NovelToon NovelToon
Bukan Hanya Cinta

Bukan Hanya Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Single Mom / Anak Kembar / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: Egha sari

Undangan sudah disebar, gaun pengantin sudah terpajang dalam kamar, persiapan hampir rampung. Tapi, pernikahan yang sudah didepan mata, lenyap seketika.
Sebuah fitnah, yang membuat hidup Maya jatuh, kedalam jurang yang dalam. Anak dalam kandungan tidak diakui dan dia campakkan begitu saja. Bahkan, kursi pengantin yang menjadi miliknya, diganti oleh orang lain.
Bagaimana, Maya menjalani hidup? Apalagi, hadirnya malaikat kecil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18. Rindu

Kepulan asap, didepan kedai. Ansel mengipas, dengan bara api yang menyala. Diatas bara, ada ikan bawal, yang berwarna coklat kekuningan. Terpanggang dalam jepitan besi.

Maya sibuk membuat sambal dabu-dabu, dicampur daun kemangi. Ada lalapan timun, kol, kacang panjang dan terong bulat. Wangi khas ikan bakar, menarik perhatian pengunjung yang hendak pulang.

"Mas ikan bakar, dua."

"Mas, aku juga yah, dua porsi."

"Kami juga, tiga porsi. Tapi, satu porsinya dibungkus.

Mereka langsung memesan dan mengambil posisi duduk.

Ansel masih hah, hoh, belum sempat menjawab. Dia berlari masuk rumah.

"Bagaimana?"

"Tidak apa-apa. Rejeki, jangan ditolak."

Jadilah, Ansel si pembakar ikan, sore itu. Rencana, hanya mencicipi, berubah menjadi menu dadakan. Ikan segar yang sudah dibumbui, kembali mendarat diatas panggangan.

Maya menyajikan sepiring nasi hangat dan segelas es teh, sembari menunggu ikannya masak.

Ikan bakar berwarna kecoklatan tersaji bersama lalapan dan sambal dabu-dabu diatas piring. Maya menunggu respon, para pelanggan.

"Enak, Mbak. Apalagi, yang bakarnya orang ganteng," puji seorang gadis, dengan tatapan penuh harap pada Ansel.

"Terima kasih. Silahkan dinikmati."

Maya menghidangkan menu yang sama pada Ansel. Pria itu, kepanasan dengan mengipasi wajahnya.

"Ini, buatmu."

Glek, glek, glek, segelas es teh hampir tandas. Ansel kembali mengipasi wajahnya, yang penuh dengan keringat.

"Kau harus mencari karyawan, untuk memanggang ikan. Kau tidak bisa melakukannya seorang diri."

"Nanti saja. Aku baru buka dan pelanggan masih sedikit. Penghasilan ditempat ini tidak menetap. Kadang ada, kadang sedikit, tergantung pengunjung."

"Baiklah. aku mengerti. Tapi, bayaranku sangat mahal, untuk membakar ikan untukmu."

"Mbak," panggil pelanggan dan Maya segera menghampiri.

"40 ribu, Mbak."

Satu persatu, pelanggan pergi. Kedai Maya, kembali sepi. Matahari pun, juga sudah tenggelam. Seperti biasa, Ansel akan membantu untuk merapikan kursi dan meja plastik.

Segelas kopi mendarat diatas meja, untuk menghangatkan malam, yang dingin karena hempasan angin laut.

"Kau tidak ingin pindah tempat, May?" Ansel menyeruput kopi panasnya. "Kau bisa membuat bisnis rumah makan di kota. Disana banyak pelanggan, karena letaknya yang strategis.

"Aku tidak bisa. Tempat seperti ini, lebih baik untukku."

"Kenapa kau harus bersembunyi, May? Kalian putus, untuk apa kau pergi? Bukankah, kalian bisa hidup masing-masing?"

"Tidak sesederhana itu, El. Kami tidak putus, ia membuangku." Maya dengan tegas, menekan kalimatnya. "Maaf, aku belum bisa menceritakannya."

"Tidak apa. Kau bisa melakukannya nanti."

Langit benar-benar gelap dan kegelapan itu hingga ke bumi. Hanya terdengar suara deru ombak, tanpa bisa melihatnya.

Segelas kopi sudah habis, dan suasana semakin sunyi.

"Aku pulang. Ingat, untuk mencuci pintu."

"Ini untukmu." Maya meletakkan rantang susun diatas meja. "Aku membuatnya sore tadi dan kau belum sempat menikmatinya."

"Wah, Terima kasih. Aku bawa!"

Ansel melambaikan tangan, sebelum menghilang dikegelapan.

Dalam kamar yang sempit, Maya duduk bersila diatas lantai. Buku catatan dan pulpennya, sudah siap. Ia mulai menulis catatan keuangan hari ini. Mulai dari pengeluaran belanja ke pasar, lalu pemasukan dari kedai.

Hal kecil, yang membuatnya bersemangat. Sudah lama sekali, ia tidak menyentuh buku. Maya membongkar koper, ada banyak buku sewaktu kuliah. Ia juga melihat tumpukan kertas HVS, berisi proposal yang akan ia ajukan nanti.

Merasa tidak berguna lagi, saat ini. Maya membereskannya kembali dalam koper. Hal yang ia butuhkan saat ini, adalah uang. Ia perlu uang, untuk bertahan hidup dan juga untuk anak-anaknya kelak. Uang tidak jatuh dari langit, ia perlu berusaha untuk mendapatkannya.

Buku baru berisi catatan keuangan, ia simpan dengan rapi. Sekarang ia berpindah pada buku catatan lain, berisi rencananya kelak. Ada banyak tulisan didalam dan akan semakin banyak, karena ia terus menulis setiap hari.

