, dan lebih mengenal dirinya sendiri.

Kali ini, petualangan membawanya ke Tijuana, sebuah kota di Meksiko yang terkenal dengan keunikan budayanya. Tijuana adalah kota perbatasan yang hidup, penuh dengan warna, musik, dan aroma makanan jalanan yang menggoda.

Di sepanjang jalan, mural-mural besar menghiasi dinding bangunan tua, menampilkan seni jalanan yang penuh makna sosial dan sejarah lokal.

Suasana kota ini energik, dengan suara tawa dan musik mariachi yang selalu terdengar di latar belakang. Pasar-pasar tradisional menjual berbagai macam barang, dari kerajinan tangan lokal hingga kuliner khas yang membuat lidah bergoyang.

Adira terpesona oleh keragaman Tijuana. Kota ini adalah perpaduan sempurna antara budaya Meksiko yang otentik dengan sentuhan modernitas dari pengaruh Amerika Serikat yang hanya sepelemparan batu.

Di pusat kota, ia menemukan kafe-kafe kecil yang nyaman, di mana para seniman lokal berkumpul untuk berdiskusi atau menampilkan karya-karya mereka. Ada taman-taman indah yang tersembunyi di balik gedung-gedung tinggi, tempat Adira duduk sejenak, menikmati suasana sambil menyeruput secangkir kopi lokal.

Saat berjalan menyusuri Avenida Revolución, salah satu jalan paling terkenal di Tijuana, Adira merasakan getaran kota ini semakin kuat.

Jalanan dipenuhi dengan pedagang kaki lima yang menjual churros hangat yang dilapisi gula. Orang-orang di sekitarnya ramah, senyuman tulus selalu terlintas di wajah mereka saat mereka berinteraksi dengannya, bahkan dalam bahasa yang berbeda.

Sore hari, Adira menuju Playas de Tijuana, pantai yang terletak di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat. Ombak yang tenang dan angin sepoi-sepoi menemani langkahnya di atas pasir yang lembut. Di sini, dia merasa benar-benar bebas.

Pantai ini tidak hanya menawarkan pemandangan laut yang indah, tetapi juga pemandangan tembok perbatasan yang kontroversial, membuatnya berpikir tentang perbedaan dan batas-batas manusia yang terkadang tidak terlihat oleh alam.

Meski sendirian, Adira tidak pernah merasa kesepian. Setiap sudut kota Tijuana menjadi teman yang penuh cerita.

Baginya, perjalanan bukan hanya tentang tempat yang dikunjungi, tetapi tentang perasaan yang ia temukan dalam setiap langkah.

Tijuana dengan segala keunikannya mengajarkannya lebih banyak tentang kehidupan dan bagaimana budaya yang berbeda bisa hidup berdampingan dalam harmoni.

Di malam hari, Tijuana bertransformasi menjadi kota yang dipenuhi cahaya dan kehidupan malam.

Musik dari klub-klub dan bar-bar lokal mengalir keluar ke jalanan, menciptakan suasana pesta yang penuh semangat.

Adira tersenyum sendiri, menikmati momen ini. Bagi banyak orang, Tijuana mungkin hanya persinggahan sementara, tetapi bagi Adira, kota ini adalah bukti bahwa dunia selalu menawarkan kejutan bagi mereka yang berani menjelajahnya.

......................

Sejak adira tiba di Tijuana, tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang terus mengawasinya.

Seorang pria misterius, berpakaian rapi namun dengan tatapan yang penuh kewaspadaan, selalu berada di latar belakang.

Dia memperhatikan setiap gerak-gerik Adira, mulai dari saat dia melangkah keluar dari bandara hingga menjelajahi kota.

Pria itu tidak pernah terlalu dekat, namun selalu cukup dekat untuk memastikan bahwa Adira tidak akan lolos dari pandangannya.

Dia tahu bahwa Adira sendirian, seorang turis yang mudah menjadi sasaran di kota yang penuh dengan intrik dan bahaya tersembunyi.

Tijuana, dibalik kehindahannya memiliki sisi gelap yang tak banyak diketahui para wisatawan. Para mafia dan geng kriminal menguasai beberapa bagian kota,dan perdagangan manusia menjadi salah satu bisnis gelap yang berjalan dibawah permukaan.