🍋

🍋

Sebuah apartemen, yang dulunya terasa hangat dan penuh tawa. Kini hanya menyisakan kesunyian. Zamar menatap kosong, pada foto pertunangannya yang terpajang diruang tengah. Semua barang, milik Maya dan memiliki kenangan tentang Maya, tersimpan rapi di apartemen ini.

Sebelum datang, Zamar sudah mengirim pesan pada Sandra. Ia menggunakan pekerjaan sebagai alasan, untuk menghindarinya.

"Tuan. Bibi akan datang setiap pagi untuk membersihkan dan menyiapkan sarapan. Apa Anda perlu sesuatu?"

"Aku ingin membangun vila di pantai. Panggil Arsitek terbaik, untuk mendesainnya. Dan juga, minta mereka untuk melihat lokasi. Akhir pekan, aku ingin melihatnya."

"Baik, Tuan. Saya akan memintanya menemui Anda besok."

"Hmm."

"Saya permisi, Tuan."

Dulu, ia pernah berjanji pada Maya, akan membuat sebuah rumah dipinggir pantai untuk mereka. Maya menyukai laut, katanya disana membuatnya tenang.

Lalu, kenapa? Bukankah kau sudah membuangnya? Untuk apa, membangun sebuah kenangan, yang bahkan orangnya tidak akan melihatnya?

Aku hanya merindukannya. Sangat merindukannya.

Zamar berdiri diatas balkon kamar, menatap langit yang bertabur bintang. Memegang gelas kopi, yang masih hangat.

"Kalau aku hamil bagaimana?"

"Aku akan bertanggungjawab. Aku akan memberikan pernikahan termegah untukmu."

"Kau tidak akan membuangku, bukan?"

"Hahahaha.... kau lucu sekali."

Sekilas ingatan, percakapan mereka ditempat ini, setelah mereka menghabiskan malam bersama. Maya yang ragu-ragu dan takut, akhirnya rela memberikan apa yang menjadi kehormatannya selama ini.

"Ini anakmu, Za. Hanya kau yang pernah menyentuhku."

"Tolong percaya padaku, Za. Kau bisa tes DNA setelah dia lahir. Aku mohon."

"Apa kau sangat tidak keterlaluan? Kenapa kau lebih mempercayai orang asing, dari pada aku? Apa gunanya kau mencintaiku, jika kau tidak percaya padaku?"

"Za, aku mohon, percaya padaku!"

"DIAAAMM!!"

Prangg.

Gelas kopi kini mendarat diatas lantai menjadi serpihan kaca bercampur air berwarna hitam. Zamar meremas dadanya yang bergemuruh dan jantungnya berdegup kencang.

Sudah hampir sebulan, kenapa ia masih dihantui bayangan Maya? Wanita itu, menangis dan memohon menyentuh kakinya.

"Kau yang membuatku seperti ini, May! Kau yang mengkhianatiku lebih dulu." Zamar menendang serpihan kaca.

"Percaya? Bagaimana aku bisa percaya? KATAKAN, May! KATAKAN!" Serpihan kaca yang sudah berbentuk kecil, kini diinjak-injak lagi, menjadi sekecil pasir.

Amarah dan kerinduan, yang bercampur aduk, memeras hati dan pikiran Zamar. Ia seperti gila, dengan keadaan ini. Disatu sisi, ia merindukan Maya. Disisi lain, ia marah dan benci karena pengkhianatan, gadis itu.

Tubuh Zamar, perlahan mengurus karena termakan pikiran yang berkepanjangan. Ia sudah tidak merawat diri, seperti dulu. Setiap harinya, hanya ada bekerja dan bekerja. Jadwal makan, sering diingatkan oleh sang sekretaris. Begitu juga saat dirumah, Sandra dan sang ibu akan mengingatkannya.

Hidup, dengan hati dan pikiran berada ditempat lain. Layaknya, hidup tanpa alasan. Ia hanya hidup karena masih bernafas, namun terasa mati, karena tidak merasakan apa-apa lagi di sekitarnya.

Aku merindukanmu, May. Tolong, kembalilah!

Ucapan terakhir, sebelum Zamar memejamkan mata, untuk tidur. Setiap malam, ia akan mengatakan hal yang sama. Namun, paginya ia berkata sebaliknya.

🍋 Bersambung.

1
3sna
lha bukannya waktu itu udh dikembaliin ke maya,apa sisa2nya
Niwa
ngakak sih ...suka sama sikap Bryan 🤣🤣🤣
Niwa
bagus nih, emang goblok tak tertolong lagi si Zamar babi
maria handayani
/Facepalm/
Indah Martin
Luar biasa
Indah Martin
😭😭
Indah Martin
kereennn
Indah Martin
aku mampir Thor nyesek bgt😭
Niwa
uhhh suka sama sikap mama nya Ansel......
jangan mau kalah tuh sama mama Resti
ika
koq udah boong aja?
knapa ga jujur?
Mami Sujiarti
pisahlah.. jijik sm zamar..
ika
ansel apa kabar ya?
安呢
sangatt suka ceritaya
ika
yaAllah...
keluarga yg baek ...
adakah di dunia nyata ini?
安呢
Luar biasa
qiana shanum
Lumayan
Ryan Jacob
semangat Thor
Zulfa LInda
Luar biasa
Wy Ky
keren
irma hidayat
baik nya jangan lagi dikasih kesempatan orang ga punya pendirian seperti zamar, nanti akan mengulang lagi kesalahan yang sama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!