Adira yang naif tidak menyadari bahwa kehadirannya di kota ini telah menarik perhatian orang-orang yang memiliki niat buruk.

Mereka tahu bahwa seorang wanita muda yang berpergian sendirian adalah target yang sempurna. Pria yang mengawasi Adira adalah bagian dari jaringan tersebut, seorang eksekutor yang tahu bagaimana menjalankan rencananya dengan cepat tanpa cela.

Pada malam hari, ketika Adira sedang menikmati suasana di jalanan Tijuana yang dipenuhi lampu neon, dia tidak menyadari bahwa bahaya semakin mendekat.

Saat dia berjalan menyusuri salah satu gang kecil setelah keluar dari sebuah kafe, suasana mulai sepi. Angin malam yang dingin menyapu kulitnya, dan langkahnya mulai melambat. Dia berpikir untuk kembali ke penginapannya, tetapi sebelum dia sempat berbalik, sebuah mobil hitam tanpa tanda menghampirinya dari belakang.

Dalam hitungan detik, semuanya berubah. . .

Tangan kuat tiba-tiba meraih tubuh Adira, menariknya dengan keras ke arah mobil yang kini berhenti tepat disampingnya.

Dia berusaha berteriak, tapi mulutnya segera ditutupi oleh kain kasar yang membuat suara nya teredam.

Seorang pria lain, yang badannya lebih besar menutupi kepalanya dengan kain hitam, memutus pandangannya dari dunia luar.

Adira meronta-ronta, berusaha melepaskan diri, namun kekuatan para penculik jauh diluar kemampuannya. Kedua tangannya segera diikat dengan tali kuat, membuatnya tak berdaya.

Dengan brutal, Adira dilempar kedalam mobil. Tubuhnya terhuyung ke kursi belakang. Mulutnya disumpal kain sehingga jeritannya hanya berubah menjadi rintihan lemah.

Matanya membelalak di balik kain hitam dibalik kain hitam yang menutupi wajah nya, air mata mulai mengalir tanpa bisa ia kendalikan.

Ketakutan mulai mencekam hatinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang jika ingin bertahan.

Tangan-tangannya yang terikat mencoba meraba-raba berharap menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk membebaskan diri, tapi tidak ada yang bisa dijangkau.

Mobil melaju kencang di jalan-jalan kota, dan suara bising dari luar semakin menjauh, menghilangkan harapan Adira untuk ditemukan oleh seseorang.

Didalam mobil, suasana sunyi dan mencekam. Salah satu pria disebelahnya menodongkan pisau dingin kelehernya , Ancaman itu jelas : satu gerakan yang salah, dan nyawanya mungkin berakhir malam itu juga.

Adira menahan napas, tubuhnya bergetar hebat, tetapi dia tahu bahwa tak ada pilihan selain tunduk pada mereka.

Ditengah keputusasaan, Adira sempat mencoba memberontak. Dia menggerakkan tubuhnya, menendang sebisanya dalam ruang sempit dikursi belakang. Namun, perlawanan itu hanya berlangsung sekejap.

Pisau dilehernya ditekan lebih keras, dan dia mendengar suara berbisik dari pria yang mengawasinya

"Jangan bergerak, atau ini akan berakhir buruk."

Dengan hati yang hancur, Adira menyerah. Usahanya untuk melarikan diri sia-sia, dan ancaman itu terlalu nyata untuk diabaikan.

Dia tak berani untuk menggerakkan otot lagi, hanya bisa menangis dalam diam, air matanya membasahi kain yang menutupi wajahnya.

Adira terjebak dalam ketakutan yang mencekam, malam yang seharusnya menjadi petualangan penuh kebebasan kini berubah menjadi mimpi buruk terburuk dalam hidupnya.

Dia dibawa pergi, tanpa tahu kemana tujuannya, dan tanpa tahu apakah dia akan selamat dari cengkeraman dari para penculik yang tak tahu belas kasihan.

Terpopuler

Comments

gak tau si

gak tau si

semangat author..

2024-09-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!